III - nach einer langen zeit

84 12 0
                                    

Semburat jingga meliputi langit, membias cahaya selagi menunggu senja menyambut, menemani pertemuan di antara kedua insan sore itu. Sesosok lelaki yang mengenakan tudung tampak sedang makan dengan lahap. Raeden duduk tepat di sebelah Luke; mematung kala sang tuan menemui seseorang yang sudah lama tidak ia lihat. Terakhir mereka bertemu adalah sekitar delapan tahun lalu. Saat itu ada jamuan dari London yang mengundang beberapa bangsawan Eropa di luar Britania. Tentu saja, sosok di hadapannya adalah salah satu bangsawan yang diundang kala itu. Entah bagaimana caranya mereka menjadi akrab bahkan masih berkirim surat setelah bertahun-tahun lamanya.

"Been a while, Young Master Beauchêne ... atau saya harus memanggil anda Lord Beauchêne?" Raeden masih tak menyangka sosok pemuda yang belum bertumbuh  berubah se-drastis ini dalam delapan tahun.

Enoch tertawa. "Enoch saja cukup, Sir Raeden. Tidak perlu terlalu formal, saya datang dengan nama pribadi, tidak membawa nama Beauchêne. Lagipula, saya bukanlah penerus gelar bangsawan tersebut." Setelah menelan suapan terakhir ia kembali berbicara.

"Sudah delapan tahun dan pengawalmu tidak berubah banyak ya, Luke? Malah kau yang terlihat lebih bertumbuh. Aku tidak menyangka kau akan tumbuh menjadi pria dewasa. Padahal dulu selalu bersembunyi di balikku saat banquet dilaksanakan."

Luke terkekeh. Terkadang, Karyu merasa dirinya telah penuh menjadi sesosok Luke. Bahkan, detil kecil seperti hubungan pribadi-nya dengan Enoch dapat diingat. Seakan memanglah dirinya sendiri yang melewati masa-masa itu. Ketika dirinya masih ringkih dan selalu bergantung pada orang lain, salah satunya adalah Enoch.

Ia kemudian bersedekap, menatap Enoch yang tampak sangat dewasa darinya, kini sedang singgah di Britania, jauh dari kampung halamannya di Prancis. Berdasar surat-surat yang Luke temukan di kamar, saat ini sang putra keluarga Beauchêne sedang singgah di Britania sebelum pergi ke negeri lain. Ia memang memilih untuk berkelana dan tak terlalu terikat dengan nama Beauchêne.

"Ngomong-ngomong, Luke."

Salah satu alis Luke terangkat kala ia mendengar Enoch memanggilnya.

"Saat aku berjalan di dekat pelabuhan, ada sekelompok orang yang terlihat mencurigakan. Aku mencoba mengajak mereka mengobrol, beruntung karena sepertinya mereka terlalu lengah, aku mendapat beberapa informasi."

Enoch tersenyum, kemudian meletakkan piring dan beralih menenggak air di sampingnya.

"Mereka merencanakan untuk melakukan pemberontakan pada Marquess Aabe. Beheaded all of his troops, itu tindakan yang ceroboh. Lagipula bukan berarti rencana mereka akan berjalan mulus."

Mengedikkan bahu, Enoch kemudian bersandar pada kursi. Menatap sosok penerus Duke yang sudah ia anggap seperti adik sendiri semenjak mereka bertemu delapan tahun lalu. Ia tahu semua prestasi yang dicapai Luke, bahkan kondisinya selama delapan tahun terakhir. Berterimakasihlah kepada teknologi yang semakin maju, sehingga surat dapat diterima tidak terlalu lama.

"Marquess Aabe ..."

Melihat sang tuan berpikir, Raeden hanya dapat terdiam. Otaknya juga berkecamuk, mengingat Marquess Aabe adalah sosok yang ia benci, tetapi perannya di pemerintahan sangat berarti. Bersama Archduke Ezedian, mereka dapat menstabilkan ekonomi di tengah bantuan perang yang harus selalu dikirim. Membantu House of Dwight dalam suplai medis, sebagai sosok Marquess ia sangat berjasa. Meskipun setiap perlakuan pada penduduk di March miliknya terkesan tidak adil, juga perilaku busuknya untuk mendapat pengakuan dari sang Ratu dan Government. Dan itu terbukti dengan pencapainnya sebagai pemimpin fraksi bangsawan.

Helaan napas berat terdengar. Luke kembali menatap Enoch. "Terima kasih atas informasinya, Enoch. Aku akan memberitahukannya pada ketua knight milikku untuk segera menyampaikan hal ini pada sang Duke dan rekan di MI-II. Meskipun dia telah melakukan hal buruk padaku, perannya di pemerintahan cukup penting."

In BetweenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang