Musik ceria yang ditulis oleh Aiden terdengar hingga ke seluruh penjuru auditorium. Tirai panggung berwarna merah perlahan terbuka. Melalui sedikit celah di samping panggung, aku mengintip. Erin, ratu kerajaan, beserta sang Raja berjalan beriringan di padang bunga. Mahkota dan tiara berkilauan menghiasi kepala mereka. Latar panggung area pertanian, properti bunga berwarna-warni, dan rerumputan yang dibuat oleh kru memberikan kesan ceria dan hangat, pembukaan yang sempurna untuk sebuah drama kerajaan.
Pada zaman dahulu kala, tinggalah raja dan ratu yang hidup berbahagia. Kemakmuran selalu menyertai rakyatnya. Hasil tani yang melimpah setiap tahunnya, hasil ternak yang gemuk dan berkualitas, sungguh negeri yang damai tanpa pernah kekurangan.
Natalie dan aktor lainnya memasuki panggung, mengenakan pakaian petani--overall jeans, kaus lengan panjang kedodoran, serta topi jerami--dan melakukan gerakan dansa, mulut mereka bergerak mengikuti nyanyian dari rekaman yang diputar. Aktor yang mengenakan properti pohon dan batu juga berdansa beriringan bersama petani, berputar mengelilingi Erin dan sang Raja.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, raja dan ratu merasa kebahagiaan mereka tidak utuh tanpa seorang buah hati.
Pencahayaan panggung meredup. Latar langit yang semula cerah, kini berganti keruh, alunan musik berganti menjadi lebih pelan dan suram. Seluruh petani kembali memasuki panggung, hanya tersisa raja dan ratu di hadapan penonton. Dengan raut wajah yang sedih, keduanya saling bertatapan.
Di belakang panggung, Skye sudah bersiap untuk bergabung bersama Erin.
"Skye, sebentar lagi giliranmu!" bisik Ajay.
"Yeah, I know. Can you shut up?" Skye mendesis sambil berbisik.
"I'm sorry. I'm so nervous!" jawab Ajay.
Natalie dan petani sudah sampai di belakang panggung, membentuk formasi untuk penampilan mereka yang selanjutnya.
"Tapi, Ratu, kebahagiaan kita tidak lengkap tanpa seorang buah hati," ujar raja dari depan panggung.
"Aku akan menukar apa pun untuk kehadiran buah hati, Raja, meski setengah dari kerajaan harus kurelakan," balas Erin.
Skye yang sudah berpakain penyihir, dengan setelan panjang bernuansa hitam-hijau, dilengkapi dengan eyeshadow dan lipstick gelap, membuka tirai dan berjalan cepat ke tengah panggung. Gaun penyihirnya menyapu lantai ketika gadis itu melangkah. Pencahayaan berubah menjadi lebih gelap. Musik horor terdengar hingga seluruh penjuru auditorium, membuatku bergidik ngeri padahal sudah puluhan kali mendengarnya.
"Berikan sebagian tanah kerajaan ini untukku dan rakyatku, maka rizki yang kalian tunggu-tunggu akan datang," ujar Skye, diikuti oleh tawa licik.
"Wow, she's good," bisik Rory di sebelahku.
"Yeah. Make up artist kita sangat berbakat. Lihat eyeshadow dan lipstick yang dipakai Skye! Bahkan lebih gelap dari yang biasa dipakainya setiap hari!" Aku merespons.
KAMU SEDANG MEMBACA
Riflettore [END]
Teen FictionDi hari pertamanya bersekolah, Nicole Jenkins mendaftarkan diri untuk bergabung dalam ekstrakurikuler teater atas saran Rory Silva, cinta monyet masa kecilnya. Selain dapat menghabiskan waktu bersama Kesatria Berkuda Putih yang tampan, ia juga harus...