Aku kembali ke tengah-tengah pesta, melebur dengan kelompok-kelompok kecil yang terbentuk. Setelah mencoba berbagai permainan dan mengobrol dengan semua orang, tenggorokanku terasa kering. Aku memutuskan untuk mengambil segelas cola, kemudian bergabung bersama Caleb dan Skye yang sedang bersantai di sofa.
"Aku tidak pernah tahu kalian berdua akrab," ucapku.
Caleb mengedikkan bahu cuek. "Well, we hate the same person."
Aku terkekeh, kemudian meneguk cola di tanganku. "Brian?"
"Kau tahu, Nicole, bahwa sebagian besar pertemanan terbentuk karena dua orang yang sangat berbeda bertemu, kemudian mengetahui bahwa keduanya membenci orang yang sama?" Skye mengambil gelas di tanganku, kemudian meneguk sisanya. "Well, I think Caleb is my new best friend."
"Tinggal bersama pemuda itu adalah neraka dunia, sungguh." Caleb terlihat berapi-api. "Aku hampir tidak pernah melihat Skye di rumah Brian, karena ketika aku berkunjung, atau setiap kali Brian mengadakan pesta, ia menyuruh Skye untuk bersembunyi. The worst brother ever."
"Aku lega kini kau sudah tidak berteman dengannya lagi." Skye berhenti berbicara ketika memalingkan pandangan ke arah lain. "Hei, Nicole, kau sudah bertemu Rory malam ini?"
"Not yet." Aku menggeleng sambil mengernyit. "He's here?"
"Rory mencarimu sejak tadi." Skye menunjuk Rory di kejauhan dengan dagunya. "Kurasa kau harus menemuinya."
Aku mengikuti arah pandang Skye. Rory--dengan jaket jeans yang dilipat hingga sepertiga lengan, dilengkapi kaus katun hitam, celana jeans berwarna gelap serta jam tangan casual--sendirian di ruang makan, menuangkan cola ke dalam gelas plastik dan meminumnya, kemudian mencomot sisa-sisa potato wedges di piring. Pemuda itu menyisir seluruh penjuru ruangan, seperti mencari seseorang. Tanpa banyak berpikir lagi aku beranjak, meninggalkan Skye dan Caleb, berjalan cepat menghampiri Rory dengan senyum yang merekah.
Ketika jarak kami hanya beberapa langkah lagi, pemuda tampan itu menoleh. Ia meletakkan gelas di atas meja, kurva lengkung terulas di wajahnya. "Hey, aku mencarimu ke mana-mana!"
"Aku juga mencarimu sejak tadi," ucapku. Kami bergeming sejenak, saling melempar senyum.
"Oh, maafkan aku. Dad lembur, dan aku tidak bisa meninggalkan Mom sendirian di rumah sakit." Rory mengamati gelas plastik dan piring-piring yang sudah kosong. "Kurasa aku datang sangat terlambat dan ... semua kudapan telah habis."
"Sebenarnya aku masih menyimpan sebotol milkshake vanilla di kulkas." Aku berjalan menuju kulkas, mengambil shaker bottle berukuran satu liter, kemudian menunjukkannya pada Rory. "Untuk jaga-jaga jika aku dan Nick tidak bisa tidur dan ingin menikmati segelas milkshake. Atau ... sebagai stok cadangan jika ada tamu yang datang terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [END]
JugendliteraturDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...