𝔉𝔢𝔲𝔦𝔩𝔩𝔢 | 3

131 27 7
                                    

Welcome back in It's (not) a Fairy Tales 🌼

Please Vote before reading
Thank you, your vote💜

Dikit aja deh pokoknya bisa tembus 12 vote ya di part ini..
Happy reading 😊

_________________________________

Beberapa hari itu kini telah berlalu, semenjak mereka melangkahkan kaki di rumah baru untuk melihat-lihat saja. Namun kali ini berbeda, pemandangan di depan teras bahkan dalam rumah penuh dengan kardus-kardus yang berisi barang-barang. Baru saja mobil box pengantar barang telah pergi tepat saat mobil hitam si permilik rumah datang, kedua orang di dalam mobil itu keluar dari sana.

"Seharusnya aku datang untuk mendongeng pada anak-anak di rumah sakit. Aku rindu Taera"

Jimin yang mendengar ucapan Anna hanya terkekeh mendengarnya. Memang hari ini Anna harusnya mendongeng di rumah sakit untuk anak-anak penyandang kanker. Itu sudah dijalani sekitar satu tahun yang lalu. "Mendongengnya besok saja" sahutnya sambil mengandeng tangan Anna untuk diajak masuk kedalam. Mereka harus membereskan barang-barang dengan cepat sebelum hari menjelang sore.

Ini adalah kepindahan resmi bagi keduanya, Jimin bahkan sudah mengambil cuti dalam bulan-bulan ini. Dia sudah lelah berakting drama action yang beberapa minggu lalu telah selesai. Jimin berada di Jepang selama satu bulan untuk menggarap drama.

Jimin rindu pada Anna, dari beberapa bulan lalu dirinya hanya bisa melihat wajah istrinya pada layar ponselnya. Sekedar mengobati rindunya, mereka saling menceritakan tentang keseharian, aktivitas dan pertanyaan seputar lain. Mengobrol ringan di iringi tawa dan canda. Namun kali ini dia sudah bisa bertemu dengan Anna yang dia rindukan.

Kardus-kardus di depan teras telah selesai di masukkan kedalam rumah. Tetap berserakan, tapi setidaknya hanya sebagian saja yang sudah tertata rapi. Mata Jimin memandang Anna yang tengah mengisi beberapa pakaian mereka ke lemari di ruang pakaian. Jimin menatap kagum. Bagaimana tidak, Anna terlihat sangat cantik dengan rambut kecoklat-coklatan yang terurai, wajah tersinari cahaya matahari yang menembus di jendela ruang pakaian dan itu membuat kecantikan istrinya semakin terpancar.

"Sayang tolong buka koper satunya lagi" pinta Anna padanya. Wanita itu sedang berfokus pada pekerjaannnya memasukkan pakaian kedalam lemari.

Tanpa di suruh pun Jimin sudah membuka koper yang Anna pinta, mengeluarkan isinya untuk di masukkan ke dalam lemari. Ada senyum jahil di wajah Jimin saat melihat sebagian besar yang ada di koper itu adalah pakaian Anna. "Anna, kau tidak ingin mencoba memakai ini?" tanyanya memperlihatkan pakaian yang masih terkantong plastic.

Wanita itu menoleh, melihat satu pakaian yang di bawa Jimin. "Tidak, aku tidak suka memakai pakaian seperti itu. Terlalu terbuka jika untuk tidur."

Jimin tertawa manakala mendengar jawaban istrinya tentang pakaian yang di bawanya. Aneh, padahal mereka sudah enam bulan membahterahi rumah tangga tetapi istrinya tetap malu memakai pakaian tidur tipis seperti ini.

"Malu sama siapa sih? Kan hanya ada aku saja yang tidur di sampingmu"

Wajah Anna mendadak memerah malu saat mendengar peryataan Jimin yang kelewatan benar. Hanya ada Jimin yang tidur di sampingnya selama mereka menikah. Tapi untuk pakaian lingerie seperti ini membuatnya malu. Jadi setelah membuka banyak kado pernikahan dan menemukan satu pakaian ini, Anna menyimpannya.

"Jimin.."

"Iya sayangku"

"Hentikan pembicaraan ini" pinta Anna dengan muka memerah, wanita itu ternyata malu membahas masalah memakai lingerie. Tapi Jimin menanggapi rasa malu istrinya dengan tertawa, mendekap tubuh Anna dan mencium pipi merah itu gemas.

It Is (not) a Fairy Tales✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang