𝔉𝔢𝔲𝔦𝔩𝔩𝔢 | 24

76 13 2
                                    

Jangan lupa Vomentnya! Happy reading Loves!

🌼

Jimin masih terjaga dimalam ini, meski jam menunjukkan angka 22.30 malam. Dia tidak bisa tidur kendati masih mengingat setiap lekuk ruangan kamarnya. Dimana ada beberapa sisi dimana keberadaan Anna yang seolah masih terasa di sini. Hati Jimin yang terasa kosong kini sedikit terisi meski itu hanyalah bayangan sang istri dalam ingatanya.

Jimin rindu. Iya benar dia merasa rindu sosok wanita itu. Ibu dari Alice.

Membuka setiap laci dan almari, Jimin berharap menemukan satu atau beberapa peninggalan istrinya di rumah ini selain buku merah yang Yoongi temukan dibawah bantal. Buku merah diary milik Anna yang selalu dia bawa selama ini. Mencari di lemari namun tidak menemukan apapun di sana, pasti ibunya sudah memindahkan pakaian Anna ke tempat lain. Jimin merasa sedikit frustasi karena tidak mendapatkan apapun di lemari. Beralih ke laci nakas di sebelahnya, akhirnya dirinya menemukan satu bingkai yang terbalik.

Tangannya terkulur untuk melihat bingkai foto itu. Betapa terkejutnya jika itu adalah foto Anna yang masih ada di dalam laci. Dulu bingkai foto itu memang terpajang di nakas sebelah dirinya tidur itu karena Anna yang meminta jika Jimin bangun nanti bisa melihat dirinya. Kalau diingat Anna masih ada dan wanita itu belum sakit. Dia yang menaruh bingkai foto itu disana semenjak Anna pergi.

"Tempatku ada disini Anna... Dan aku baru menyadari itu." ucapnya sembari menyentuh foto. Jimin memang baru menyadari selama ini. Pergi kemana pun dirinya tetap merasa sepi, sejauh kemana dia pergi berkilo-kilo atau bermil-mil dirinya menghindari ternyata hatinya berada di tempat ini. Hanya kenangan yang mampu membuatnya merasa lebih baik untuknya, mengisi pelan-pelan hatinya.

"Papa.. Kenapa kita ke tempat halemoni?" kali ini Alice bertanya setelah masuk kedalam kamar Jimin tanpa sepengetahuannya. Padahal tadi dia sudah membacakan dongeng sebelum tidur untuk si kecil, nyatanya Alice belum tidur. Gadis kecilnya menatap dirinya dengan mata setengah mengantuk, boneka alpacka yang di gandenganya dengan sebotol susu tinggal setengah.

Jimin beranjak dari ranjangnya setelah meletakkan kembali bingkai foto itu di laci sebelum menghampiri Alice yang ada di depan pintu. Mengusap rambut gadis kecilnya sekilas lalu meraih tangan itu untuk diajaknya naik ke atas ranjang. "Kenapa Alice masih terbangun? Bukannya papa sudah bacakan dongeng, alpacka juga disini. Alice kenapa? Takut dak bisa tidur? Mau tidur sama papa?" tanyanya seolah mengalihkan. Jimin masih belum bisa mengatakan sejelasnya mengapa dirinya kembali.

"Papa, ini siapa?" Alice malah balik bertanya padanya.

Jimin terdiam, melihat foto yang ada ditangan Alice. Gadis itu bertanya padanya perihal foto yang memang tergeletak di atas selimutnya. Itu foto Anna, lebih tepatnya itu foto pernikahan mereka. Jimin tidak tahu jika ada foto itu di sana, apa terjatuh saat dirinya memegang bingkai foto?

Dengan helaan nafas yang berat, mungkin saatnya Jimin menjelaskan sosok Anna pada Alice. Ah.. Benar kata ibunya, semakin di hindari malah hal tidak terduga akan menghampiri tanpa sepengetahuannnya.

Jimin mengambil foto itu dari tangan gadis kecilnya, dia melihat itu dan tersenyum. "Alice mau tahu?" tanyanya tiba-tiba, melihat gadis kecilnya yang tengah menunggu pertanyaan itu datang dari dirinya.

Gadis kecil itu mengangguk. "Cantik ya pa, seperti ibu peri di mimpi Alice."

Terkejut mendengar itu, tapi Jimin mampu membuat hatinya kembali tenang. Sejujurnya Alice sudah mengatakan ini tapi dirinya tidak pernah percaya jika Anna datang dalam mimpi Alice. Namun sekarang memang benar jika Anna datang dalam mimpi Alice meski putrinya tidak tahu siapa wanita itu.

"Cantik sekali" sahutnya dengan senyuman. Memperlihatkan kembali foto itu pada Alice, gadis itu menatap lekat pada sosok cantik itu. "Ini yang masuk dalam mimpi Alice ya?"

It Is (not) a Fairy Tales✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang