Foto

532 71 23
                                    

Selamat Membaca

"KLONTANGGG!!!"

Kami semua yang berada di dalam kamar terkejut mendengar bunyi yang nyaring itu. Bunyi itu berasal dari arah dapur.

Siapa yang sibuk di dapur pagi-pagi buta seperti ini?

"ADA APA? KENAPA? APA YANG TERJADI?" teriak Gempa panik sambil menoleh ke kanan dan ke kiri.

Kami bergegas pergi ke dapur dan melihat Blaze yang sedang berjongkok di atas wastafel dapur.

"Eh, kalian.. h-hai," sapa Blaze dengan cengiran khasnya.

"ASTAGA BLAZE! APA YANG KAMU LAKUKAN DISANA?! TIDURKU JADI TERGANGGU GARA-GARA ULAHMU!!" teriak Ice kesal.

"Ya maaf, kebo.. aku kan tidak sengaja," ucap Blaze.

"Kamu sedang apa berjongkok di atas sana?" tanya Halilintar.

"Lapar kak.. jadi aku coba buat sarapan sendiri. Eh, tau-taunya pancinya pakai acara jatuh segala," jawab Blaze sambil menyengir tidak jelas.

"Kenapa tidak panggil kakak dulu??" tanya Gempa geram.
"Habisnya kakak bangunnya lama sih!" gerutu Blaze sambil mengerucutkan bibirnya.

"Tolong kondisikan mukamu. Mukamu mirip seperti bebek yang sedang cepirit," ucapku.

"Ck, masih pagi, jangan cari masalah," sinis Blaze.

"Yuk, bantu kakak memasak sarapan!" ajak Gempa.

"Ayo!"

✨✨✨

Selama sarapan, aku hanya diam tidak banyak bicara dan melamun. Aku sedang memikirkan wajah pria itu. Wajah itu seperti selalu mengusik pikiranku.

Siapa sih pria itu??

"Mang Taufan! Melamun terus. Lagi mikirin siapa tuhh?"

Ucapan Blaze membuatku sadar dari lamunan.

"Wah, benar nih. Lagi mikirin cewek ya? Siapa sih ceweknya? Penasaran aku tuhh," kepo Blaze dengan nada alay.

"Ck, kamu menganggu sarapanku saja!" kesalku.

"Aelah, makananmu saja tidak disentuh sama sekali,"

Aku lebih memilih melanjutkan sarapanku daripada menanggapi bocah gila sepertinya.

"Yahh, dicuekkin," sedih Blaze.
"Mana ada aku cuek, apalagi gak mikirin kamu~ Tiap pagi malam kuselalu memikirkan kamu~" nyanyi Solar niat untuk menyindir Blaze.

"Heh! Nyindir aku ya kamu?!" tanya Blaze.

"Tidak kok. Kalau kakak merasa, berarti sasaranku tepat," jawab Solar santai.

Blaze menghembuskan napas kasar dan kembali melanjutkan sarapannya.

"Kasihan kalah debat, hoam," sahut Ice seraya menguap.

"Hoam, hoam- keselek lalat hamil baru tahu rasa kamu!" celetuk Blaze yang sekian kalinya.

"Emang lalat bisa hamil ya kak?" tanya Thorn polos.
"Ya, enggaklah ulat bulu!" jawab Blaze geram.

"Ohh," ujar Thorn mangut-mangut.

"Paham?" tanya Blaze.

"Nggak, kak," jawab Thorn sambil menyengir.

"Huft, aku menyerah- aku menyerah!" teriak Blaze sembari mengangkat kedua tangannya ke atas tinggi-tinggi.

"Turunkan tanganmu itu. Ketiakmu bau seperti bangkai tikus tingkat dewa," celetukku.

Blaze spontan menurunkan kedua tangannya dan mencium ketiaknya sendiri.
"Tidak bau kok, malah harum seperti bajunya bidadari,"

Kami ingin muntah dan jijik melihat sikap Blaze tadi.
"Emang kamu pernah ketemu bidadari?" tanya Ice.

"Ya, jelas tidak pernah dong kak! Yakali ada bidadari muncul mau bertemu Blaze. Sedangkan itu anak visualnya aja kayak tikus curut. Kan nggak level," oceh Solar.

"Heh! Itu mulut minta dijahit ya?!" kesal Blaze.

"Boro-boro menjahit, masukkin benang ke lubang jarum saja tidak bisa," ejekku.

✨✨✨

Ting! Tong!

"Tuh, ada tamu. Tolong bukakan pintu, Taufan-" pinta Gempa.

Aku berangkat dari tempat dudukku dan segera membukakan pintu.

"Hai, kak!" sapa... Akai!

"Akai! Sedang apa kamu kesini?!" tanyaku terkejut akan kedatangan Akai.

"Aku mau bermain bersama Thorn, kak!" serunya.

"Ayahmu sudah tahu?"

"Pasti dong kak! Aku sudah minta izin sama ayah," jawabnya.

"Tapi kalau kamu kenapa-kenapa gimana?" tanyaku lagi.

"Aku sudah besar kak! Umur aku kan sepantaran sama Thorn. Lagian juga ya kak, umur aku juga tidak jauh darimu-" kesal Akai.

"Hehe, maaf. Habisnya tingkah kamu seperti anak kecil," ujarku.

"Kayak kakak nggak aja," ucapnya lalu  masuk ke dalam rumah.

"Thorn!" panggil Akai.

"Akai?!" Thorn terkejut ketika melihat Akai datang. Bukan hanya dia saja, mereka yang lain juga terkejut.

"Akhirnya kamu datang juga! Aku sudah lama tidak bertemu denganmu!" seru Thorn seraya memeluk Akai erat.

"Hehe, aku juga!"

"Baiklah, kalian berdua bermainlah bersama. Kalau ada apa-apa, beri tahu kakak saja ya," ujar Halilintar lalu masuk ke dalam kamarnya.

Kami pun bubar meninggalkan meja makan dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Ayo kita ber-swa foto! Kak Taufan mau ikut?!" ajak Thorn.

Aku mengangguk dan ikut menimbrung.

"1, 2, 3! Cheese!"

Ckrek!

"Wah, hasil fotonya bagus!" puji Thorn.
"Iya, aku suka!" seru Akai.

"Mana coba kakak lihat," ujarku.

Thorn memberikan foto tersebut kepadaku. Aku melihat foto itu dengan seksama.

Tak lama itu, aku mulai menyadari sesuatu yang janggal...

Hah! Wajah Akai....

Wajah Akai mirip dengan wajah pria itu!

Pantas saja aku tidak asing saat melihat wajahnya!

Sudah ada yang bisa tebak?

Menurut kalian Taufan bisa mengatasi semua masalah ini nggak?

Yuk dipikir pikir

See u next!

Painful Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang