REN AYA 04

124 73 306
                                    

Matahari pagi muncul melewati selah gorden yang masih tertutup. Hari ini Althaya berencana untuk bangun siang. Semalam ia mendapatkan pesan dari wali kelas XI IPA 1 mereka bahwa sekolah akan dimulai pukul sembilan dikarenakan ada rapat untuk membahas ujian kelas XII.

Luka di tubuhnya kembali terasa nyeri saat ia mengganti posisi tidurnya. Baru saja ia menemukan posisi nyaman dan ingin kembali ke alam mimpinya, namun suara dering ponselnya membuat ia mengurungkan niat itu.

Althaya mengambil ponselnya dengan mata yang masih terpejam lalu beralih ke posisi duduk dan mengangkat teleponnya. "Halo?"

"HALO GUD MORNING AYANG BABY MY QUEEN!"

Suara Lorenzo yang keras melebihi toa masjid itu langsung menyadarkan Althaya, ia terperanjat kaget. Dalam hati nya sudah mengumpat berbagai jenis kebun binatang.

"NGGAK USAH TERIAK JUGA ANJIM!"

"Hehe maaf, bukain pintu kamar lo dong gue didepan nih."

"Ngapain lo kesini pagi-pagi?"

"Jemput kesayangan gue dong." Balas Lorenzo dengan nada jenaka.

"Males ketemu dugong."

"Bukain atau gue dobrak nih?!" ucap Lorenzo yang sudah mengambil ancang-ancang.

Dengan perasaan kesal Althaya menutup teleponnya dan membuka pintu yang ia kunci semalam dengan harapan agar Lorenzo tidak masuk dengan seenaknya saat pagi hari.

"Lo belum mandi? Masih kaya gembel gitu." Ucap Lorenzo yang memperhatikan ujung kaki hingga ujung rambut Althaya yang berantakan.

"Ngapain, ini masih jam setengah delapan."

Althaya kembali masuk menidurkan dirinya dikasur diikuti Lorenzo yang duduk di sebelahnya. Cowok itu melihat pipi Althaya yang memerah, ia bisa memastikan bahwa ayahnya melakukan kekerasan pada gadis itu lagi. Namun, Lorenzo hanya diam dan tak ingin membuat mood Althaya semakin hancur.

Didalam hati ia sangat marah dan sakit setiap melihat Althaya terluka, setiap ia ingin mengambil tindakan gadis itu selalu menahannya. Disaat yang bersamaan ia juga merasa kasihan pada Althaya.

Lorenzo tersenyum tipis melihat Althaya yang sedang memeluk boneka pinguin berukuran sedang. Lorenzo sangat ingat saat gadis itu berulang tahun ke 16, ia memberikan boneka itu. Ia juga masih ingat raut wajah Althaya yang sangat senang hingga tak berhenti tersenyum.

Setelah puas menatap Althaya cukup lama, Lorenzo menarik tangan gadis itu menyuruhnya untuk duduk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah puas menatap Althaya cukup lama, Lorenzo menarik tangan gadis itu menyuruhnya untuk duduk.

"Sini Ay."

Althaya hanya mengangguk menuruti perkataan Lorenzo.

Lorenzo mengambil sisir di nakas lalu mulai menyisiri rambut panjang Althaya dengan telaten, sebelum akhirnya memeluk gadis itu dari belakang. Lorenzo selalu menyukai aroma vanilla rambut Althaya walaupun gadis itu saat ini belum mandi tetapi tetap saja ia menyukainya.

LORENZOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang