REN AYA 01

212 92 349
                                    

"LORENZO!" teriak Althaya menggelegar diseluruh sudut ruangan. Satu tangannya bergerak cepat melempar bantal ke arah cowok tinggi yang tertawa geli dihadapannya.

"Nggak kena." Lorenzo tertawa puas saat bantal itu tidak mengenai dirinya.

Althaya memutar bola matanya malas. Ia sangat kesal sekarang kasur dan wajahnya basah karena ulah lelaki menyebalkan dihadapannya. Entah sudah berapa kali Lorenzo melakukan ini, cowok itu selalu membangunkannya dengan cara menciprati wajahnya dengan segelas air sambil membacakan doa.

"Gila lo ya, lo kira gue kesurupan? Pake doa segala!"

"Gue bisa merasakan di sekitar lo ada setannya, Ay. Makanya gue pake doa." Balas Lorenzo dengan bangga

"Iya lo setannya!"

"Mana ada setan ganteng kaya gue?" Lorenzo menyisir rambutnya kebelakang dan mengedipkan matanya pada Althaya, membuat gadis itu memasang wajah datar.

"Bukan temen gue."

"Siapa bilang lo temen gue? lo kan calon ibu dari anak anak gue nanti."

"Serah lo."

Althaya bangkit dari kasurnya yang sedikit basah dan merapikannya. Setelah itu ia berjalan menuju handuk yang tergantung di dekat lemari, bersiap untuk mandi. Namun sebelum ia memasuki kamar mandi, Althaya berbalik menatap Lorenzo yang sudah lengkap dengan seragamnya.

"Ngapain lo disini?"

"Bangunin kebo." Jawab Lorenzo polos.

Althaya menghela nafasnya pelan. "Maksud gue kenapa lo dirumah gue? bukannya lo harus jemput pacar lo yang udah kaya kebun binatang itu?"

"Gue males mereka lama kalau dandan, kalau lo kan nggak pernah dandan. Eh iya lupa lo kan lakik."

Althaya hanya menatap datar lelaki dihadapannya itu. Kalau bukan sahabatnya ia pasti sudah menendangnya keluar dari tadi.

"Iya-iya maaf, buruan mama udah nunggu dibawah."

                                    ***

"Lorenzo, kamu saya hukum lari lima belas kali keliling lapangan sekarang!"

"Astaga bu saya barusan aja nyampe sekolah. Ibu nggak kasian sama saya? saya juga belum sarapan bu." Ucap Lorenzo dengan wajah dibuat semenyedihkan mungkin.

Saat ini mereka berada di halaman sekolah dan tanpa sengaja berpapasan dengan guru tergalak. Bu Yani yang merupakan guru matematika itu melotot tajam ke arah Lorenzo. Tangannya sudah berkacak pinggang, bersiap untuk menghukum murid yang paling nakal.

"Enak aja kamu kemarin sudah bolos pelajaran saya dan kamu sekarang saya hukum!"

"Bu jangan kejam gitu dong sama saya."

"Udah bu hukum aja saya ikhlas." Balas Althaya tersenyum senang di samping Lorenzo.

Althaya sebenarnya tidak habis fikir dengan kelakuan Lorenzo setiap pagi yang selalu mendapatkan hukuman dari guru-guru. Dan tanpa menyesal cowok itu selalu mengulangi kesalahan yang sama. Tetapi setiap melihat Lorenzo dihukum itu adalah hal yang paling menyenangkan bagi Althaya karena bisa melihat cowok itu tersiksa.

"Kamu juga ikut lari sama dia!" Tunjuk bu Yani pada Althaya, membuat gadis itu mendelik terkejut.

Althaya menunjuk diri nya sendiri. "Saya bu?"

"Ya iyalah kamu masa saya nunjuk Jubaedah!"

Sedetik kemudian Jubaedah lewat di samping Althaya dan menepuk bahunya pelan. "Hai Altha, semangat ya!"

LORENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang