19: Blow Job

5.5K 487 26
                                    

Kim Jennie House, 7.30 PM

Terlihat seorang gadis bertubuh tidak terlalu tinggi berjalan memasuki rumahnya setelah memarkirkan mobil kesayangannya di dalam garasi rumahnya. Dia tengah sibuk membereskan barang-barang bawaannya di dalam tas Chanel yang ia kenakan, berharap tidak ada yang tertinggal setelah aktivitas yang baru saja dia lakukan bersama teman-temannya. "Darimana saja kau pergi?" gadis itu mendongak terkejut dengan masih menggenggam kenop pintu.

"Kampus" singkatnya bergerak menutup pintu dengan perlahan kemudian berjalan melewati sofa akan tetapi langkahnya terhenti ketika melihat seorang gadis jangkung yang sedang terduduk santai di tengah ruangan di samping tubuh sang ayah.

"Kau?" ia menunjuk untuk memastikan dengan kedua alisnya bertaut sedangkan gadis yang ia maksud hanya tersenyum dan mengangguk bodoh seperti gadis polos yang tidak tau apa-apa.

"Kampus tidak buka hingga malam seperti ini" Jennie, gadis itu memutar bola matanya malas saat lagi-lagi kepulangannya harus di sambut seorang pria tua yang begitu dia benci kehadirannya. Jiyong, ia segera beranjak menghampiri sang anak dengan langkah tegaknya.

"Aku pergi ke rumah Chaeyoung" sangkalnya. "Tidak mungkin kau hanya berada di apartemen Chaeyoung dari siang hingga malam seperti ini" beralih pada seorang wanita paruh baya yang berkata dengan berdiri menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Raut wajah mereka terlihat sangat kesal menatap betapa santainya Jennie menghadapi kedua orangtuanya.

"Siapa yang mengajarimu berbohong gadis nakal?" Jiyong berucap dengan mengangkat ponselnya membuat Jennie menoleh penasaran dengan mencuri pandang pada Lisa sekilas. Gadis itu hanya bisa tersenyum lebar menatap manik mata Jennie membuatnya ingin menendang wajahnya sekarang juga.

"O-oh shit!" Jennie menggerutu dalam hatinya saat melihat sebuah foto yang terpampang jelas di dalam ponsel milik sang ayah yang menampakkan dirinya bersama teman-temannya tengah bersenang-senang di dalam bar sore tadi. Sial, dia tidak bisa menyangkalnya lagi.

"Apa kau masih ingin berbohong, hm?" Sandara berucap dengan memiringkan kepalanya menatap Jennie yang mulai gelagapan bingung dengan menelan ludahnya kasar berkali-kali. "Berikan kunci mobilmu padaku, Kim Jennie" lanjutnya.

"T-tapi untuk apa?" tanya Jennie bingung. "Kau hanya perlu melakukannya sekarang" Sandara mengulurkan satu tangannya memberikan waktu untuk Jennie agar gadis itu mau melakukan apa yang sedang ia perintahkan padanya. Sepertinya gadis itu perlu ia beri pelajaran yang cukup bisa diingat olehnya agar dia tidak tumbuh menjadi gadis pembohong.

"Gadis nakal!"

"Eomma!?" Jennie berteriak malas saat Sandara mengambil paksa benda berharga yang sejak tadi berada di tangan gadis itu. "Mobilmu eomma sita selama satu minggu" gertak Sandara meninggikan nada bicaranya. Kedua mata Jennie membulat tidak percaya.

"Oh no, that's impossible!"

"Dua Minggu"

"Eomma!"

"Tiga Minggu"

"Shit, ini gila! Bagaimana mungkin-"

"Dua bulan! Lain kali jaga nada bicaramu di depan seseorang yang lebih tua darimu. Mulai besok Lisa yang akan datang menjemputmu dan mengantarmu pulang. Jangan membantah atau eomma tidak akan mengembalikan mobilmu sampai kapanpun!" Sandara berucap setelah itu dia pergi bersama sang suami meninggalkan Jennie yang sedang berdiri dengan terus menggerutu di dalam hati. Fuck! Mau tidak mau dia harus menuruti kemauan sang eomma jika tidak ingin hukumannya bertambah menjadi semakin berat.

"Uhm, kemari gadis nakal. Kau bukan pembohong yang cukup pintar" lamunan Jennie terbuyar saat merasakan seseorang memeluk kedua bahunya dari belakang kemudian menuntunnya untuk duduk di atas sofa. "Kau dihukum? Kasihan sekali"

You're My Devil and Hell [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang