Semua cerita bersifat fiksi hanya karangan penulis, banyak yang dilebih lebihkan.
Let's Read
.
.
.(。・ω・。)
Cendanasia Bahara hari ini tak seperti biasanya. Tak ada siswi yang tiba-tiba berteriak karena pesona ketujuh anak seketeng. Sepertiny tidak ada tontonan yang menarik untuk dilihat. Sangat sepi jika anak seketeng tidak berada di sekolah.
Waktu berjalan sangat cepat karena jam pulang sekolah sudah berbunyi. Seperti biasa para murid dengan langkah cepat meninggalkan area sekolah.
"Hari ini kita bakal sibuk banget Ndo." Seru Naqa pada Endo yang masih setia duduk bangku dekat motornya terparkir.
Berada diparkiran dua anak seketeng itu duduk dibawah pohon hijau yang tumbuh lebat di area parkiran yang tidak diketahui namanya.
"Hooh." Endo mengangguk.
"Kita mulai dari siapa dulu?" lanjut Endo.
"Emm--." Naqa berfikir sejenak, menaruh telunjuk tangan kiri didahinya.
"Kita ke rumah Kak Raka dulu, abis itu ke rumah Kak Benny?"
"Tapi kan rumah Kak Raka sama Kak Benny beda arah, Kak Benny kan sebelah rumah gue," balas Endo.
"Oiyaa! Goblok banget gue," Naqa menepuk dahinya sendiri.
Hari ini Naqa dan Endo akan menjenguk kakak-kakaknya yang tidak masuk sekolah, berbarengan secara tidak sengaja. Mereka sepertinya masih merasa sakit akibat bergelut, padahal kemarin bilangnya baik-baik saja. Emang sok-sokan mereka.
"Kalo gitu, ke rumah Kak Raka, Kak Gandhi, Kak Ammar, Kak Benny, terakhir ke rumah gue," jelas Naqa.
"Ke rumah Kak Benny nya terakhir aja sekalian lo nganter gue, nanti gue tinggal jalan."
"Jadi dari rumah Kak Ammar ke rumah gue?"
"Hooh."
"Baiklah kalau begitu mari kita bergerak," final mereka menutuskan.
"Oke, bawa apa kita?" tanya Endo setelah mengangguki ucapan Naqa.
"Nggak usah, bawa diri aja cukup." Naqa terkekeh, Endo pun ikut terkekeh mendengarnya.
Setelah selesai berdiskusi Naqa dan Endo meninggalkan area parkiran. Seperti ucapan Naqa mereka tidak membawa apa-apa hanya membawa diri. Entah ini ajaran siapa mereka menjenguk orang tidak membawa apa-apa.
Tepat didepan gerbang sekolah motor yang Naqa kendarai berhenti untuk menyebrang menuju rumah Raka. Mata Naqa terfokus pada gadis yang ada diseberang jalan dekat pemberhentian bus.
"Itu yang di sebelah halte Kak Dina bukan sih?" tanya Naqa yang mengeplak kaki Endo.
"Mana? Eh iya, ngapain dia disana?" Endo bertanya pada Naqa yang dipastikan Naqa juga tidak tau.
"Samperin nggak? Siapa tau nyari Kak Raka, bisa-bisa dia lumutan nunggu disana."
"Samperin aja lah yok."
Mereka memutuskan untuk menghampiri Dina yang saat ini duduk di sebelah halte bersama beberapa siswi Cendanasia dengan seragam berbeda walau Dina menggunakan luaran berupa cardigan tapi tetap saja warna roknya berbeda dari anak Cendanasia.
Motor besar berwarna hitam milik Naqa berhenti tepat dimana seorang Pradina duduk.
"Kak Dina!" panggil Naqa dan yang punya nama menoleh ke arahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raka || JAY
FanfictionSemua ada dipihak Raka!! tentu saja. "Bintangnya banyak kan," tanya Raka. "Iya.. satu, dua, tiga." "Jangan di hitung," potong Raka. "Kenapa." "Lo bisa kehilangan bulan saat lo sibuk menghitung bintang." • Semua cerita bersifat fiksi hanya karangan...