Bad Routine & Tired

505 70 8
                                    

"mum? Dimana dad? Kenapa dia tidak sarapan bersama kita?" tanya lily, ia hanya menusuk- nusuk sosisnya sedari tadi.

"well, hun, semalam dad melewatkan jadwal tidurnya. Jadi ia menggantinya pagi ini" ucapku mencoba membuatnya mengerti.

"apakah aku juga boleh mengganti jadwal tidurku mum?" ucapnya polos. Ya ampun!

"nonono baby, kau memiliki jadwal sekolah di pagi hari, ingat?"

"tapi besok hari minggu.." matanya yang memohon mulai terlihat seperti anak anjing sekarang.

"thats why they called school break my sleep schedule.." luke terkekeh lalu turun dari tangga.

"diamlah luke," geramku. Luke sialan memang. Bagaimana bisa ia mengajarkan anaknya sendiri untuk menjadi pemalas, aku yakin jika kelak Lily sudah besar dan mempunyai masa depan yang sama suramnya dengan wajah luke. Aku tidak segan mencincangnya nanti.

"wut? Aku hanya menyampaikan pendapatku, bukankah kita harus mendidik Lily menjadi anak yang jujur Gen?" kita asshole.

ia tersenyum menyebalkan, well, walau ia memang selalu menyebalkan.

Aku hanya memutar bola mataku. Luke mencomot sarapannya tanpa duduk dan menggunakan garpu, lalu ia pergi enatah menuju kearah mana. "mum, aku takut terlambat mengikuti jadwal les ku. Bisakah kita berangkat sekarang? Please?"

"no du- i mean, no Lily habiskan sarapan mu terlebih dahulu okay?" sial, no swearing gen.

"baiklah mum," Lily mengambil sisa makanannya lalu berlari menuju pintu luar.

Aku mengikutinya, melihat kunci mobil yang di gantungkan. Pun aku meraihnya dan keluar menuju mobil. Aku menempelkan bokongku di jok lalu mulai menyalakan mobil. Kami mulai menjauhi rumah. Aku baru ingat. "uhm.. babygirl? Bisa kau tunjukan jalannya? Aku mulai lupa.." sial, alasan ku sangat tidak logis.

*

"Lily, mengapa kau makan dengan tangan kirimu?"

"kenapa? Apakah itu buruk mum? Dad melakukan nya tadi.." clap.

"no, jangan tiru dad mu okay?" ia mengangguk dan menghabskan makanannya dengan tangan kanannya. Lihat betapa baiknya pengaruh yang diberi oleh si hemmings itu.

Ternyata jarak yang ku tempuh cukup jauh, untung jalan disini banyak menggunakan sistem one way bisa mati aku jika terjebak atau tersesat di sini. Ini bukan tempatku, kau tahu?

Tak lama, Lily menunjuk-nunjuk gedung dengan cat putih dengan banyak kaca. Yang menurutku apa ini tidak terlalu besar jika hanya sekedar untuk dijadikan tempat les biola saja? Ya, lily sempat bercerita tenang teman barunya yang mengikuti les tersebut membawa koper biola keluaran terbaru dengan warna black glitter, aku langsung menangkap bahwa ia mengikuti les biola, ditambah lagi lily juga membawa sebuah koper kecil yang berbentuk- bahkan ku yakini isinya adalah biola. Lily juga mengatakan bahwa ia dan teman barunya itu berkesempatan tampil diacara semacam pertunjukan seni. Ah, betapa membanggakannya anakku bukan?

Ketika memasuki area gedung, aku melihat sekeliling. Oh pantas.. ternyata disini tidak hanya tempat les biola, mungkin ini gedung seni? Mungkin, Karna aku juga melihat beberapa anak yang membawa alat-alat seni lain seperti kuas dan canvas, stick drum, gitar, text drama, ada juga yang terlihat seperti sedang memahami barisan not balok..

The Other RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang