PROLOG

311 95 345
                                    

           "Ay temenin gue main yuk!"

"Pala lo, Ay. Panggil gue gitu lagi atau gue buang lo ke jurang."

                                     ***

    "Aya gue habis diputusin lagi sama pacar gue yang ke sepuluh."

        "Ya bagus lah, cewek lo sadar kalo lo jelek."

                                     ***

     "Renzo kok lo sekarang jadi menjauh sih?"

                    "Bukan urusan lo!"

                                      ***

             "Ren, lo bisa anterin gue?"

                            "Gue sibuk"

                                      ***

                        "Ren, gue sakit."

                     "Gue nggak peduli."
        
                                       ***

             "Ren gue mau mati aja boleh?"
  
                                     "...."

                                      ****

"Bagian diriku merasa sakit mengingat dirinya yang sangat dekat, tapi tak tersentuh."

                             _________

Lorenzo memandangi wajah Althaya yang sedang tersenyum sambil memainkan ponsel di sebelahnya. Sudut bibirnya pun ikut tertarik naik sehingga membentuk lengkungan kecil di wajahnya.

Satu hal yang membuat ia selalu tersenyum saat bersama Althaya, yaitu melihat gadis itu juga tersenyum bahagia.

"Ay."

"Hmm?"

"Ay." Panggil Lorenzo lagi seraya menoel-noel pipi Althaya berharap gadis itu memperhatikannya daripada benda pipih itu.

"Apaan? Udah gue bilang jangan panggil gue Ay. Geli tau anjim!" Jawab Althaya bergidik ngeri tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.

Lorenzo menghela nafasnya pelan. Tanpa pikir panjang ia merampas benda itu dari tangan mungil Althaya, membuat gadis itu mendelik padanya.

"Balikin, Ren!"

"Engga!"

"Balikin anjir!"

Lorenzo berdiri mengangkat tinggi-tinggi ponsel Althaya agar gadis itu tidak bisa menggapainya. Satu tangan Lorenzo menahan kepala Althaya sehingga dirinya kesusahan melompat.

"Makanya pendek jangan dipelihara." Kekeh Lorenzo

"Lo aja yang ketinggian, makan tiang listrik tiap hari. Cepet balikin sini sebelum gue tendang masa depan lo!"

Lorenzo menjitak pelan kening gadis itu sebelum akhirnya mengembalikan ponsel itu pada Althaya.

Cowok itu melirik jam ditangannya sejenak lalu tanpa berkata kata lagi Lorenzo langsung melangkahkan kakinya hendak pergi, membuat Althaya mencekal tangannya.

Kening gadis itu mengerut bingung. "Mau kemana?"

"Ibadah."

"Ikut!" Balas Althaya dengan semangat.

Lorenzo memutar bola matanya malas. Ia menatap mata Althaya cukup lama sebelum akhirnya mengusap pelan pipi gadis itu dan tersenyum tipis.

"Kita beda agama, Ay."

Masih prolog ya, semoga kalian suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Masih prolog ya, semoga kalian suka.

See you.

LORENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang