「Chapter 15」

589 74 44
                                    

"Aku disini.. mau menagih utang!" Ucapnya lantang. Tanpa keraguan sedikitpun.

Krik krik.

Wait.. what? Tsukishima nge-blank. Modus penipuan apalagi nih.

Maksudnya.. suasananya lagi mendukung banget gini.. langit yang menjingga, angin sepoi-sepoi, juga suasana yang syahdu.y

Tapi gadis ini malah nagih utang yang bahkan Tsukishima tidak ingat?

"Hutang.. apa?" Bahkan Tsukishima sampai kehilangan kata-kata.

"Oh, kemaren Tadashi mau jajan, tapi lupa bawa uang, kebetulan aku lagi ada disana, jadi aku meminjamkan uang padanya," jelas (Name).

"Hah? Lalu apa hub-"

"Eits, sabar, belom selesai ini. Tadashi bilang makasih, trus nyuruh aku nagih ke kamu. Katanya kamu punya utang ke dia?" (Name) memegang dagu, berusaha mengingat-ingat.

Tsukishima menghela napas, ia memang berhutang pada Yamaguchi. Ia segera merogoh sakunya, mengeluarkan dompet, lalu mengambil beberapa lembar uang.

"Nih." Ucapnya sembari meletakkan lembaran tersebut di tangan (Name) yang menengadah.

"Sip, lunas bro." (Name) menyatukan ujung jari telunjuk dan jempol membentuk lingkaran. Ia mengangguk.

Hening. Now what?

Tsukishima maupun (Name) sama-sama tidak melangkah sedikitpun. Mungkin mereka mengharapkan terjadi sesuatu? Tapi ya kalo ga ada yang gerak ya sama aja.

"Sudah, kan? Aku pergi." Tsukishima menghela napas, mengusap belakang leher. Beranjak menggerakkan tungkai. Sebelum suara halus menginterupsi.

"Chotto matte.."

Melirik melalui sudut mata, Tsukishima membatin, "wibu, lari g y?"

Seakan bisa membaca pikiran Tsukishima, (Name) membalas, "tidak perlu lari, saya wibu yang baik."

"Apasih absurd banget."

Mengambil napas dalam-dalam, (Name) sesaat mengumpulkan kewaras— keberanian.

"Tsukishima-san, kali ini serius."

Memutar bola matanya jengah, Tsukishima kembali berbalik menatap (Name). "Ya. Aku tahu." Gumamnya. Ia sendiri paham, tidak bisa selamanya kabur.

"Aku.. menyukaimu, Tsukishima-san! Pliss kali ini jawab yang serius." (Name) meremas rok seragam dengan gelisah. Binar di maniknya menuntut kebenaran.

Tidak seperti sebelumnya, kali ini telinga Tsukishima memerah sempurna. Tak lupa wajahnya menghangat. Untung saja cahaya matahari menyamarkan rona kemerahan darinya.

Berusaha menghilangkan kegugupan, Tsukishima meneguk saliva. Matanya tak berani menatap langsung.

"Aku.. juga.." Tsukishima bergumam lirih, bahkan hampir tak terdengar. Tapi tolong jangan meremehkan (Name), karena dia punya kekuatan bucin!

Mendengar perkataan Tsukishima, (Name) rasanya ingin mleyot saja sekarang. Terus lanjut meluk doi. Padahal (Name) sempet khawatir karena model rambutnya sama dengan para betina dari klub tertolak, untung nasibnya beda.

Tapi bukan (Name) namanya kalau berakhir dengan normal.

Dengan gerakan dramatis ala-ala slowmo, ia menyingkirkan helaian rambut yang menutupi daun telinga. Sedikit mengerutkan alis, ia berkata, "eh.. apa? Bisa tolong ulangi, tadi anginnya kencang jadi.."

Seratus persen ngibul, but isokey lah. Terserah FL saja.

"Sudah kubilang.." mengeratkan kepalan tangannya, Tsukishima mengabaikan degup jantungnya yang berdetak kencang. "Aku.. juga.."

Wajah (Name) semakin memerah, namun ia masih melanjutkan aktingnya. Untung Tsukishima tidak melihatnya sekarang. "Juga.. apa? Maaf.. adinda tidak paham.."

Memejamkan mata sesaat, lalu mengangkat wajahnya lurus menghadap (Name), "aku menyuk—"

Tunggu, Tsukishima baru menyadari wajah (Name) yang sudah semerah tomat.

Enggan menyelesaikan ucapannya, Tsukishima justru menatap datar (Name). "Bjir ngaku aja, sebenernya sejak pertama aku ngomong itu, kamu udah denger, kan?"

Yah terciduk, tapi gapapa. Bulol satu ini masih punya senjata. "Maaf, maksud 'itu'.. apa ya? Apakah.. 'itu'? Kyaa >\\<"

Oke, Tsukishima sendiri bahkan bingung, mereka lagi ngapain sih.

"(Name)." Panggil Tsukishima, kali ini serius. "Aku.. menyukaimu."

Angin bertiup perlahan, menerbangkan helaian rambut sang gadis. Ia sempurna terdiam dengan kehangatan menjalari seluruh wajahnya. Tak dapat berkata-kata, hanya kebahagiaan terlukis sempurna.

Jemari tangan mengusap air mata bahagia sebelum sempat menetes. Bibirnya menyunggingkan senyum. "Iya, aku.. juga sangaat menyukaimu, Tsukishima-san!"

"Sial, manis sekali!"

Memangkas jarak, Tsukishima merengkuh (Name) ke dalam pelukannya. Ia tak mau (Name) semakin melihat rona kemerahan di pipinya.

Tersenyum tipis, Tsukishima memandang langit dengan semburat jingga nya. "Sesekali menurunkan ego.. tidak buruk juga."

┉┅━━━━━━━━━┅┉

Tambahan:

Yamaguchi mondar-mandir di depan gerbang. Berkali-kali melirik jam di pergelangan tangannya.

"Dih, Tsukki lama!"

Namun entah kenapa, firasatnya mengatakan ada hal baik yang terjadi, dan tentu saja Yamaguchi sudah bisa menebaknya.

"Saatnya minta pajak jadian, hwhw."

┉┅━━━━━━━━━┅┉

Akhirnya tamat, lega rasanya (. ❛ ᴗ ❛.)

Makasih buat kalian yang udah ngikutin, vote dan komen. Rasanya pen terbangin kalian ke isekai satu-satu, kyaa ><

Komen kalian mood banget asli, bahkan ada yang sampe bikin ngakak terguling-guling terjungkal terperosok.

Ah intinya aku sayang kalian, sampai jumpa di book lain
♡(˃͈ દ ˂͈ ༶ )

Author bulolnya pikachu,
Vischa

˗ˏˋ ❲ classmate; t. kei ❳ ˎˊ˗Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang