Ep.17 Penjelasan untuk Abin

85 38 53
                                    

Bell istirahat berbunyi, Lovata yg sedari tadi letih menulis ringkasan merenggangkan lengannya ke atas. Matanya tak sengaja menatap kepala Abin yg celingukan di pintu memperhatikan kelasnya. Wajah Lovata mengernyit, lalu ia teringat pesan Felix padanya saat jam pelajaran tadi.

"Oy!? Sini masuk," panggil Lovata. Abin dengan gaya coolnya masuk dengan wajah angkuh.

Dia berhenti tepat di samping meja Lovata dan memperhatikan gadis itu teliti, "Apa iya dia Tata?"

Tak pikir panjang Abin lalu meraih lengan gadis itu, "Kuy ikut gue," ajak Abin lalu menarik gadis itu.

Lovata berdiri dari tempatnya, "Iya iya, tapi gak usah narik narik jugalah bang. Malu gue,"

"Bodo," Abin menarik lengan gadis itu agar ikut dengannya. Namun, merasa Lovata diam saja, Abin berbalik kearah Lovata dengan kesal. Namun, yg ia lihat Malah Seorang pemuda yg juga mencekal lengan Lovata sehingga Lovata tertarik dari dua arah.

Sontak mereka bertiga menjadi perhatian satu kelas, sehingga yg melihat bersorak kegirangan melihat mereka yg sudah seperti
Adegan dalam drama.

Lovata yg tak suka menjadi perhatian orang orang menjadi risih dan mencoba melepaskan cekalan mereka. Namun, tenaganya tak sebanding dengan mereka berdua. Abin tersenyum sinis pada Edzard yg menatapnya tajam,

"Siapa lo? Narik narik Lovata sembarangan. Kasar banget lo jadi cowo," kata Edzard dengan sinis pada Abin yg tersenyum meremehkan.

"Seharusnya yg nanya gue, Lo siapanya? Pacar?" Balas Abin tak mau kalah.

"Ta dia siapa?" tanya Edzard pada Lovata, baru mulut Lovata ingin menjawab, Abin sudah memotong ucapannya, "Gue Abangnya. Iya kan?"
Tanya Abin pada Lovata yg kini memelototinya. Abin menguatkan cengkramannya agar Lovata mengerti,

"I-iya Zard dia abang gue," ujar Lovata menyengir, "Lepasin dulu yg Zard, gue ada urusan bentar sama ABANG gue hehe," Edzard perlahan melepas cengkramannya, Namun tampak dari wajahnya ia tak percaya dan terus menatap Abin dengan dingin.

Setelah itu Abin lalu menarik lengan Lovata meninggalkan Edzard dan orang orang yg menertawan Edzard. Namun, mereka semua langsung diam saat Edzard menggertak mereka.

***

Abin membawa Lovata ketempat mereka tadi pagi bertemu dan sudah ada juga Sohyun yg menunggu mereka disini.

Setelah sampai, Lovata menghempaskan lengan Abin yg mencengkeramnya sedari tadi sampai lengannya memerah. "Sejak kapan bang Abin jadi abang gue? Orang gue anak tunggal," sergah Lovata sambil mengelus lengannya yg memerah.

Sohyun yang tak tahu apa-apa mengernyit bingung "Hah? Abang?"

"Ya iyalah kan gue Abang kelas lo," Timpal Abin

Lovata memasang wajah jijik,"Idih,"

"Lo berdua asal ketemu selalu aja berantem. Gimana mau selesai nih urusan," tegur Sohyun

"Tau nih Bang Abin bisanya Maksa aja," tambah Lovata menimpali, Abin ingin membalas ucapan Lovata namun, terpotong oleh Sohyun.

"Udah udah udah. Gak usah ngebacot lu pada. Kita disini itu buat nyari solusi," Lovata dan Abin langsung ciut di amuk oleh Sohyun.

"Ta, Mana si Felix?" tanya Sohyun, Lovata melihat sekitar dan saat ia berbalik,

"Eh anjing!" ia kaget ternyata Felix ada di belakangnya,"Lo kalo datang bilang bilang kek, ngagetin aja lu,"

Felix diam saja lalu ia berjalan ke samping Lovata,"Gue kan lagi nonton perbacotan," sindirnya, dan wajah Lovata berubah sinis menatap Felix,

"Ini Arwahnya udah disini," kata Lovata dengan ketus.

"Oke, karna udah ngumpul semua, sekarang kita-," Ucapan Sohyun di potong oleh Abin

"-Jelasin ke gue. kenapa ini semua bisa kek gini," Mereka bertiga diam, lalu Lovata menoleh pada Felix.

"Lix mulai dari mana nih?" tanya Lovata,

"Beberapa jam sebelum pengeroyokan gue ta," ucap Felix lalu perkataannya diulangi oleh Lovata.

"..."

***

Dua orang pria paruh baya kini tengah duduk berhadapan dan dibatasi oleh meja. Satu Pria menggunakan jaket hitam dan satunya lagi memakai kemeja.

Pria berbaju kemeja itu tengah protes kepada pria yg berjaket hitam yg tak lain adalah seorang polisi, "Ini progres dari kasus anak saya bagaimana pak? saya sudah sabar menunggu tapi sampai saat ini tidak ada kemajuan dalam Kasus ini," kata pria berkemeja itu.

"Maaf atas keterlambatan kami dalam menyelesaikan kasus ini pak, kami akan mengirimkan tim detektif terbaik kami dalam kasus ini. Namun, dalam kasus seperti ini, kadang penyelidikan dapat berlangsung berminggu minggu, berbulan bulan bahkan sampai bertahun tahun. Tapi kami pasti akan berusaha agar cepat dalam menyelesaikan kasus anak bapak pak. Bapak bisa percaya pada kami," kata pria yg menggunakan jaket kulit itu meyakinkan si bapak.

"Baik pak saya akan tunggu progresnya, jika ada kemajuan bapak bisa segera hubungi saya,"

Bapak itu memberikan kartu namanya, lalu ia berdiri, "Kalau begitu saya permisi," pria paruh baya itu beranjak dari tempatnya meninggalkan kantor polisi dengan hati yg tak puas.

Pria berjaket kulit beranjak dari tempatnya menuju sebuah meja dengan membawa berkas dan juga kartu nama pria tadi.

Ia meletakkan berkas kasus dan juga kartu nama di meja seorang pria yg lumayan lebih muda darinya, "Pak Jovan bisa ambil kasus ini? Karna pak Indra sedang berhalangan jadi kasus ini terbengkalai,"

Yg bernama pak Jovan itupun melihat lihat berkas kasus, "baik. Saya akan ambil kasus ini pak, saya akan mempelajarinya lalu saya akan langsung turun ke lapangan," pria paruh baya didepannya itu tersenyum puas,

"Ini kartu nama bapak tadi, saya mengandalkan kamu Jovan," ucap pria baya itu lalu kembali ke mejanya. Pak Jovan melihat beberapa foto foto di TKP, dan juga barang bukti. Anehnya barang bukti yg kuat tidak ada di TKP, diduga pelaku membawa semua barang bukti.

"Pasti ada yg tertinggal,"

***

"Gimana Bin lo udah percaya?" tanya Sohyun saat Lovata selesai menceritakannya,

"Sebenarnya dari lubuk hati gue yg paling dalam gue agak gak percaya. Tapi gue yakin, gue bakal bantu lo Ta. Kita mulai dari mana?" tanya Abin antusias

"Kemaren gue sama Felix udah ke TKP dan kami cuma nemuin sebuah anting gitu, cuma itu. Dan karna kemaren ada gangguan jadi kami gak lama lama dan langsung balik," kata Lovata.

Abin mengangguk paham, "Sekarang antingnya dimana?" tanyanya,

"Ada di kos aku bang, di laci," ucap Lovata.

"Itu bisa jadi barang bukti. Dan lo harus jaga baik baik Ta, kita gak tau pelakunya siapa bisa aja dia ada didekat kita dan kita gak tau itu," wajah Sohyun berubah cemas saat Abin mengatakan itu,

"Dan kita bisa mulai lagi dari TKP, pasti ada barang bukti yg tertinggal," kata Abin dan mereka mengagguk paham,

"Oh iya bang, yg nemuin Felix pertama kali siapa?" tanya Lovata.

"Waktu Felix ngilang mamanya nelfon gue dan minta tolong buat bantu cari Felix, dan gue langsung ngelacak ponsel Felix, Dan ya gue yg nemuin dia pertama kali. Tapi," ucapan Abin terhenti,

"Saat gue sampai kesekolah gue ngeliat motor abang Felix udah duluan disekolah, karna gue ngikutin ponsel lo yg gue lacak jadi gue langsung ke TKP dan ngeliat lo udah ga berdaya. Lalu saat gue histeris minta tolong abang lu langsung dateng dan langsung nelfon ambulans,"

"Dan gue sama sekali gak sempet liat barang bukti selain motor dan barang barang Felix," jelas Abin panjang lebar dengan Sohyun dan Lovata serta Felix yg setia mendengarkan.

"Jadi kita bakal mulai lagi dari TKP,"


***

Sorry banget nih Ka lama banget update nya, soalnya sibuk bnget sama tugas dan ada masalah juga, jadi setelah sebulan lebih jirrr,baru update sekarang.

Semoga suka dengan Ep. Kali ini dan Next, Vote dan komen supaya Ka makin semangat.

Dadah!!









DandelionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang