REN AYA 10

66 27 181
                                    

"Pah."

Panggilan dari Lorenzo membuat Faraz, papanya itu menghentikan kegiatan membaca koran. Pria itu langsung menatap Lorenzo dengan tatapan bertanya.

"Renzo mau tanya." ujar Lorenzo ia berjalan mendekat dan duduk dihadapan Faraz.

"Kenapa nak?" Tangan Faraz bergerak melipat rapi koran yang ia baca dan meletakkannya semula di meja.

"Semisal kalau mama di teror, apa yang papa lakuin?" tanya Lorenzo tanpa basa basi.

Cowok itu duduk dengan gagah dan menatap Faraz dalam. Hal itu membuat Faraz mengetahui bahwa anak tunggalnya ingin jawaban yang serius.

Faraz tersenyum kecil, ia menyenderkan tubuhnya di sofa dan melipat tangan di depan dada. "Papa bakal ngelakuin apa aja buat ngejaga mama dan nyari si peneror sampe ketemu." balas Faraz

Lorenzo terdiam sejenak memikirkan ucapan Faraz sebelum akhirnya kembali bertanya. "Kalau misal si peneror itu orang terdekat papa, apa yang bakal papa lakuin?"

"Ya papa tetep bakal ngehukum si peneror, kalau perlu papa hajar sampai mati karena udah berani neror atau ngelukain mama."

Tangan kanan Faraz bergerak mengambil secakir teh di meja, lalu meminumnya. "Emang kenapa Ren?" tanya Faraz heran.

Lorenzo dengan cepat menggeleng. "Nggak ada, cuma tanya aja pah." Cengir Lorenzo, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Sebelum Faraz bertanya lebih banyak lagi, Lorenzo langsung berdiri dari duduk. "Renzo mau ketemu Aya dulu pah." Pamit cowok itu lalu pergi begitu saja.

Lorenzo hanya tidak ingin Faraz mengetahui tentang peneror Althaya, karena pasti Faraz akan ikut campur dan ia tidak mau itu. Lorenzo hanya mau menyelesaikan masalah tanpa bantuan dari orang tua.

                                   ***

Saat ini keempat inti Infinity berada di supermarket. Mereka hendak membeli bahan-bahan makanan yang akan dimasak dirumah Aksa nantinya. Tujuan mereka membuat rencana ini agar Althaya melupakan kesedihannya, mungkin hanya untuk sementara tapi itu cukup untuk membuat gadis itu kembali tersenyum.

"Renzo gendong!" titah Althaya, namun cowok itu dengan senang hati langsung menggendong Althaya dipunggung.

"Arsean ambil bahan masakan dan Nozel ambil cemilan buat gue."

"Siap Queen!" Balas Arsean dan Nozel serentak.

Lorenzo tertawa saat menyadari bahwa wajah kedua temannya itu tertekan saat melayani Althaya. Namun, mereka tidak ingin mengeluh dan malah suka saat melayani gadis itu.

"Udah siap?" tanya Althaya, matanya melihat kanan kiri memastikan Nozel dan Arsean sudah membawa keranjang. Setelah itu ia mengalungkan erat kedua tangannya di leher Lorenzo.

"Kaya biasa, yang kalah cepet jadi babu gue seminggu." ujar Althaya yang lalu diangguki oleh mereka berdua.

"Yok jalan cepat!" titahnya.

Nozel dan Arsean langsung berhambur melakukan tugas masing-masing setelah mendengar aba-aba dari gadis itu dengan semangat.

Gubrak!

Althaya tertawa puas saat melihat Arsean terpeleset saat ingin berbelok ke arah kiri untuk mengambil sayuran. Padahal baru saja perlombaan dimulai tetapi Arsean sudah sial. Terlihat cowok itu meringis memegangi bagian yang terasa sakit.

"Pantat gue deg-deg an anjing."

Lorenzo yang berjalan pelan seraya menggendong Althaya terkekeh. "Itu namanya cenut-cenut bodoh." ujar Lorenzo yang lalu mendapat geplakan pelan dari Althaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LORENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang