11: Sweetie

6.9K 628 43
                                    

Seoul, 11.30 PM

Lisa POV
Di perjalanan pulang aku dan gadis di sampingku hanya saling diam tanpa ada satupun diantara kami yang ingin membuka suara. Dia terlihat memilih untuk menyibukkan dirinya dengan bermain ponsel walaupun wajahnya terlihat merasa sangat bosan. Apa dia malu karena kegiatan panas tadi? Huh, bahkan jika kalian ingin tau aku masih ingin tertawa sekeras-kerasnya saat melihat dia terjatuh di tangga bar tadi, dia tidak bisa berjalan. Gadis ini memang sangat keras kepala.

"Kau ingin pulang atau mampir ke apartemen-ku?" tanyaku membuka topik. "Tidak aman berada di apartemen mu malam-malam seperti ini" dia memutar bola matanya malas enggan untuk menatapku.

"Sepertinya kau tau apa yang ada dalam pikiranku" ucapku tertawa tanpa humor. Lagi dan lagi dia hanya memalingkan wajahnya menatap jalanan malam yang terlihat masih cukup ramai dengan beberapa pejalan kaki dan juga pengendara yang berlalu lalang.

"Apa milikmu masih terasa ngilu karenaku?"

"Ya"

"Apa itu sakit?"

"Ya"

"Apa kau menginginkannya lagi?"

"Ya" dia menutup mulutnya spontan dan menggerutu saat tidak sengaja menjawab perkataanku dengan tanpa berpikir. Aku hanya bisa menertawakan kebodohannya.

"Tidak-tidak. Kau bisa pingsan karenaku nanti" ucapku dengan terus tertawa sekeras-kerasnya. "Aku sangat menyukaimu saat kau berteriak dan menangis tadi" aku berkata santai. Kulihat Jennie terkejut dengan menoleh memicingkan matanya menatapku.

"Kau lebih menyukai hubungan seks dengan kekerasan?" tanyanya. Aku tersenyum nakal membalasnya membuatnya menelan ludah kasar. Ya Tuhan, penakut sekali dia. "Sebenarnya tidak. Tapi, aku lebih suka mendominasi daripada didominasi. Bahkan jika kau ingin tau, aku lebih tertarik berhubungan intim dengan menggunakan alat-alat kasar seperti borgol atau vibrator, misalnya? Itu lebih sering membuatku ejakulasi dini tapi mungkin tidak saat aku melakukannya denganmu. Shit! Kau membuatku ingin menghantammu hingga membuatmu menangis meminta ampun" jelasku dengan menggertakkan gigi membuat wajahnya memucat. Yes, ini memang fakta. Aku tidak tau apa ini termasuk kelainan seksual atau memang ciri khas-ku?

"Kau ingin mencobanya?" tubuhnya menegang terkejut dengan menahan nafasnya. Dia lucu saat ketakutan. Aku memberhentikan mobilku perlahan di depan rumah besar yang berada di dekat perempatan jalan. "Em, m-mungkin lain kali kita bisa mencobanya" aku tercengang mendengarnya sedangkan dia memutuskan untuk membuka pintu mobil dan bergerak keluar dengan memaksakan langkahnya.

"Aku akan membantumu nona manis" ucapku menyusulnya keluar lalu berlari meraih pinggangnya dan meletakkan satu tangannya pada pundakku. Dia melangkah dengan perlahan-lahan kemudian membuka pintu dengan satu tangannya. Saat pintu terbuka dengan sempurna, aku melihat seorang pria paruh baya yang tengah terduduk di tempat yang sama sebelum aku pergi tadi.

"Kalian sudah pulang? Oh hei, ada apa dengannya?" tanyanya menghampiri kami. "Dia terjatuh dari tangga apartemen, uncle" jawabku membuat gadis itu menoleh kesal menatapku. Aku tidak berbohong bukan? Memang fakta dia sempat terjatuh tadi.

"Appa akan mengantarmu ke kamar, sayang" dia berkata meraih lengan Jennie tapi gadis itu menepisnya kasar. Ada apa dengan mereka? Sejak tadi aku merasa jika hubungan komunikasi mereka tidak terlalu baik.

"Tidak perlu repot-repot, aku masih bisa berjalan sendiri. Kau pergi saja sekarang, kau tidak memiliki kepentingan lagi bukan?" satu tangannya bergerak mendorong bahuku tapi tidak membuatku bergerak sedikitpun. Aish, gadis sombong ini!

"Baiklah uncle, aku permisi" pamitku membungkuk. "Ah ya Lisa, jika kau ingin menemui Jennie. Datang saja kemari, tidak perlu sungkan-sungkan. Uncle tau kau gadis pintar dan baik. Mungkinkah kau bisa menularkannya pada anakku?" dia tertawa.

You're My Devil and Hell [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang