Rekayasa Tujuh

71 52 18
                                    

Hallo wan

Jan lupa vote🥲
Follow ma komen juga silahken

Enjoyyy

°Rekayasa°

Bughh

"Akhh" Ringis Diva ketika sebuah batu kecil mendarat di punggungnya. Langkah kakinya yang baru saja masuk ke gerbang sekolah langsung terhenti akibat lemparan itu. Badannya berbalik mencari pelaku yang melempari nya dengan batu kecil itu.

Ia mendapati Indah dan beberapa temannya tengah berada di hadapannya sekarang.

"Lo jauhin Rekt sekarang juga!"

"Hhhh- Siapa lo ngatur-ngatur gue!"

"Selama ini gue diem yah, tapi inget kali ini gue gak akan diem. Putusin Rekt atau hancur hidup lo" Indah mendorong bahu Diva sampai jatuh ke tanah.

Tak tinggal diam, Diva kembali mengambil batu yang dilempari ke arahnya tadi.
"Lo pikir gue takut!" ucapnya setelah batu itu mendarat di kepala Indah.

"Diva"

Panggilan itu membuat rahang Diva mengeras, lebih-lebih ketika pacarnya itu berjalan mendekati Indah.

"Lo apa-apaan sih!"

"Gak bisa yah lo gak buat masalah terus!"

Bentak Rekt pada Dirinya.

"Gak, kenapa?"

"Pacarin aja tuh anak Dajal!"

Setelah meluapkan emosinya pagi itu Diva pergi begitu saja meninggalkan semua yang ada di situ. Paru-parunya terasa sesak seakan menolak oksigen yang masuk melalui hidungnya.

Tangannya ringan meninju kaca yang ada didepannya. Bahkan luka akibat serpihan kaca yang pecah tak lagi sakit di tanganya.

Darah yang mengalir di jari-jarinya seakan hanya air, Diva sudah seperti orang yang mati rasa.

Tak ada lagi yang bisa ia harapkan dari pacarnya. Terlalu bodoh jika ia terus mempertahankan hubungan itu.

"Div" Adam kaget begitu melihat tangan gadis didepannya berlumuran darah.

"Div, tangan lo berdarah Div" Adam mencoba mengunci pergerakan badan Diva namun ia terus merontah serasa telah hancur hidupnya.

Adam yang melihat gadis itu telah hancur akhirnya mencoba membuat perasaan gadis itu tenang. Ia memeluk tubuh Diva dari belakang, mencegat tangan Diva yang memegang beling-beling kaca yang pecah. Bahkan tangannya pun ikut terluka akibat ulah Diva itu, ia beralih mengambil pecahan kaca itu lalu meremasnya kuat.

"Kalau lo berdarah, gue juga harus berdarah Div"

Darah keduanya bahkan menyatu menetes di atas wastafel.

Diva mulai sadar akan apa yang terjadi sekarang. Ia menghentikan hal bodoh yang dilakukan Adam saat itu, tangannya memegang pergelangan tangan Adam.

"Dam!"
"Plis lepas kaca itu!"

"Gue bisa lepas beling-beling ini, tapi lo juga harus lepas Div!"

REKAYASA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang