𝔉𝔢𝔲𝔦𝔩𝔩𝔢 | 9

73 17 0
                                    

Happy reading🌼

______________________

Pagi yang hangat di bulan Mei, cahaya matahari masuk setelah jendela kamar terbuka pelan oleh Anna di sertai buntalan berbulu yang mengikutinya dan langsung saja naik keatas ranjang tanpa permisi. Mengusik seseorang yang masih terlelap di atas sana. Cola selalu menjadi alarm untuk Jimin jika susah terbangun.

"Jimin ayo bangun, katanya ada rapat?" Anna melantunkan suaranya setelah meletakkan secangkir teh chamomile diatas nakas, terduduk sambil melihat bagaimana Cola membangunkan suaminya dengan suara meongnya.

Jimin benar-benar terbangun kala mukanya di tampar oleh ekor Cola yang melambung beberapa kali ke wajahnya. Membuka mata dan melihat Anna yang masih setia menunggunya bersama kucing yang sudah beralih mengeliat di perut buncit sang istri. "Bangun.. nanti kau telat" suara Anna membuat Jimin benar-benar terbangun. Masih mengerjapkan matanya.

"Aku tunggu di bawah" kata Anna yang sudah meninggalkannya bersama Cola yang ikut menuruni ranjang. Mengikuti sang pemilik keluar untuk meminta jatah makan paginya. Jimin hanya bisa menguap sekali lagi sebelum benar-benar memasuki kamar mandi dengan handuk yang sudah dia sampirkan di bahu kirinya.

Beralih ke area dapur yang benar-benar sudah kembali rapi. Anna hanya terduduk di meja makan menunggu Jimin untuk segera turun menyantap sarapan pagi bersamanya. Untuk Cola, buntalan berbulu itu sudah menghabiskan makanannya. Anna tidak tahu lagi kemana buntalan itu akan pergi seusai meminta makan.

Bibi Han, asisten rumah itu sudah pergi ke halaman belakang guna menyiram tanaman berry setelah ikut membantu menyiapkan sarapan pagi bersamanya. Tiga puluh menit dia menunggu di temani sebuah buku berisikan interaksi ibu dan anak-yang kapan hari Jimin belikan padanya.

"Kenapa dia senang sekali mengangguku hm?" Suara Jimin menggema di seluruh ruangan. Ternyata si buntalan berbulu itu kembali memasuki kamar. Jimin melangkah mendekati meja makan dengan menggendong Cola dengan sebelah tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya tengah yang memegang cangkir teh.

"Aku tidak tahu jika Cola menemuimu, dia pasti ingin memastikan jika kau tidak kembali tertidur lagi"

Jimin terduduk di satu kursi kosong setelah menurunkan Cola dari gendongannya. Buntalan itu sendiri yang meminta di turunkan, jadi Jimin turunkan saja. Melihat menu sarapan pagi yang menyenangkan matanya, pancake dengan madu.

"Jimin tidak ingin pakai dasi lagi?" tanya Anna dengan kekehan kecil yang menyeruak di indera pendengarannya.

Jimin seketika menghentikan kunyahannya dan melihat sang istri yang sedari tadi memperhatikannya. Pria itu memang kebetulan saja memakai kemeja, tapi agak aneh saja jika di pasangkan dasi sebab kemejanya tidak berkerah. "Jangan bercanda sayang aku sedang tidak pakai kemeja berkerah" sahutnya sebelum kembali menyuapkan sepotong pancake kedalam mulutnya.

"Jimin hari ini susu coklat milikku sudah habis-"

"Aku akan membelikannya lag-"

"Dengar dulu... Aku ingin membelinya saat sepulang dari kontrol"

Hampir lupa, Anna harus sering pergi ke rumah sakit menemui dokter kandungannya. Ini sudah tepat jadwalnya. "Aku antar saja, bagaimana?" tawar Jimin setelah melewati perkataan yang sahut menyahut.

"Nanti kau telat rapat. Tidak usah. Biar aku pergi dengan taksi"

Jimin mengantarkan Anna ke rumah sakit lantaran ada alasan lain. Dia hanya ingin memastikan jika apa yang di katakan sekertaris Moon benar atau tidak jika Goo Seungrim berada di sana guna menjalani perawatan. "Biar aku antar. Untuk rapatnya Moon-ssi akan handel semuanya"

It Is (not) a Fairy Tales✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang