Kalung

624 79 16
                                    

Selamat Membaca




Taufan mencabut satu per satu akar yang menjalar dan tertancap di tanah. Dia memelintirkan nya, mengikatnya, dan membentuknya menjadi lingkaran.

Kalung.

Ya, kalung. Dia sedang membuat kalung dari akar tersebut. Dia harap dengan membuat ulang kalung itu lagi untuk menggantikan kalung yang sudah putus, saudaranya akan bahagia dan tidak akan marah lagi.

Permintaan maaf dari mereka? Tidak. Taufan tidak menginginkan itu. Dia hanya mau menebus semua kesalahannya sebelum dia pergi selamanya.

Dia rasa dia sudah tidak berhak lagi untuk tinggal bersama saudaranya dan mendapatkan kebahagiaan. Cukup sudah dia mengecewakan mereka, setelah ini dia akan pergi jauh-jauh. Membiarkan mereka bebas dan tidak terganggu oleh kehadiran dirinya.

Taufan yakin bahwa saudara-saudaranya telah membencinya. Tidak apa-apa. Dia terima semua itu dengan lapang dada.

Soal Akai dan Thorn? Dia akan mencoba mengeluarkan seluruh energinya untuk terakhir kali nanti. Setidaknya sebelum dia benar-benar pergi, dia telah melaksanakan tugasnya untuk menyelamatkan Thorn walaupun dia tak yakin itu akan berhasil atau tidak.

Semakin lama Taufan membuat kalung tersebut, semakin jatuh berhamburan air matanya.

Mengingatkan tentang kejadian yang hampir saja tidak terselesaikan. Mengingatkan tentang ucapan manisnya kepada saudaranya yang ternyata itu hanyalah sebuah kebohongan.

"Sakit, kak," lirih Thorn sembari memegang dadanya.

"Tahan, Thorn. Sebentar lagi kamu akan sembuh," ucap Taufan.

"Apakah kalian sudah mendapatkan akarnya?" Tanya Taufan.

"Sudah. Aku akan membalutnya ke dada Thorn," jawab Gempa.

Mereka telah berada di bukit akar dan sedang mencoba menyembuhkan Thorn menggunakan akar yang terdapat disana.

"Akh! Percuma, kak! Aku tambah kesakitan! Hiks," tangis Thorn.

"Kamu bisa. Aku yakin kamu akan sembuh," ujar Halilintar.

Wajah Thorn semakin pucat dan dingin. Kedua matanya mulai sayu dan seluruh badannya bergemetar.

"K-kakak, aku tidak kuat," lirih Thorn.

"T-tidak! Kamu pasti bisa, Thorn!" Teriak Halilintar mulai panik.

"Kakak! Aku tidak tahan lagi! Hiks!" Tangis Thorn semakin kencang

"AAKKH! SAKIT!" teriak Thorn kuat sembari meringkuk di tanah.

"AARGH! INI SEMUA GARA-GARA KAMU, KAK!" Marah Taufan.

"APA KAMU BILANG?! BERANI-BERANINYA KAMU MEMBENTAK KAKAK!" Bentak Halilintar.

"KAKAK HANYA MEMENTINGKAN DIRI SENDIRI! DAN LIHAT APA YANG TERJADI?! THORN KESAKITAN!"

"DASAR KURANG AJAR KAMU! KAMU HARUS SOPAN DENGAN KAKAK!"

"UNTUK APA BERSIKAP SOPAN DENGAN SESEORANG YANG TIDAK TAHU APA ARTI DARI PEDULI?!" Lawan Taufan.

"DASAR TIDAK TAHU DIRI! ADIK SEPERTI APA KAMU INI?!" Amarah Halilintar semakin memuncak dan memanas.

"Sudah! Kalian itu saudara, tidak baik bertengkar dan berdebat seperti ini!" Lerai Gempa.

"Jangan saling menyalahkan. Tolong berpikir dewasa, sudah besar kan?" Ujar Blaze dingin.

Painful Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang