Maybe yes or nah

542 63 6
                                    

sorry for triple wafer late update guys, hehe. its a long chapter (sepertinya) sebagai gantinya, enjooy xx

**

"Gen berhenti seolah kau sedang menunggu hasil tes ujianmu keluar" luke sialan.

"Kau gila? Bagaimana bisa jika ini memang kenyataan? Aku tidak sudi menghabiskan masa depanku denganmu" bagaimana bisa ia sesantai itu setelah fakta ini menunjukan bahwa mimpi burukku sedang terjadi detik ini.

Sudah cukup dengan fakta Album foto, luke yang tidur disebelahku tadi pagi, dan  anak yang memanggilku dan luke dengan sebutan mum dan dad dan apa lagi sekarang? Persetanan dengan surat yang sama bodohnya dengan luke ini. aku berbalik, dan menatapnya tajam.

"Luke sialan dengan ini semua, aku sedang berfikir. Diam dan biarkan si Genius ini berfikir."

Tidak mungkin aku menikah dengan luke. aku mengucapkan kata itu berulang kali. Persetanan dengan teori yang saat ini di kepalaku. bagaimana bisa aku menikahi lelaki idiot itu. Ini sangat di luar akal sehatku. 

"Setidaknya aku tidak sebodoh kau, Yang dari tadi berputar-butar tidak menunjukan solusi" sialnya ia benar.

"oke pintar, apa rencana mu huh?" sahutku. aku bersumpah jika yang keluar dari mulutnya kali ini adalah kalimat yang tidak membantu sama sekali aku akan memenggal kepalanya detik ini juga.

"diam dan duduk lah, kau tidak akan bisa berfikir jernih jika kau terus berputar seperti itu. dan mataku yang indah ini bisa buta melihatnya." ha, lucu luke. aku memijit pelipis ku lalu mengikuti sarannya. aku kembali menatap surat sialan yang tadi sempat kuletakan di meja, lalu mengambilnya.

aku membacanya lagi, lalu tersenyum meremehkan "luke, serius aku tidak ingin menikah bahkan bertemu dengan mu.. aku membenci mu luke. kau selalu datang membawa masalah ke hidupku. sialan dengan siapapun yang memasukkanmu ke kehidupanku" luke menatapku lama.

"jangan terlalu percaya diri gen, aku bahkan tidak sudi pernah melihatmu walau hanya sekilas." ucap nya datar seolah ingin mengintimidasi. aku meremas kertas itu lalu melamparnya tepat di wajahnya. 

"ternyata aku masih hebat walaupun tidak latihan selama tiga bulan.." ucapku. luke memutar mata,

ya aku memang ketua team basket di sekolah. namun sayangnya si idiot ini tidak mau mengakui kalau aku hebat. aku dan luke bersaing dalam soal pelajaran maupun nilai tambahan dalam apapun. termasuk posisi ku saat ini, luke mencoba bersaing dengan ku dengan membentuk band konyolnya. well walau ku akui lagu nya lumayan bagus. jangan beri tahu siapa-siapa, sebenarnya aku menyinmpan satu, dua atau tiga lagu band nya luke di iPod ku. hehe. namun aku tetap tidak meyukainya. aku hanya menyimpan lagunya dan menonton perform mereka sebanyak dua kali. not a big deal right?

baiklah lupakan. luke mengambil kertas yang kulemparkan tadi, membukanya, lalu membacanya lagi. aku melihat matanya melebar dan tersenyum bahagia seolah baru menemukan jalan keluar dari labirin. "Gen.. " ucapnya seolah tertahan. "ada apa ?" 

melihat reaksinya yang sangat lama ketika menanggapi sahutan ku, aku mamutar mata. "luke, kau hanya tinggal mengatakan apa yang terjadi dan aku tidak akan merepotkan mu dalam pemakamanku jika aku mati penasaran saat ini" mata birunya bertemu dengan mataku. 

"Gen, jika disini tertera kata ‘bisa atau mungkin tidak' berarti kejadian ini semua belum pasti adanya.." aku merampas kertas itu dari luke. hah, sialnya ia lebih teliti kali ini. dan- hey luke benar, ya tuhan! aku melompat kegirangan diiringi dengan tarian konyolku dan luke. 

The Other RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang