Maaf

736 98 25
                                    

"Hoam," Aku menguap dan membuka kedua mataku perlahan. Samar-samar aku mendengar tawaan dan candaan dari luar kamar.

Aku segera turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Seketika tawaan dan candaan itu hilang. Yang kudengar hanyalah suara kicauan burung dan dentingan sendok-garpu.

Saudara-saudaraku sedang menikmati sarapan mereka bersama. Mereka diam dan memasang muka datar.

Aku menghela napas. "Kalian sedang membicarakan tentang apa?" tanyaku dengan senyum manisku lalu menghampiri mereka yang berada di meja makan.

"Kami sedang membicarakan tentang saudara yang tak punya perasaan," sindir Halilintar. Mataku memanas... Senyuman manis yang kuterbitkan tadi seketika luntur.

"Kak, maafkan aku," lirihku. Halilintar hanya diam. Aku menundukkan kepalaku, merasa bersalah.

Blaze menghampiriku dan mengusap bahuku pelan. Aku terkejut dengan perlakuan Blaze kepadaku. Aku segera menoleh dan melihat senyuman tulus dari Blaze.

"Kak, sebaiknya kita dengarkan penjelasan Taufan terlebih dahulu. Aku yakin pasti ada kesalahpahaman disini," ucap Blaze sambil menatap Halilintar.

"Lepaskan tanganmu darinya," ucap Halilintar mengalihkan pembicaraan.

"Kak!" paksa Blaze. Halilintar menghembuskan napas kasar dan segera meninggalkan meja makan.

***

"Begitulah ceritanya," ucapku setelah menjelaskan semua yang sebenarnya terjadi kemarin. Aku duduk di sofa ruang tamu dengan dikelilingi para saudara.

Raut wajah menyesal mereka terlihat jelas di mataku.

"Jadi, kamu bermain bersama Akai karena dia mengajakmu?" tanya Gempa sekali lagi.

"Iya kak. Dia mengajakku dan aku tidak rela untuk menolak ajakannya," jawabku.

Aku tidak menjelaskan tujuanku pergi ke rumah Destro kepada mereka. Jika kuberitahu, rahasiaku akan terbongkar. Jadi lebih baik aku menceritakan setengahnya saja.

"Kami minta maaf ya.. Kami tidak bermaksud melukai kamu. Kami salah, seharusnya kemarin kami mendengarkan penjelasanmu dulu," sesal Gempa diikuti anggukan dari yang lainnya.

"Tidak masalah kak. Seharusnya aku yang meminta maaf kepada kalian. Aku lupa meminta izin dan langsung pergi begitu saja," ucapku.

"Tapi bukannya Solar tahu kemana kamu akan pergi?" tanya Ice. Aku mengangguk dan menatap Solar.

"I-iya aku tahu. Kemarin aku bertanya kemana Kak Taufan akan pergi.. Tapi aku tidak tahu kalau dia akan bermain bersama Akai," jelas Solar.

"Eumm, kakak minta maaf," ucapku kepada Thorn.

"Tidak apa-apa kak. Aku mengerti," ujarnya dengan senyuman.

Suasana pun menjadi hening. Kami sibuk bergelut dengan pikiran masing-masing.

"Kak, bolehkah aku masuk ke dalam kamar Kak Hali?" tanyaku memecahkan keheningan. Gempa terdiam dan tampak berpikir.

"Aku ingin meminta maaf dan menjelaskan semuanya kepadanya," ucapku.

"Ayolah kak, izinkan saja dia.. Lihat, mukanya sudah mirip seperti kera kelaparan," bujuk Blaze disertai dengan ejekan.

Mukaku yang memelas berubah menjadi kesal karena ejekannya. "Dasar Hello Kitty!" ejekku balik.

"Hei, aku bukan hello kitty! Tapi hello tampan," ujar Blaze dengan kedua alis yang dinaik-turunkan.

Kami memutar bola mata malas melihat tingkah Blaze yang ingin sekali diseruduki banteng.

***

"Permisi kak," ucapku. Aku memasuki kamar Halilintar setelah mendapatkan izin dari Gempa.

Kulihat Halilintar yang sedang duduk di atas ranjang sambil membaca buku. Matanya sangat fokus membaca dan tidak menyadari kehadiranku disini.

Aku segera menghampirinya dan memeluk tubuhnya itu. "Hiks, aku minta maaf kak," tangisku meminta maaf.

Halilintar terkejut dan melepaskan bukunya dari genggamannya. Dia segera menangkup pipiku dengan kedua tangannya.

"Kenapa kamu menangis Taufan?" tanyanya panik.

"A-aku hanya ingin meminta m-maaf kepadamu, kak," ucapku terbata-bata.

Halilintar menghela napas. "Kakak yang seharusnya minta maaf karena sudah salah paham sama kamu," ujarnya lirih sambil memeluk diriku. Halilintar menyeka air mataku yang keluar deras dengan kedua ibu jarinya.

"Sudah, jangan menangis lagi. Lebih baik kita buat kue bersama," ujarnya. Aku mengangguk dan tersenyum. "Tapi ingat ya, jangan buat masalah lagi!" pesannya.

Aku mengacungkan jempolku di hadapannya dan tertawa.

Nih, Double update untuk kaliann
Maaf ya kalau dikit isinya hhe
Tapi untuk part selanjutnya bakal aku panjangin

See u next!

Painful Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang