Selamat Membaca
Hari sudah pagi dan aku bangun dari tidurku. Badanku terasa remuk semua karena tertidur di bawah lantai.
Aku masih memikirkan kejadian yang terjadi kemarin. Mungkin ini memang saatnya aku bersikap tidak peduli mereka. Lagipula mereka juga sudah kecewa terhadap diriku.
Mulai sekarang aku menjauhkan diriku dari mereka.
Aku pergi ke luar kamar untuk mandi. Badanku terasa lengket karena tidak mandi semalam.
Kriett
Aku berhenti sebentar melihat Gempa, Thorn, Solar, Blaze dan Ice yang sedang menatapku kaget. Tidak dengan Halilintar, dia hanya menatapku sekilas lalu kembali fokus dengan sarapannya.
Aku berusaha tidak memperdulikan mereka dan berlalu begitu saja.
"Kak Taufan cuekin kita?" tanya Thorn.
"Mungkin..." jawab Gempa."Sudah kubilang dia pasti tidak memperdulikan kita lagi. Lebih baik kita fokus dengan diri kita sendiri saja. Tidak perlu mengasihani dia," ujar Halilintar santai.
"Mau sampai kapanpun aku akan selalu menjaga dia. Kecuali kalau memang dia sudah kelewatan," ucap Blaze tak terima.
"Bukannya kamu berkata bahwa kamu kecewa dengannya?" tanya Halilintar.
"Iya, aku sempat kecewa dengannya. Tapi aku tidak pernah mencoba untuk menjauhinya apalagi memarahinya!" Blaze mulai tersulut emosi.
"Cih, kita lihat saja nanti. Jika dia melakukan kesalahan lagi, aku tidak akan menganggapnya sebagai saudaranya!" ancam Halilintar.
"Kamu kejam kak," ujar Solar.
"Kejam? Mana yang lebih kejam dari membentak dan menghina saudaranya sendiri?!"
"Tapi kamu juga sedang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukannya," jawab Ice.
"Dia pantas dihina. Dia pantas dibentak. Siapa yang mau mempunyai saudara kejam sepertinya? Tidak ada!"
Halilintar pun berdiri dari bangkunya dan pergi keluar rumah.
"Mau pergi kemana kak?" tanya Gempa. Halilintar hanya mengangkat bahu acuh tak acuh.
Aku menahan tangis di dalam kamar mandi. Perkataan yang dilontarkan Halilintar membuatku sakit hati.
Tidak masalah. Aku memang pantas dijauhi. Aku memang pantas untuk dibenci.
Aku keluar dari kamar mandi dengan muka datar melewati saudara-saudaraku yang sedang menatapku.
Aku memasuki kamarku tanpa menoleh sedikitpun.
"Jika suatu saat nanti aku pergi, tolong jangan tangisi aku"
💔💔💔
Hari sudah malam dan aku ingin pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil.
Tetapi aku merasa lemas sekali untuk bergerak keluar.
Aku paksakan diriku untuk berdiri dan pergi keluar kamar.
Sepi. Tidak ada orang di dalam rumah. Kemana mereka semua?
Aku mengelilingi seluruh ruangan untuk memeriksa apakah ada orang di dalam rumah. Tapi hasilnya nihil.
Setelah membuang air kecil, aku membersihkan rumah sendirian karena rumah nampak sangat berantakan. Aneh... Biasanya Gempa tidak pernah membiarkan rumah berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful Life [END]
Fanfiction"Apa-apaan ini?!!" "Berikan energi kuasamu kepadaku kalau tidak nyawa saudara-saudaramu akan terancam!" "Kenapa? Kamu memberikan kalung ini agar kami selalu bisa mengingat perbuatan busuk dan kejammu itu bukan?!!" "Kenapa kakak menyembunyikan ini se...