• 07 •

13 3 3
                                    


“Wih ape nih? Gue lagi direbutin ceritanya?” tanggap Kelvin dengan seringai jahilnya

“Anjir ya ni orang, dia lagi berdarah sempet-sempetnya lu bercanda” omel Viael

“Eh iya anjir berdadah. WOI BERDARAH WOI EH GIMANA INI”

Viael mengeplak kepala Kelvin, “Ya bantuin geblek”

Kelvin mengangguk, ia melihat kesana kemari dan matanya tertuju pada gulungan tisu di meja ruang tamu. Tanpa pikir panjang, langsung ditariknya tisu itu. Ia mengambil cukup banyak agar tisu yang membalut tangan cukup tebal untuk menahan keluarnya darah nanti. Gulungan tisu itu langsung menipis. Masa bodo jika ini dikatakan boros. Lagipula tisu ini bukan miliknya.

Aneh, padahal tadi mereka keluar untuk segera menangkap Werewolf. Entah kenapa sesudah keren-keren melangkah keluar untuk memulai petualangan, mereka tiba-tiba berputar kembali ke rumah Viael karena ternyata mereka belum menyusun rencana sama sekali. Ckckck.

“Rel, lu gapapa?! Ini gue ambilin tisu. Siniin tangan lu”

Arella hanya mengangguk dan menyodorkan tangannya

“Hayolo Flomilk, lu sih”

“Hush, Vin. Kayak anak SD aja” ujar Viael

Flashback

DOR!

“ARELLA!” teriak Viael dan Kelvin bersamaan

“El, lu backup dulu. Backup dulu!”

Kelvin terlihat histeris. Mendengar kata backup, Viael mengerti. Artinya ia yang harus kembali mengokang pistol, memastikan musuh tidak mendekat saat luka Arella sedang diurus. Tapi bagaimana caranya? Di area terbuka seperti ini mana mungkin tiba-tiba ada kotak P3K di semak-semak. Kelvin menyenderkan Arella di belakang mobil, dengan raut muka yang masih panik.

“Rel, lu gapapa?!”

“Gue ketembak, apanya yang gapapa?”

“Oh iya. Aduh gimana nih? Napas, napas. Fuhhh hahhh”

“Daritadi gue emang udah napas bego”

“Eh iya, maap. Ih gimana nih”

Kelvin tidak berani mengambil peluru yang tertancap di lengan Arella, mana berani ia mengambil dengan jarinya langsung. Cepat-cepat ia melepas dasinya dan melilitkannya di lengan Arella, menjaga-jaga agar luka tersebut tidak terkena apa-apa lagi atau darah keluar.

“El, belom aman?”

“Belom, bantuin”

Tentunya kondisi masih tidak aman. Bagaimana tidak, suara tembakan yang sahut menyahut masih terdengar sangat jelas. Suara-suara ini pastinya sangat mengundang polisi. Sebenarnya Kelvin tidak ingin itu terjadi, karena jika polisi sudah ikut campur pasti masalah akan semakin rumit dan bosnya murka. Bisa-bisa mereka tidak berakhir di penjara melainkan di kuburan yang si bos akan senang hati untuk menggali. Namun di sisi lain ia ingin juga polisi datang agar musuh mereka ini pergi lalu mereka bisa mendapat pertolongan.

“Vin, si Arella gapapa?”

“Gapapa, kayaknya. Aduh gue gak tau. Cepet-cepet cabut dari sini pokoknya”

“Terus misi kita apa kabar?”

“Ya temen kita apa kabar?! Lu mau dia mati disini?”

“Ketembak di tangan gak mungkin mati sih” 

“Ya kalo infeksi terus mati gimana?!”

“Kita liat kondisi dulu. Kalo mereka bisa kita handle, kita bertahan disini bentar. Kalo ternyata gak kondusif, kit–“

UniversesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang