Transmigrasi Salavoka #26

33.7K 2.9K 11
                                    

Selamat membaca dan semoga suka 🐰🐰
Yhuphiiiii_




Dan di sinilah mereka sekarang. Rio dan gefe. a.k.a laura. Duduk berdua di taman rumah sakit yang sedikit sepi karna siang ini cuaca cukup panas. Gefe memilin-milin baju nya,  ia bingung harus mengucapkan apa sekarang. Ia masih ragu untuk jujur kepada Rio. Ia tidak tahu apakah Rio benar-benar sudah menerima pemilik tubuh ini atau tidak.  Ia hanya takut, takut di khianati.

"Lo nggak mau cerita?" ucap Rio memecah keheningan yang sempat terjadi

Gefe terdiam mendengar ucapan Rio, ia memang ingin berkata jujur, tapi hatinya berulang kali mengatakan tidak. Ia ragu, bingung, dan takut.

"Ra, lo beneran nggak mau cerita?" tanya Rio lagi untuk yang kedua kalinya

Kali ini gefe memalingkan wajahnya menghadap keatah Rio, matanya menelisik menyelidiki dua bola mata itu, berusaha untuk mencari kesalahan di sana. Tapi ia tidak menemukan apa-apa, matanya melihat bahwa Rio benar-benar hanya ingin tahu, dan sepertinya ada ketulusan di dalam sana.

"Lo....." gefe menjeda ucapannya, membuat Rio menahan nafas sebentar
"Lo....lo benar-benar udah nerima gue?"

Pertanyaan dari gefe membuat Rio menghela nafas pelan
"Gue tau nggak mudah buat lo percaya sama gue, setelah apa yang udah terjadi di masa lalu. Tapi terlepas dari lo percaya atau nggak, gue benar-benar udah tulus sayang sama lo. Rasa sayang seorang abang yang seharusnya gue kasi ke-lo dari dulu" ucap Rio yakin penuh ketulusan.

"Lo yakin?"

"Kasi tau gue hal yang bisa gue lakuin supaya lo percaya kalo gue udah berubah!" sahut Rio sambil menatap lekat manik mata milik laura

"Gue berusaha untuk percaya sama lo, jadi gue harap lo nggak ngecewain gue. Gue akan cerita soal yang semalem" final gefe dengan mantap. Ia akan memberi Rio kesempatan. Tapi jika ia berani berkhianat, maka tangan gefe sendiri yang akan memberinya pelajaran.

"Thanks" ucap Rio dengan senyuman nya

"Gue akan cerita. Lo diem dengerin gue, jangan dipotong karna gue nggak suka pembicaraan gue di potong. Dan habis gue cerita, pliss jangan maksa untuk tau lebih dalam lagi, apa yang gue kasi tau ke-lo sekarang, maka itulah batasan yang gue izinin untuk lo tau"

Rio hanya mengangguk-angguk kan kepalanya tanda mengerti dengan ucapan yang gefe lontar kan .  Setelah melihat reaksi Rio, gefe membuka mulutnya untuk memulai cerita.

"Jadi sebenarnya apa yang terjadi semalam gue juga nggak tau jelasnya kenapa. Tapi gue akan cerita ke-lo alasan kenapa gue ngilang semaleman. Semalam gue pergi kerumah sakit buat jengukin kely, tapi waktu udah mau sampe di Rungan nya, kepala gue tiba-tiba pusing dan gue tau nya gue pingsan waktu itu. Setelah semuanya gelap, gue udah nggak ingat apa-apa lagi. Tapi waktu gue udah bangun, gue tiba-tiba aja ada di sebuah rumah yang gue nggak tau itu dimana. Karna masih lemes banget, jadinya gue ketiduran di situ sampe pagi. Dan waktu udah bangun gue langsung pulang kerumah, eh tau-tau nya ada kejadian itu, untung ada bapak-bapak polisi yang ngasi tau gue kalo kalian semua ada di rumah yang satu nya lagi. Jadi gue bisa langsung pergi kesana. Udah itu aja..." jelas gefe panjang lebar dengan memberi tahu Rio sebuah fakta yang sedikit di modifikasi. Ingat. Ia masih belum sepenuh nya percaya kepada Rio.

"Lo pingsan? Terus yang bawa lo kerumah itu siapa?" tanya Rio dengan raut wajah bingung. Dari awal sampai akhir gefe bercerita, Rio memang sudah bingung.

"Gue nggak tau, gue kan pingsan" jawab gefe sedikit kesal

"Jangan-jangan, orang yang neror kita?" ucap Rio sedikit bersemangat menyampaikan pendapatnya

"Gue nggak tau dan nggak mau cari tau. Yang penting gue udah cerita sama lo, jadi sekarang gue udah bisa masuk kan?. Gosong gue kalo lama-lama di sini, lo juga kira-kira kalo milih tempat. Cuaca terik kayak gini ngajakin ke tempat yang terbuka kayak gini" ucap gefe bodoamat, dan pergi dari sana dengan kesal. Ia yakin jika wajahnya sekarang pasti sudah memerah

Rio yang merasa bersalah berteriak meminta maaf kepada gefe yang sudah menjauh dari sana
"Sorry Ra!!! Nggak kepikiran tempat lain soalnya tadi!!!"

Karna gefe yang sudah berada cukup jauh, sepertinya ia tidak mendengar ucapan Rio.
"Jadi penasaran gue. Hah yang itu nanti aja dah urusan nya. Sekarang ada sesuatu yang harus gue lakuin" ucap Rio kepada dirinya sendiri, kemudian melangkah kan kaki nya meninggalkan taman. Namun ia bukan kembali masuk kerumah sakit, melainkan pergi kearah parkiran tepat dimana motornya berada.

.
.
.
.

Motor Rio melaju membelah jalanan yang lumayan padat, namun entah kenapa dengan mudah ia mengendarai motornya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tapi pastinya mendapat sumpah serapah dari pengguna jalan lain.

Tepat di depan sebuah rumah bercat putih dengan ukuran yang tidak terlalu besar. Alias mini. Rio memarkirkan motornya dan menuju kearah pintu masuk rumah itu

Tok..tok...tok

Rio mulai mengetuk pintu rumah itu tiga kali, dari luar ia bisa mendengar suara seseorang yang merespon ketukan nya

Ceklek

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan seorang gadis berhoodie hitam yang sedang mengemut permen di mulutnya

"Ngapain?"

"Gue mau minta tolong sama lo"

"Apaan?"

"Mm....masuk dulu boleh?" tanya Rio sedikit kikuk

"Hm..." dehem cewek itu mempersilahkan Rio untuk masuk

Saat sudah masuk sepenuhnya kedalam rumah itu, Rio sedikit terkejut sekaligus rada takut melihat isi nya yang tidak sesuai dengan penampilan luarnya. Cat di dalam sini semuanya  full berwarna hitam. Dan jangan lupakan lukisan-lukisan abstrak yang entah kenapa terlihat menyeramkan. Perabotan di dalam sini juga berwarna senada.

"Ini rumah lo?"  cetus Rio tidak sengaja karna saking heran nya

"Iya. Kenapa?"

"Serem amat" ucap Rio lagi dengan jujur

"Haha biasa aja"

Rio mendelik saat mendengar tawa gadis itu, terlebih lagi raut wajahnya yang lebih terlihat menyeramkan saat ketawa di banding saat berwajah datar

"Gue salah milih orang kayaknya" gumam Rio pelan nyaris tak terdengar

"To the point aja. Ngapain lo kesini?. Sendiri lagi, udah lama nggak ketemu,lo masih aja kayak dulu"  ucap gadis itu sambil menilai penampilan Rio dari atas sampai bawah

"Berdiri aja nih, suruh duduk kek"

Gadis itu tersenyum manis, namun entah kenapa di mata Rio itu terlihat menyeramkan. Lalu ia mengangguk pertanda mengizinkan Rio untuk duduk

"Gue mau minta bantuan lo—" Rio mengeluarkan sebuah amplop putih polos kepada gadis itu
"Semuanya udah ada di dalam, uang sama apa yang gue mau lo cari"

Gadis itu menerima amplop yang di berikan oleh Rio lalu menepuk-nepuk nya pelan. Alisnya terangkat satu sambil memandang remeh kearah Rio

"Itu uang muka, sisanya nanti gue kasi" seakan paham maksud ekspresi wajah gadis itu, Rio terlebih dahulu berucap. Wajahnya saja terlihat sedikit menyeramkan, walaupun cantik. Apa lagi mulutnya, sudah pasti tajam.

"Oke...lo boleh pergi" ucap gadis itu lebih kearah mengusir Rio

"Lo juga masih sama, nggak sopan. Dan suka seenak nya" ketus Rio lalu melongos pergi meninggalkan gadis itu, yang sekarang sedang tersenyum manis. Sangat manis, senyuman berbeda seperti yang dilihat Rio sebelum nya. Namun Rio tidak bisa melihatnya karna sudah terlebih dahulu pergi.







Transmigrasi Salavoka (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang