Semua cerita bersifat fiksi hanya karangan penulis, banyak yang dilebih lebihkan.
Let's Read
.
.
.(。・ω・。)
Satu minggu tepat sebelum anak murid kelas dua belas menjalani ujian kelulusan. Sekolah pasti sepi tidak ada mereka karena memang dalam hari tenang menjelang ujian. Bukan hari tenang sebenarnya buktinya ketiga anak seketeng yang merupakan kelas dua belas sedang berada ditongkrongan saat ini.
"Ya Tuhan tolong jadikan otak ini setara dengan Ammar." Doa yang tengah dipanjatkan oleh Benny saat dia lelah dengan buku didepannya yang sebenarnya tidak dibaca itu.
"Ya Tuhan doaku sama kayak Benny. Aamiin." Gandhi ikut memanjatkan doa.
"Ya Tuhan aku lupa doa ini tolong jadikan pemimpinku ini jadi juara umum dengan nilai empat semua. Aamiin." Lanjut Benny.
Berbeda dengan Benny dan Gandhi, Ammar malah tertawa mendengar seruan doa dari kedua temannya tersebut.
"Kenapa nggak doa buat diri lo sendiri Benny ganteng." Seru Ammar yang tertawa renyah mendengar Benny.
"Pasrah saya, kak." Lagi-lagi Ammar tertawa mendengar seruan Benny.
"Anyways, Raka kemana? Tanya Gandhi disela tawa mereka.
Ammar dan Benny serentak menaikkan kedua bahu mereka menandakan bahwa mereka tidak tau Raka dimana dan kemana.
Setelah beberapa hari sebelumnya Raka menjelaskan semua pada Dina dia hanya datang dua kali ke tongkrongan dan setiap di sekolah hanya biasa saja, tidak banyak banyak bercanda pada anak seketeng lainnya.
Semua anak seketeng sudah mengetahui jika Raka sudah memutuskan untuk berhenti berurusan dengan Ethan dan Dina. Soal data yang Raka dapat juga mereka sudah mengetahuinya. Soal rencana Raka kedepannya juga mereka sudah mengetahuinya, yang mereka tidak tau adalah dimana Raka saat ini.
"Gue berasa kayak teroris di telpon mulu sama Dina. Kasian tapi gue juga kesel sama dia." Seru Benny seraya melangkah mengambil minuman dikulkas.
Ammar dan Gandhi mengangguk karena mereka juga sama terus menerus ditanyai mengenai dimana Raka mengapa Raka tidak bisa dihubungi, terus seperti itu.
"Raka juga nekat banget nggak sih?" Seru Gandhi.
"Kalo Raka sendiri udah capek mau gimana lagi, kita bisa apa?" Jelas Ammar memang benar keputusan yang diambil Raka pasti sudah dipikir baik-baik sama Raka, sebagai sahabat yang baik mereka hanya perlu mendukung Raka sepenuhnya.
Ponsel Benny tiba-tiba bergetar diatas meja menampakkan nama Ara disana.
"Yes baby!" Seru Benny.
Ammar dan Gandhi hanya bisa saling tatap serta bergidik ngeri melihat Benny yang saat ini sangat menjiwai peran sebagai seorang pacar yang manis.
"Ini-- Anu-- Ben-- Sumpah-- aku--." Suara Clara atau Ara lebih gampang, yang terbata-bata karena panik dipanggilan tersebut.
"Kenapa Ara, tarik napas udah terus buang." Seru Benny seraya mempraktekkan apa yang diucapkan. Sedangkan Ara disana juga mengikuti saran Benny.
"Udah kan, sekarang ngomong pelan-pelan." Interupsi Benny selanjutnya.
Ara terlihat menarik napas dan mengaturnya seraya kembali melihat kedepan diseberang sana apakah Ara salah lihat atau tidak. "Benny gue liat Raka di deket lapak mbak Lina lag---".
KAMU SEDANG MEMBACA
About Raka || JAY
FanfictionSemua ada dipihak Raka!! tentu saja. "Bintangnya banyak kan," tanya Raka. "Iya.. satu, dua, tiga." "Jangan di hitung," potong Raka. "Kenapa." "Lo bisa kehilangan bulan saat lo sibuk menghitung bintang." • Semua cerita bersifat fiksi hanya karangan...