Rio

583 81 52
                                    

Selamat Membaca

Happy 2K+ readers🥳

Thank you for all your support!
🤗❤️🥰




Author POV

"Hiks, hiks," isak Taufan di bawah guyuran hujan yang deras.

Taufan terduduk dan menangis di tengah jalanan yang sepi. Kembali bertemu dengan hujan deras yang setelah beberapa hari tidak muncul.

"Kepalaku pusing," lirih Taufan sambil memegang kepalanya.

"Jangan tinggalkan kakak, Thorn!"

"Aku telah gagal menjadi seorang kakak!"

"Apa aku bisa melewati semua ini?"

"Hentikan! Hiks!" Isak Taufan sambil meremas kuat kepalanya.

Pikiran-pikiran buruk itu muncul kembali.

"Dasar tidak becus!"

"Perjuanganmu hanyalah sia-sia!"

"Dia sudah pergi dan tidak akan kembali"

"T-tolong! Siapapun... Aargh!" Ucap Taufan frustasi.

"Hei, sedang apa kamu disini?!" ujar seseorang sambil menepuk bahuku.
Taufan berhenti menangis dan mendongak untuk melihat siapa yang menepuk bahunya.

Wajah pria itu terlihat panik saat melihat dirinya duduk di tengah jalan.

"Kamu terluka??" tanyanya lagi.
Taufan tersenyum tipis dan menggeleng.

"Lebih baik saya antar kamu pulang ke rumah saya,"

Taufan kembali menggelengkan kepalaku lagi.

"Tidak ada penolakan! Kamu akan sakit kalau terus-terusan seperti ini!" desaknya lalu menarik tangan Taufan untuk berdiri.

Taufan pasrah dan masuk ke dalam mobil pria itu. Suasana menjadi hening dan canggung. Tidak ada yang menyahut dan tidak ada juga yang membuka obrolan.

Lagipula Taufan sangat malas untuk berbicara. Tubuhnya semakin lemas.

"Kita sudah sampai," ucapnya setelah menempuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke kediamannya.

"Ayo masuk!" ajaknya. Taufan mengangguk dan masuk ke dalam rumahnya.

"Ini, ganti dulu bajumu yang basah kuyup itu," pintanya seraya meminjamkan Taufan baju.
Setelah mengganti baju, Taufan pun duduk di sampingnya.

"Kenapa kamu bisa berada di tengah jalan? Apa kamu tidak takut jika ada kendaraan lewat dan tidak sengaja menabrakmu?" tanyanya.

Taufan menggeleng.
"Huft, perkenalkan nama saya Rio,"
Dia mengulurkan tangannya membuat Taufan membalas uluran tangan Rio.

"Taufan," ucap Taufan singkat.
Suasana kembali sunyi.. hanya suara guyuran hujan yang menemani kesunyian kami.

"Tunggu sebentar, sepertinya aku pernah bertemu dengannya," batin Taufan.

"Tapi dimana ya?"

"Oh, aku ingat!"

"Ehem," Taufan berdeham untuk menetralkan rasa canggungnya.
Pria itu menoleh melihat Taufan.

"Eumm, itu.. Kamu pria yang menabrakku di pasar malam waktu itu bukan?" tanya Taufan.

🍃🍃🍃

Painful Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang