09. Pesta Pernikahan tiba

1.8K 324 92
                                    

Enjoy and happy reading!!

*****

Pagi ini, Sunghoon mengajak Sunoo untuk berkeliling desa Teathrow. Suasana yang masih segar sangat pas untuk moment berjalan santai. Desa ini dikelilingi oleh pegunungan, memiliki ladang bunga yang luas, dan ada air terjun yang tinggi juga. Desa yang sangat indah, bukan?

Tetapi, di desa ini tidak ada sekolah yang besar seperti di Kreuz. Hanya ada sebuah kuil yang biasa ditempati oleh para pendeta terhormat. Karena Sunoo sangat suka belajar, Sunghoon membawanya untuk belajar dengan salah satu pendeta disana, Pak Cornelio namanya. Beliau lah yang dulu mengajarkan banyak hal pada Sunghoon.

Sunoo juga berkenalan dengan putri Pak Cornelio, Nona Clarissa. Nona yang sangat cantik, ia bahkan mengajarkan Sunoo cara membuat jajanan manis.

Semua nampak begitu baik saat Sunoo berada di sekitar mereka. Nenek Sunghoon, ayah dan ibu nya pun begitu memperlakukan Sunoo dengan sangat baik. Sudah 7 bulan lamanya Sunoo dan Sunghoon pergi. Selain perjalanan yang jauh, keluarga Sunghoon masih ingin Sunoo tetap berada disini. Sunoo tentu tak bisa menolak keinginan orang-orang yang baik padanya.

Sejujurnya, Sunoo sangat merindukan semua yang ada di Kreuz. Apalagi saat ia mengingat bahwa kandungan Jungwon pasti sudah semakin besar. Ia tak sabar menanti kedatangan sang bayi yang menggemaskan itu!

Sunoo tersenyum-senyum sendiri saat membayangkan akan kehadiran malaikat kecil di sekitarnya sebentar lagi. Wajahnya yang cerah itu sangat jelas terlihat. Sunoo menguleni adonan kue dengan sangat baik, suasana hatinya juga sedang dalam keadaaan yang bagus.

Sekarang, Sunoo tengah membantu ibu Sunghoon untuk menyiapkan makanan. Memasak adalah salah satu keahlian Sunoo, ia ingin terus mempelajari banyak resep masakan agar bisa membuatkannya juga untuk Sunghoon.

"Ibu, di Teathrow jarang makan roti, ya?" Tanya Sunoo sembari menatap wajah ibu Sunghoon.

Sang ibu tersenyum kecil, "Sunoo lebih suka makanan kota, ya?"

Sunoo tersenyum manis sampai matanya menyipit membentuk bulan sabit, "Tidak, kok! Sunoo senang bisa mencicipi berbagai makanan dari banyak tempat. Sunoo juga ingin banyak belajar dari ibu, jadi aku bisa membuat makanan seperti ini untuk Sunghoon di Kreuz."

Sang ibu ikut tertawa geli, "Ara-ara. Kalau begitu aku harus mengajarimu cara membuat makanan kesukaan Sunghoon."

Pipi Sunoo memerah, ibu Sunghoon begitu baik padanya. Ia mengangguk semangat untuk jawaban perkataan ibu Sunghoon barusan.

"Laki-laki disini itu simple, Sunoo.  Hanya diberi makanan saja, mereka pasti akan menuruti mu. Ngomong-ngomong, umur Sunoo berapa?"

"Eung?" Sunoo belum menjawabnya, dia sedikit berfikir. Di bangsa manusia, mungkin umurnya akan mendekati angka 7 tahun. Tetapi, dia adalah ras iblis yang memiliki arti, umurnya meningkat jauh lebih pesat dari manusia pada umumnya.

"Sunoo sudah berumur 10 tahun, ibu."

"Eh? Sudah 10 tahun ternyata. Anak kecil memang cepat sekali tumbuhnya-"

''Sunoo! Ingin ikut nenek ke tempat Suna tidak?''

Perkataan ibu Sunghoon terpotong atas teriakan nenek yang memanggil Sunoo barusan. Sunoo menoleh. Disana nenek muncul dengan senyuman hangatnya.

"Suna?" Ulang Sunoo.

"Mereka yang menjaga dan melatih anjing pemburu kami." Jelas sang nenek.

Mata Sunoo langsung berbinar saat mendengar kata anjing. Ia berjalan kearah sang nenek, mendongakkan kepalanya dengan senyuman antusiasnya.

Orange || Sungsun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang