Selamat Membaca
"Jangan, kak. Jangan pernah coba-coba," ujar Blaze sembari menahan pergelangan tangan Taufan.
"Lepasin, Blaze."
Blaze menggeleng kuat. "Tolong, kak. Tolong dengarkan kami.. jika kamu sudah tidak kuat, katakan. Kami akan bersedia membantumu," ujar Blaze.
"BODOH! Mau-maunya kamu membantu saudara pembunuh seperti ini!!!" Teriak Halilintar.
Halilintar melepas genggaman Blaze yang berada di tangan Taufan.
"Kenapa sih kak?! Aku hanya mau membantunya! Dia saudara kita, kak. Seharusnya kita saling membantu!" Kesal Blaze.
"Kamu lupa kalau dia sudah membohongi kita selama ini?! Dia tidak mepercayai kita lagi, Blaze! Seharusnya kamu sadar!" Ucap Halilintar tidak terima.
"Aku tidak peduli!"
"Kami akan membantumu, kak," ujar Blaze.
Taufan menggeleng pelan. "Tidak perlu, aku hanya mau membantu Thorn untuk terakhir kalinya. Setidaknya aku sudah berusaha untuk menyembuhkannya walaupun aku tidak tahu nantinya itu akan berhasil atau tidak. Lagipula kakakmu melarangmu untuk membantu pembunuh sepertiku kan?" Ujar Taufan.
"Tidak, kak. Aku tidak mau mendengarkan ucapan Kak Hali. Aku hanya mau kamu kembali sehat dan bisa menyembuhkan Thorn bersama," ucap Blaze.
"KURANG AJAR! AKU KAKAKMU DAN SEHARUSNYA KAMU MENURUTI PERKATAANKU!!" Marah Halilintar.
"Tidak! Kamu bukanlah kakakku lagi! Dan aku tidak mau menuruti perintahmu lagi! Aku lebih sudi menganggap Kak Taufan sebagai kakakku daripada kamu!" Teriak Blaze.
"DASAR TIDAK TAHU DIRI!!" Halilintar ingin memukul pipi Blaze tetapi Gempa menahannya.
"Lihat! Sekarang kamu kejam, kak. Kamu bukanlah kakak yang kukenal. Kemana jiwa pemimpinmu? Yang aku lihat hanyalah penjahat," lirih Blaze dengan mata berkaca-kaca.
Halilintar terdiam. Ada sedikit rasa tidak tega saat dia melihat kedua mata Blaze yang berkaca-kaca.
"Kita sembuhkan Thorn sama-sama, ya, kak," ajak Blaze kepada Taufan.
"Aku kakakmu kan? Kalau begitu turuti perkataanku. Jangan membantuku," ucap Taufan.
"B-bukan begitu kak," Blaze bingung memikirkan cara untuk menghentikan semua masalah ini.
"Ayo, kita bantu Taufan. Kita adalah saudara. Sesama saudara, kita harus saling membantu dan menguatkan bukannya menjatuhkan. Kita mulai lagi dari awal. Jangan ada lagi pertengkaran di antara kita," ujar Gempa.
"Iya, kak. Aku yakin kita bisa menyelesaikan semua ini. Kita hanya perlu bersatu," sahut Thorn.
Taufan hanya diam dan menunduk.
"SUDAH KUKATAKAN JANGAN BANTU DIA! APA KALIAN TIDAK MENGERTI?!" Sentak Halilintar.
"Kamu kenapa, kak?! Tolong hentikan semua ini! Kamu sudah dibutakan oleh rasa kecewamu itu!!" Kesal Blaze.
"Dibutakan?! Dia yang sudah membuat kakak seperti ini! Kakak kecewa dengannya, Blaze. Seharusnya kamu juga mengerti perasaan kakak!!" Marah Halilintar.
"Asal kamu tahu, dia sudah mengingkari janji kita! Kata-kata manisnya itu hanyalah omong kosong!" Halilintar begitu marah dan emosi lantaran disudutkan terus-menerus oleh saudaranya.
"Tapi-"
"Tidak ada tapi-tapian! Dia berani berbohong dengan kita selama 2 tahun! 2 tahun! Dia anggap kita ini apa, hah?!" Potong Halilintar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Life [END]
Fanfiction"Apa-apaan ini?!!" "Berikan energi kuasamu kepadaku kalau tidak nyawa saudara-saudaramu akan terancam!" "Kenapa? Kamu memberikan kalung ini agar kami selalu bisa mengingat perbuatan busuk dan kejammu itu bukan?!!" "Kenapa kakak menyembunyikan ini se...