⎙ ─ Colde : Your Dog
Loves You"wooyoung. pergilah membeli perlengkapan untuk felix."
mendengar namanya dipanggil, woo langsung mleyot di sofa beludru. tubuhnya menjadi jelly seketika. bahkan ketika ditarik san pun wooyoung terlihat benar benar lemas seperti tanpa tulang.
"tidak. tidak. aku belum istirahat sejak dari kepolisian. kau juga langsung menyuruhku mencari informasi tentang felix. ya, felix! kau mau dengar tentang peliharaan kecilmu itu kan? aku punya informasi tentang dia! kau tidak mau menyuruhku rebahan disini sambil bercerita, huh?"
san menggeleng antusias, "tidak perlu, terima kasih. seonghwa bisa melakukannya untukku. dan lagi, felix bukan peliharaanku."
sebenarnya san hanya ingin mengusir wooyoung dari mansionnya. anak itu kalau sudah kelelahan begini akan menghabiskan isi kulkasnya tanpa ampun.
belum lagi, dia malas sekali disuruh mendengar celotehan wooyoung yang bisa melenceng sampai belahan dunia lain.
"terima kasih! aku akan membelikan pakaian dan barang barang untuk felix!" sial sekali san. seonghwa malah kesenengan disuruh membeli perlengkapan untuk anak anak.
"huft... terserahlah. hwa, tolong jangan dibelikan yang aneh aneh."
"hng? kau tidak ingin melihat anak lucu memakai onesie dinosaurus?" tanya seonghwa dengan polosnya.
"hebat sekali. anak buahku tidak berguna semuanya." san mendengus kesal melihat seonghwa melenggang begitu saja keluar ruangan.
"omong omong felix sebenarnya 17 tahun loh bukan 15 tahun" celetuk wooyoung sambil enak enakan ngupil.
"hah?! tidak mungkin.. kau mendapat data dari kantor kependudukan?"
"intel mafia. oh ya, tadi siapa yang bilang anak buahnya tidak berguna?" kata wooyoung jahil mengganti topik.
san menepuk kepala yang terasa semakin pusing kalau berbicara dengan tukang judi yang satu ini. pantas saja wooyoung selalu menang, ia ahli dalam membikin stres lawan bicaranya.
"baiklah baiklah maafkan aku. sekarang bisa kau ceritakan tentang hasil petualanganmu sejauh ini?" ujar san duduk di sofa beludru di depan wooyoung.
"nah. begini dari awal kek~" wooyoung bersenandung senang saat toples berisi kwaci terhidang di meja diantara mereka.
"namanya felix. dia termasuk budak kesayangan tuan tanah seo." san harus bersabar menunggu cerita wooyoung karena dia akan menjeda sangat lama untuk mengupas biji kwaci.
"tuan tanah kelebihan duit itu masih suka koleksi baby boy ternyata" gumam san.
"tapi yang satu ini dia tidak mendapatkannya dari lelang perbudakan. sepertinya anak itu adalah hasil tebusan dari seseorang."
"apa ada yang berhutang dengan tuan tanah seo?"
"kurasa tidak. uhh maksudku, tuan tanah memang punya banyak musuh tapi kabarnya tidak ada yang pernah tahu orang tua felix."
"kalau begitu orang tua felix dibunuh karena tuan seo menginginkan anak mereka?"
"itu juga tidak benar. satu satunya kerabat keluarga felix hanyalah kakaknya. dan kakaknya adalah salah satu bawahan kesayangan tuan seo."
san tertegun, "tidak masuk akal. kakak mana yang mau menjual adiknya ke sahabat dia sendiri."
"ini dunia gelap, sobat. apapun yang tidak mungkin. apapun yang tidak bermoral bisa terjadi disini" kekeh wooyoung terhadap ungkapan san yang menurutnya sangat bodoh.
"yang aku tidak mengerti adalah kenapa dia dibawa pergi malam itu." ucap wooyoung mengingatkan kejadian kecelakaan mobil beberapa hari yang lalu.
"kalau felix seistimewa itu bagi tuan seo dan anak buahnya—atau bilang saja kakak dari felix, kenapa dia harus pergi sendirian menuju utara?"
"kemungkinan felix berusaha menyelamatkan diri sangat kecil ya. dia diantar oleh mobil elite milik tuan tanah seo. tangan dan kakinya juga dirantai. itu artinya dia pergi dengan paksaan" gumam san.
"mana aku tahu. supir dan asistennya sudah jadi abu. aku tidak mau disuruh mengorek informasi sampai ke dunia arwah pokoknya" ucap wooyoung seenaknya sambil mengangkat bahu.
san mendelik. ia juga tidak mau menyuruh wooyoung pergi ke dukun. kalau wooyoung sampai balik bawa jimat dan jin segala macam, san mau lempar saja dia ke palung mariana.
"oh iya. aku sudah lihat profil felix dari foto yang dikirimkan intel..."
"hei, san. kau tidak minat anak kecil 'kan? kalau kau tidak mau felix, berikan saja buat jadi budakku! aku akan bayar berapapun~"
DUAGH
mampus deh. siapa suruh sengaja bikin kesel kepala mafia. wooyoung hanya bisa megangi perutnya yang sakit kena tendang san.
san bergumam mengumpat sambil berjalan ke kamar tidur raksasa miliknya. ruangan itu memang besar namun tidak banyak perabot. nuansa coklat elegan cukup menyegarkan perasaannya yang lelah beberapa jam terakhir.
ia duduk di sisian kasur king size nya. san menoleh memandangi sosok felix yang terlelap di atas kasur memeluk kumpulan plushie yang dikoleksi san.
"aku memang tidak minat anak kecil. apalagi anak liar seperti kamu. tidak usah bayar pun pasti aku berikan ke wooyoung" gumam san kesal.
wajah manis itu tertidur dengan damai. felix mendengkur halus sambil menyembunyikan wajah di pelukan plushie. san membelai pipi lembutnya.
"kalau saja kamu tenang begini saat bangun mungkin kamu tidak akan kuberikan pada wooyoung" ucap san tanpa sadar tersenyum gemas melihat betapa imutnya dia saat tertidur.
saat tidur begini barulah san bisa mengamati felix lebih jelas karena biasanya felix akan mengamuk bahkan hanya dengan dipandangi saja.
san suka memainkan pipi felix yang lembut seperti bayi. atau mengetuk ngetuk bibirnya yang entah kenapa selalu memerah basah. dia juga gemas ingin mencubit hidung bulat felix yang seperti buah ceri.
felix menyadari ada sesuatu yang membelai wajahnya, perlahan membuka mata. ia melihat tangan san yang jahil mengusap bibirnya. dengan itu felix pun langsung menggigit ujung jari san.
"tidak usah banyak tingkah. kamu masih capek."
san biarkan jarinya digigit felix. itu tidak terasa sakit sama sekali. felix masih lemas karena banyak hal. jarinya hanya seperti diemut bayi saja.
rasanya menyenangkan ketika jarinya basah terkena ludah sang anak muda. ia juga suka rasa hangat di dalam mulut kecilnya. lidahnya yang empuk terasa menggemaskan saat disodok beberapa kali.
"sudah cukup, bayi. aku bukan dot mu." felix mendesah kecewa. mengeluh ketika mainannya diambil saat ia baru saja akan terlelap lagi.
"baiklah. kurasa ini saat yang tepat untuk memandikanmu."
san berdiri sambil menggendong tubuh ringkih felix. ia masih tidak percaya anak ini sudah berusia 17 tahun mengingat betapa ringan dan kecilnya perawakan tubuh felix.
"kali ini tidak perlu bertengkar. kamu tidak punya banyak energi setelah begadang semalaman bukan?" san menyeringai.
felix hanya menunduk menyembunyikan wajahnya di dada san. malas memandangi sang kepala mafia. ia sudah capek dibuat berolahraga kasur, perut lapar, masih mengantuk. tidak ada gunanya buat felix melawan lagi.
felix menurut saja saat san melepaskan kaos yang ia pakai. pasrah ketika san memasukkan tubuhnya ke dalam air. tidak berontak ketika tubuhnya digosok dengan sabun.
luar biasa.. dia benar benar patuh.. apa kubuat lemas setiap hari saja ya biar tenang seperti ini?
san menggelengkan kepala karena pikiran laknatnya. ia segera membuka tutup shampoo dan mengeramasi anak itu untuk melupakan ide ide nakal yang bermain di otaknya.
"bayi! jangan tidur disini!!" keluh san ketika mendengar felix sudah mendengkur lagi saat berendam di dalam bath tub.
astaga.. lemesnya kebangetan ini mah.
KAMU SEDANG MEMBACA
❪ 恋 ❫ MILKY • sanlix ✔
Fanfic🎠 ꒰ san x felix ꒱ ━━━ ❝ pergi! jangan ganggu lixie! ❞ ❝ aku akan melindungi bocah itu. ❞ ••• [ desc.] san boleh jadi mafia berdarah dingin di korea selatan. felix boleh jadi rusak dan hancur tapi san akan melakukan apapun demi mengembalikan senyumn...