3. Raka

102 8 0
                                    

Semua cerita bersifat fiksi hanya karangan penulis, banyak yang dilebih lebihkan.

Let's Read
.
.
.

(。・ω・。)

Seperti janji yang telah Raka buat bersama Ammar dua hari lalu, jika Raka akan ikut kegiatan volunteer. Kali ini diadakan di panti asuhan yang bergabung dengan anak sekolah lain. Tentu saja ketuanya adalah Ammar. Bukan hanya Raka saja yang ikut, tetapi mereka pergi bertujuh termasuk Raka. Ammar sampai memohon agar Raka ikut serta sebab anak yang lain pasti akan menolak jika Raka tidak ikut seperti Benny dan Gandhi, mereka seperti anak kembar yang tidak bisa dipisahkan.

Raka bersama seketeng boys rutin mengadakan kegiatan volunteer sendiri semacam ini. Seperti beberapa bulan lalu tepat di hari ulang tahun Benny, mereka melakukan kegiatan volunteer juga di salah satu taman kanak-kanak di pinggiran kota. Ketahuilah mereka bukan hanya tampan, tetapi mereka juga baik dengan jiwa sosoal yang tinggi. Bukan menjadi orang yang suka menyombongkan diri.

Raka saat ini sedang berada tepat didepan gerbang rumah Gandhi, untuk apa? tentu saja menjemputnya karena Gandhi sedang dalam masa hukuman. Orang tuanya memutus aset termasuk alat transportasi pribadi seperti mobil serta motornya, karena beberapa hari yang lalu Gandhi menghancurkan PS4 nya, lantaran kesal kalah bermain game bersama sepupunya.

Sang pemilik rumah keluar dengan kaus merah dibalut kemeja flanel yang sengaja tidak dikancingkan serta celana jeans berwarna hitam, tampan sekali. Gandhi memperlihatkan senyum cerahnya seperti dia sedang ditunggu pacarnya didepan rumah. Percayalah saat ini Raka memang berada diluar mobil bersender di pintu depan menghadap gerbang rumah Gandhi, situasi yang biasa terjadi untuk seorang sepasang kekasih.

Dengan tidak siap Gandhi menerima lemparan kunci mobil dari Raka, "Lo yang nyetir," kata Raka kemudian masuk kedalam mobilnya dan diikuti Gandhi. Mobil berjenis Audi A5 berwarna Matador Red Metallic itu kemudian meninggalkan rumah Gandhi dengan cepat.

"Beli pot bunga dulu kan kita?" tanya Gandhi pada Raka yang saat ini sedang bermain dengan ponselnya.

Raka hanya menganggukinya.

"Lo tau nggak kalo kita sebenarnya udah telat. Banget!!!" kata Raka pada Gandhi yang tengah fokus pada jalan. Sekarang giliran Gandhi yang mengangguk.

"Beli di pasar bunga aja ya, yang sekalian ngelewatin," kata Benny yang pasti Raka hanya menganggukinya.

Setelah terdiam tanpa percakapan didalam mobil, Gandhi menghentikan mobilnya dan turun bersama Raka membeli beberapa pot bunga berbagai ukuran.

"Ibu, udah ini berapa semua," tanya Gandhi setelah mereka memilih beberapa pot yang terbuat dari plastik.

Dihitungnya oleh ibu penjual menggunakan kalkulatornya, "Seratus enam puluh tujuh mas," kata ibu penjual pot.

"Pas in aja lah bu, seratus enam puluh gitu," tawar Gandhi.

Ibu penjual menggelengkan kepalanya, "Nggak boleh mas udah saya potong ini."

"Seratus enam puluh lima deh," tawar Gandhi kembali. Ibu penjual tersebut akhirnya mengiyakan.

Raka yang melihat dari posisi berdirinya sekarang hanya tertawa geli melihatnya, karena memang sudah hafal apa yang akan dilakukan Gandhi. Gandhi hanya sekedar menawar, tetapi dia akan tetap membayar dengan harga sebelum Gandhi menawar atau bahkan membayar lebih.

"Ini bu," kata Gandhi.

Uang tersebut diterima ibu penjual dan akan memberikan kembalian tetapi Gandhi pergi berlalu.

About Raka || JAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang