Jagan lupa vote dan komen terlebih dahulu...
🐰🐰"Miris, kenapa saya mendapatkan ayah yang malah membuat luka pertama dalam hati saya?"
Air mata yang berusaha ia tahan tak mampu di bendung lagi, Gefe bukan menangisi ucapan ayah Laura tadi, tapi ia menangisi betapa malangnya gadis remaja yang sekarang ia tempati raga nya. Dulu ia kira kesulitan terbesar dalam hidup adalah ketidakadaan nya uang. Tapi setelah melihat bagaimana kehidupan Laura, ia rasa bukan hanya itu masalah terbesar dalam sebuah kehidupan.
Seisi rumah itu hanya terdiam setelah mendengar ucapan Gefe, entah kenapa hati Defan, Rio dan Edric terasa sakit setelah mendengar Gefe mengucapkan kalimat itu.
Gefe kembali menghapus air matanya. Ia menatap manik mata Edric dengan tatapan penuh percaya diri.
"Mulai hari ini saya sudah memutuskan. Jalani hidup kalian sebagaimana mestinya dan jangan pernah mengurusi hidup saya. Dan anda"- tunjuk Gefe kepada ayah Laura -"jika tidak mau menghidupi hidup saya lagi, saya siap keluar dari rumah ini. Jadi gelandangan lebih baik dari pada hidup mewah tapi penuh luka"
Dengan sisa-sisa sakit hatinya Gefe melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda. Meninggalkan ayah dan kedua saudara kandung nya yang masih terdiam merenungi kata-kata nya.
Kali ini Gefe sedikit beruntung karena ibu tiri dan saudara tirinya tidak ada. Jadi tidak ada yang mengompori keluarga bodoh nya itu. Kalian tidak melupakan jika Andre masuk rumah sakit setelah bertarung dengan Gefe bukan?
***
Gefe menghempaskan tubuhnya di atas kasur queen size miliknya. Matanya menerawang langit-langit kamar yang penuh lukisan abstrak. Kamar Laura penuh dengan lukisan abstrak yang jika di lihat oleh orang yang tidak menyukainya maka akan merasa aneh dan tidak nyaman.
"Lukisan abstrak. Hampir menggambarkan kehidupan lo yang menyedihkan ini"
"Gue istirahat aja lah. Ngomong sama nangis butuh tenaga lebih ternyata" setelah mengucapkan kalimat itu, mata Gefe perlahan tertutup. Menyusuri alam mimpi, masih dengan seragam lengkap dan kaos kaki yang melekat pada tubuh nya.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Gefe dengan baju santai nya menuruni tangga bermaksud untuk makan malam. Di sana, tepatnya di ruang makan, sudah ada kedua abang kandung nya, ayah, ibu tiri dan saudara tiri nya. Sepertinya kondisi Andre sudah membaik sehingga malam ini ia sudah ada di rumah.
Ya, memang dasar nya mereka saja yang lebay, sekeras apapun pukulan Gefe, dia hanyalah perempuan biasa, terlebih tenaga di tubuh Laura ini tidaklah seberapa. Seharusnya tidak akan menyebabkan luka yang parah hingga harus di bawa kerumah sakit.
Dengan gerakan santai Gefe mendudukkan bokong nya pada salah satu kursi di sana, kemudian mengambil nasi dan lauk yang ia suka tanpa memperdulikan berbagai tatapan berbeda dari keluarganya.
"Ini pa, anak kamu yang udah bikin Andre masuk rumah sakit. Lihat tampang nya, nggak ada rasa bersalah sedikitpun" Mira-ibu tiri Laura, memandang sinis kearah Gefe.
Gefe masih tak memperdulikannya, ia tetap melanjutkan kegiatan makannya, begitu juga dengan abang dan ayahnya.Mereka seperti tidak mendengarkan omongan Mira.
"Paa!! Kok kamu diam aja sih, kamu nggak marahin anak kamu itu? Dia udah bikin anak aku celaka loh" ucap Mira lagi berusaha mengompori Edric
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Salavoka (Tahap Revisi)
Fantasía[TAMAT] [BELUM SEPENUH NYA DI REVISI DAN MASIH BERANTAKAN] Geferia Kesha Salavoka, gadis cantik berusia 25 tahun yang berhasil meraih kesuksesannya meski terbilang masih muda. Memiliki keluarga dan pasangan yang sangat menyayanginya membuat hidup Ge...