Pasar Malam

591 83 19
                                    

Selamat Membaca


"Balonku ada lima, rupa-rupa warnanya~" nyanyi Thorn sambil mengelilingi sofa.

"Hijau, kuning kelabu, merah muda, dan biru~"

"Meletus balon hijau!"

"DOR!!!"

Bukan Thorn yang melanjutkan melainkan Blaze. Thorn terperanjat mendengar teriakan Blaze yang luar biasa menggema.

"HAHAHA!!" tawa Blaze dengan keras tepat di belakang Thorn.

Thorn menoleh menghadap Blaze dengan muka yang ingin menangis. Blaze yang melihat muka Thorn pun berhenti tertawa.

"Aduhh, jangan nangis dong Thorn. Muka kamu udah kayak kambing kelaparan tuh," celetuk Blaze.

"HUAAA!!!" tangis Thorn dengan keras.

"K-KAKAK JAHAT! HUAAA!!"
Suara tangis Thorn menggema ke seluruh ruangan.

Solar yang mendengar tangisan Thorn dari dalam kamar terperanjat membuat dia tidak sengaja menyenggol rak bukunya sehingga buku-buku tersebut ambruk menimpa Solar.

"Tidak apa-apa Solar, tidak apa-apa," batin Solar sambil tersenyum miris.

"HUAAA!!!"

"ADUHH THORN! DIAM DONG! BERISIK BANGET KAYAK TOA!!" teriak Blaze sembari menutup kedua telinganya dengan jari telunjuknya.

"KAKAK GANGGU AKU! AKU TIDAK SUKA! HUAAA!!"

"WOI DAUN SIRIH! BERHENTI DONG!!"

"AKU BUKAN DAUN SIRIH KAKAK! AKU THORN! NAMAKU THORN! HIKS!" teriak Thorn dengan lantang.

"Buset. Ini anak sudah jadi pengikut shiva," gumam Blaze.

Duk!

"HUAAAA!!! SAKITTT!!"

***

"Aduh, sakit ya Thorn?" tanyaku kepada Thorn.
"Ya sakitlah ogeb! Gitu aja masih ditanya!" kesal Blaze.

"Aku tidak bertanya denganmu," sinisku.
"Siapa sih yang menendang bola tadi?" tanya Blaze.

"Itu.. Si cahaya ilahi," jawabku sambil mengarahkan daguku ke Solar.

Aku tadi mengajak Solar untuk bermain bola bersama di halaman belakang. Tak disangka-sangka bola yang ditendang Solar melambung jauh dan mengenai kepalanya Thorn.

"YA AMPUN PERTAMINA!! KENAPA KAMU MELAKUKAN ITU?! DASAR BENSIN!" oceh Blaze.

"YA MAAF, KOREK API! AKU KAN TIDAK SENGAJA! KENAPA KAMU HARUS BERTERIAK?!!" teriak Solar kesal.

"HUAAA, BERISIK BANGET! UDAH KAYAK PASAR MALAM!!" tangis Thorn.

Aha!

"Aku minta maaf ya kak.. aku tidak sengaja," ucap Solar.
"Iya Thorn- kalau kamu maafin kita berdua, kita akan ajak kamu ke pasar malam!" bujukku.

"Iya kak! Nanti Kak Blaze yang traktir kita bertiga!" seru Solar.

"Lah kok aku dibawa-bawa?!" tanya Blaze tidak terima.

Tangisan Thorn mulai mereda. "Hiks, beneran kak?" tanya Thorn kepada Blaze dengan mata yang berbinar.

"Tidak, tidak! Nanti uangku habis!" tolak Blaze mentah-mentah.

"Hiks, hiks," isak Thorn.

"Eh, eehh.. Bercanda kok bercanda.. Nanti kakak traktir," cegah Blaze sebelum tangisan elang itu muncul.

"Yeayy! Terimakasih Kak Blaze, Kak Taufan, dan Solar!" ucapnya senang.

Kami menghela napas bersama.

"It's time for you to go, money," batin Blaze.

***

Aku, Thorn, Solar, dan Blaze pergi ke pasar malam setelah mendapatkan izin dari Halilintar.

Suasananya sangat ramai dan berisik. Wahana bermainnya sangat banyak sehingga membuat kami bingung mau memainkan yang mana dulu.

Mata Thorn membulat dan berbinar-binar melihat sekeliling pasar malam.

"Mata kamu tidak perlu dibuka lebar-lebar. Nanti kakak colok pakai sapu lidi, baru tahu rasa," ujar Blaze sengaja mencari masalah.

"Bodo amat, Thorn tidak peduli!" ucapnya setelah itu pergi ke wahana komedi putar.

Kami bertiga memantaui Thorn dari jauh sambil duduk di bangku yang sudah disediakan.

"Kenapa sifat Kak Thorn seperti anak kecil ya kak?" tanya Solar kepadaku.
Aku tidak menjawabnya, aku terlalu sibuk melihat Thorn yang dengan senangnya bermain komedi putar.

Tanpa sadar, aku tersenyum tipis.

"Yaah, aku dicuekin," lirih Solar.

"Hahaha! Kasian dicuekkin! Mana ada aku cuek, apalagi gak mikirin kamu! Oh yeah!" celetuk Blaze.

"Terserah kamu kak! Terserah!" kesal Solar lalu ikut bermain komedi putar bersama Thorn.

"HAHAHA!! SI KUTU BUKU LARI! BWAHAHA!!" tawa Blaze dengan keras.

"Sstt! Mulut itu jangan dibuka lebar-lebar! Tidak enak dilihat orang!" tegurku.

Orang-orang yang berada di sekitar melihat tingkah Blaze yang menjengkelkan.
Ada yang menggeleng-gelengkan kepala, ada yang menutup mata, ada yang cantik nan manis. Eh-

"Besar nanti jangan seperti kakak itu ya nak," bisik ibu-ibu kepada anaknya yang berada di sampingku.

"Kasihan, mana masih muda,"

"Ganteng-ganteng kok stress?"

"Terlalu gila, skip!"

Begitulah bisik-bisik dari orang-orang yang berada di sekitar kami berdua.

Blaze malah tersenyum manis dan mengibaskan rambutnya dengan cool.

Malu, aku malu. Tolong bawa aku pergi makk! Batinku.

Hai hai haiii


Yang pastinya gak ada unsur seriusnya ya disini hihi

Author harap kalian terhibur sama part ini ya karena author agak ragu nih. Takutnya candaanya garing hhe

Oh iya yang paling penting...
Vote, comment, and follow yaw!


Yang mau follow author silakan atuh dan yang mau add cerita ini ke reading list kalian juga silakan

Author gak maksa kalian. Tapi kalau emang beneran, author bakalan sungkem ke kalian🤣

thank you for reading my story ❤️

See u next!

Painful Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang