hurt

218 36 3
                                    

Tujuh bulan berlalu, sejak keputusan management 5 Seconds Of Summer yang berakhir luke menangis di bahuku dua hari berturut-turut. banyak yang berubah sejak insiden itu, luke kembali menjadi biadab dengan ajaib. tidakkah dia mengingat bahwa ia memiliki beribu janji untuk ditepati?

benar, mulut lelaki hanya penuh omong kosong.

aku jadi ingin menikahi diriku sendiri, mengingat semua orang tidak bisa dipercayai.

Ha.

"chip?" ujar penjaga ini menyadarkan dari lamunan ku.

"eh? ini.." ucapku linglung mengapa aku bodoh sekali, aku memberikan semacam chip yang sudah berisi semacam saldo untuk bermain di taman bermain ini.

kami sedang berada di taman bermain, ya begitulah.. kau tahulah siapa yang meminta ini semua kalau bukan-

"mum ayo duduk.." aku melihat kursi berderet dua baris kebelakang, kami duduk di kursi paling depan. permainan apa lagi ini?.

taklama ada suara menggema menginstruksikan kami untuk memakai sejenis kacamata yang sudah disediakan. seketika semua yang ku lihat menjadi berbeda. aku tiba-tiba duduk di atas rollercoaster dengan safety belt lalu tak lama-

"WHOAAAAH SHIT!!" rollercoaster sialan ini melaju dengan sangat cepat. aku tidak dapat menahan teriakanku.

rollercoaster ini berbelok, berputar, dan melingkar dengan ekstrim mengikuti jalurnya. sial ini yang paling parah diantara permainan yang sudah ku naiki seharian ini.

tak lama mulai terlihat ujung dari rel permainan ini yang belum selesai, terbukti dari police line yang menampilkan tulisan 'do not cross' dan berarti kami akan-

"JATUH, AKU AKAN MATI SIALAN" aku mendadak panik tak berujung, yang benar saja!

dugaan matiku salah ketika ternyata kereta ini menghantam benda lembut. awan? hei?! bagai mana bisa.. namun tulisan 'thanks for playing' yang terpampang jelas menjawab pertanyaanku. aku meraba kacamata yang ku kenakan.

gila.. senyata itu?

canggih sekali jaman ini! Yang tadi itu begitu nyata!

Aku dan Lily turun lalu keluar, yang tadi itu lebih dari 3D. 9D? 10D? atau 11? begitu nyata.

Jam di pergelangan tangan ku menunjukan pukul 4.00pm aku memutuskan untuk mengajak lily pulang.

diperjalanan aku memperhatikan setiap arsitektur gedung yang.. damn! ini semua menakjubkan. Aku juga mencoba mengingat-ingat tempat penting yang mungkin akan berguna jika aku membutuhkan sesuatu. Yah meskipun tersedia gps setidaknya aku harus menghapal perlahan agar tidak ada yang mencurigakan.

Tak lama rumah bernuansa modern dengan tanaman berbagai macam bunga didepannya mulai telihat. Aku turun dan menggandeng tangan mungil Lily untuk memasuki rumah.

Ketika tanganku hampir menyentuh pintu entah ini telingaku saja atau televisi di dalam sedang menontonkan adegan dewasa, namun aku mendengar suara desahan.

Rasa penasaranku memuncak ketika mendengar suara wanita tertawa manja, lantas aku membuka pintu dan-

"holy-" Tangan ku sesegera mungkin menutup mata Lily.

"Well baby, pergilah bermain dengan Edden katakan pada Uncle Calum nanti mum akan menjemputmu ok? Jangan pulang sebelum mum menjemputmu"

"Uhm owwkaay" jawabnya ragu lalu ia berlari menuju rumah yang berada tepat di samping rumah kami. Setelah memastikan lily pergi ke rumah calum aku berbalik,

"Wow..

-What was that honey? Live show?" Geramku.

Luke dan jalang sialan itu menarik baju serta pakaian dalam yang tegeletak di lantai dan memakainya terburu-buru. "No need to, kalian bisa melanjutkannya sementara aku akan mengurus surat dan melancarkan hubungan kalian" sindirku.

Aku memutar mata "Dengar Gen yang barusan hanya kecelakaan kecil dan-

"Sure bitch, save that shit. I dont need him anyway.." jalang sialan itu menunduk.

"Dia benar Gen ini adalah hal yang tidak disengaja, kau-

"You did call her, meet her, hangout, sex with her. And you said it was an accident? Bisakah aku mengatakan ini untuk kedua kalinya? Wow."

Aku berjalan mendekat ke arah Luke, then i slapped him.

"Sorry luke that was an accident.."

Aku memukul perutnya keras.

"Sorry luke that was an accident.."

Lalu aku menerjangnya,

"Sorry luke that was an accident.."

Ketika aku berniat memukulnya lagi jalang itu menghalangiku, membuat gepalan tangan ku menghantam nya. Ia meringis, melihat hidung nya mengeluarkan bercak merah.

Keren juga pukulanku.

"Go to hell Luke.." ucapku gemetar. Tak kuasa menahan tangisan.

Lantas aku pergi ke kamar mengurung diri, aku menangis dalam diam. Dadaku terasa penuh, aku menarik nafas panjang namun masih terasa sesak.

"Oh God.." Aku memaksakan tersenyum, namun sakit itu semakin menjalar.

Mengapa? Apa yang kurang menyedihkan dari hidupku? Tidak, kali ini berbeda. Yang ini lebih sakit dari yang pernah kurasakan. Aku tidak hanya merasakan kesal ataupun panas namun rasa sesak dan perih itu mendominan. Atau mungkin aku-

oh..

shit

Hell no

Ini tidak boleh terjadi.

Tidak, aku tidak patah hati. Aku hanya lelah, ya lelah.

akui saja, jangan mengelak. kau menyukai bocah itu Gen.

I dont love him, I dont even like him.

lihat? kau harus menerima kenyataan.

pfttt no

kau hanya belum benar-benar menyadarinya.

hell,

lantas mengapa kau merasa tersakiti, sementara menurutmu kau tidak memiliki perasaan spesial?

Aku melirik foto yang menampakan keluarga kecil kami. Namun mataku terfokus pada mata biru milik lelaki sialan itu, mata biru yang terlihat teduh namun menyebalkan. aku menggigit bibirku keras-keras. Tawaku lepas.

does he put a spell love on me?

Damn, ini terdengar konyol

did i just said the L thing?

Sial, bocah pirang itu membuat ku jatuh cinta padanya, tanpa melakukan apapun.

****

SPECIAL PART YANG DITULIS SAMA MAURA KU TAYANGG.

maura si semangka lover.

hA.

See ya on next chaptah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Other RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang