𝔉𝔢𝔲𝔦𝔩𝔩𝔢 | 11

87 16 2
                                    


Biasanya aku cerewet di story lain tapi di ini.. Okhey Okhey lah..
Terserah kalian..

Tapi

Vote dulu yuk..



Happy reading🌼

______________________

Bulan Mei akhir membuat musim semi yang sedikit dingin kini berakhir dengan udara hangat di musim panas. Sebulan ini Jimin masih tidak memberi tahu Anna bahwa dirinya bertemu dengan Goo Seungrim-ayah wanita yang dia nikahi. Seharusnya Jimin memberi tahu Anna demi kesembuhan istrinya, bukannya dia menginginkan Anna cepat pergi tapi Jimin merasa takut memberitahu perihal keadaan pria tua yang sering dia temui di rumah sakit.

Jimin bisa saja memberi tahu Anna terlebih dahulu agar wanita itu tidak terkejut. Memberi tahu perihal keadaan ayah wanita itu, tapi Jimin tidak bisa menjamin jika Anna tidak menangis dan khawatir.

Sekarang saja dia melamun karena ucapan dokter Clara tiga bulan lalu, membuat terngiang-ngiang di kepalanya. Mempertemukan Anna dengan sang ayah dengan dalih kesembuhan. Tapi bagaimana Jimin mempertemukan Goo Seungrim dengan Anna jika keadaan pria tua itu memprihatinkan, pria tua itu melamun dengan tatapan kosong serta tidak berbicara sepatah kata apapun saat dirinya datang kesana dengan dalih menjenguk Taera.

"Jimin... aku memanggilmu beberapa kali... Kau melamun hem?" tanya Anna datang dengan dua cangkir teh hijau. Memergokinya tengah melamun melihat buah-buah strawberry yang menggantung. Bukannya dipetik malah melamun begitu saja.

"Maaf, tidak fokus" ucapnya sembari menyahut secangkir teh hijau yang Anna khususkan untuknya. Keduanya akhirnya memilih duduk di kayu rotan bersama sembari meminum teh dan memakan strawberry yang Jimin petik. Kedua nampak menikmati cuaca saat ini, hangat dan menyenangkan.

"Seharusnya kau ikut syuting di Daegu. Tapi kenapa malah tidak jadi, kau sudah tidak ingin jadi aktor lagi ya?" pertanyaan Anna sempat membuat Jimin menghentikan gigitannya pada strawberry manis yang hendak di lahapnya.

"Aku ingin fokus pada pekerjaan kantor," sejenak dirinya melihat perut istrinya yang sudah membuncit, Jimin selalu melakukan obrolan pada sosok yang menempati perut istrinya di tiap malam atau saat dirinya sedang ingin tahu bagaimana keadaan entah calon putra atau putrinya kelak itu. "..dan juga dirimu dan anak papa" lanjutnya sembari menyentuh pelan perut Anna lembut penuh perasaan.

"Menurutmu dia perempuan atau laki-laki ya?"

Wanita di sebelahnya hanya tergelak saat menyadari pertanyaan Jimin."Menurutmu bagaimana?" tanya balik sang wanita yang sudah melahap setengah strawberry yang Jimin bawa. Wanita itu menunjukkan senyuman manisnya saat tahu jika strawberry miliknya di lahap. Jimin tidak masalah karena dia sedang berpikir tentang jenis kelamin calon anaknya.

"Perempuan?"

"Kenapa harus perempuan? Laki-laki juga boleh" sahut sang wanita sekali lagi. Masih dengan setia memakan strawberry yang hendak Jimin makan.

Kedua kalinya Jimin tidak jadi melahap strawberrynya, malah dirinya menyuapi Anna. "Calon anak kita tidak kembar Ann" sahutnya dengan kekehan. Jimin tahu jika bakal anaknya hanya seorang itu pun karena hasil USG Anna seminggu yang lalu. Foto USG itu bahkan ditempelkan di pintu kulkas, lalu dia foto untuk dijadikan lockscreen ponselnya.

"Kalau begitu laki-laki atau perempuan tidak masalah bagiku. Yang penting dia berarti bagimu Jimin-bagi kita" Anna bahkan sudah menempatkan kepalanya pada bahu Jimin, mencari sisi ternyaman dari bahu sang suami.

It Is (not) a Fairy Tales✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang