05

20.4K 1.1K 7
                                    

Langkah Noval terhenti di lapangan belakang sekolah diikuti dengan Diva. Lapangan belakang yang sepi membuat Noval yakin akan melancarkan misinya disitu.

"Lo mau bilang apaan, Nov? Gue gaada waktu,"ucap Diva malas.

"Soal yang kemaren, gue minta maaf. Gue lagi bingung dan akhirnya gitu."kata Noval.

Diva menghela napas. "Udah gue maafin. Selesai kan."

Noval menggenggam tangan Diva. "Gue tau udah kurang ajar sama lo kemaren, lo juga pasti belum bisa maafin gue kan. Gue cuma minta sesuatu,"

"Minta sesuatu? Apaan?"tanya Diva bingung.

"Gue minta lo maafin gue dan kasih kesempatan kedua buat bikin lo bahagia."

DEG
Maksudnya Noval apaan coba? Kemaren jatuhin gue, terus sekarang mau bikin gue terbang lagi?batin Diva

"Ngomong apaan deh. Jangan jadi jayus gitu deh,"kata Diva sambil tertawa hambar.

"Gue serius Div. Gue gabisa jauhin lo."kata Noval.

Diva terdiam.

"Please Div, kali ini aja. Gue janji gaakan ngecewain lo lagi."kata Noval memohon.
Ngasih Noval kesempatan gapapa kali. Lagian lo belom move on ini batin Diva.

"Hm... oke, gue bakal ngasih lo kesempatan kedua. Tapi jangan berfikir akan ada kesempatan lainnya."kata Diva.

Noval tersenyum. Welcome to the hell, Diva. batin Noval.

"Makasih Div, gue beruntung banget dapetin lo."

.

.

.

Alvin tersenyum getir. Bagaimana tidak? Calon tunangannya baru saja pacaran dengan musuh bebuyutannya saat SMP. Alvin juga melihat kejadian itu secara langsung. Nyess bro!
Tenang Vin, lo masih punya kesempatan kok deketin Diva. Secara, lo kan calon suaminya.ucap malaikat hati.

Alvin memilih meninggalkan taman belakang dan mencari sepupunya--Grace--. Tak ada yang tahu jika mereka berdua saudara. Termasuk Diva. Mereka memilih menyembunyikan status itu.

"Kenapa muka lo lesu? Minta diinjek ya?"tanya Grace saat Alvin duduk di sebelahnya.

"Jayus pret. Gue galo tau gak."kata Alvin.

Grace tersedak. "Alvin Caster bisa galo? Oh my gosh!"

"Pala gue udah puyeng, jangan bikin tambah puyeng."kata Alvin.

"By the way, lo jadi nerima perjodohannya?"tanya Grace.

Alvin mengangguk. "Tapi sahabat lo barusan taken sama tuyul kupret itu."

Kerutan di dahi Grace terlihat. "Maksud lo, dia taken sama Noval? Yang bener?!"

"Iya, Grace. Gue liat sendiri. Noval niat banget ngerebut sesuatu dari gue."ucap Alvin.

"Dari dulu kan. Well, liat aja nanti. Siapa yang pantes berdiri disamping Diva, yang pasti bukan si Noval brengsek."kata Grace berapi-api.

Alvin tersenyum menatap saudaranya.

.

.

.

Diva memijat pelipisnya. Ia baru saja menerima Noval menjadi pacarnya! Mungkin dia gila. Sebenarnya Diva sudah move on 55%. Tak ada niatan untuk membatalkan move onnya. Dia hanya ingin melihat seberapa niat Noval untuk membuatnya memaafkan kesalahannya. Sepele memang, tapi kata-kata Noval tempo hari menyebabkan sebekas luka dihati tulusnya.

Hp Diva bergetar saat telpon dari Bundanya masuk.

"Ada apa bun?"

"Assalamualaikum,"

"Wa'alaikumsalam. Ada apa bun?"

"Kamu lagi dimana?"

"Di sekolah. Kenapa?"

"Pulang jam berapa kamu?"

"Jam dua an lah."

"Nanti sampe rumah kamu mandi yang bersih ya. Nanti Bunda sama Ayah mau ngajak kamu pergi."

"Aw, okay bun. See you later."

Diva meletakkan hpnya diatas meja. Grace sedang sibuk dengan urusan lain, sedangkan Reffa sedang mengikuti ulangan susulan. Entah mengapa setiap Diva memikirkan Noval, yang ada hanya bayangan Alvin.

Jam tangan di pergelangan tangan Diva menunjukkan pukul 13.55. Diva segera memasukan barang-barangnya ke dalam tas dan bersiap menuju parkiran mobil.

.

.

.

Alvin melangkah menuju kamarnya. Melihat kemeja dan jas di atas kasur membuatnya ingat akan jadwal nanti malam. Ya, nanti malam Keluarga Ronald dan Keluarga Axel akan mengadakan acara makan malam disebuah restoran di daerah Jakarta.

Alvin menghela napas. Mengingat kejadian tadi membuatnya ingat akan kejadian beberapa tahun lalu disaat ia dan Noval mempunyai masalah yang mengakibatkan dirinya dipindahkan sekolah. Masalah yang tidak kecil. Alvin sendiri enggan untuk mengingatnya.

TOK TOK

"Siapa?"

"Ini tuan, ada Nona Mona dibawah,"kata seorang pelayan dari luar kamar.

Alvin menggeram pelan. "Bilang, gue lagi sibuk."

"Baik tuan."

Pelayan tersebut meninggalkan kamar Alvin.

Alvin memilih menetralkan sejenak pikirannya. Diva mungkin akan menolak perjodohan ini, tapi Alvin yakin bahwa dirinya tetap akan menerimanya sepenuh hati. Berbekal doa dan keyakinan, Alvin akan berusaha menerima apapun yang akan terjadi nanti malam. Setidaknya dia harus siap mental bukan?

.

.

.

Diva sudah bersiap menuju restoran bersama kedua orang tuanya. Pilihan Bundanya memang tidak pernah salah. Dress 4cm diatas lutut dan berwarna peach membuat kulit putih Diva semakin tampak mempesona.

Sarah--bunda Diva-- tersenyum melihat tingkah Diva yang terdiam. Ia berharap, pilihan suaminya itu tidak salah. Axel mengelus punggung Diva. Memberikan ketenangan bagi putrinya itu.

"Kita mau kemana, Yah?"tanya Diva.

"Makan malem sama temen SMP ayah."jawab Axel.

"Cuma makan malem terus pulang kan?"tanya Diva lagi.

"Iya sayang, tenang aja."kata Axel.

"Okay, Dad."

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit, mobil keluarga Diva sampai di restoran tersebut. Diva menggandeng tangan Sarah. Sesampainya di dalam, Axel melambaikan tangannya ke arah laki-laki berumur sekitar 40tahunan yang duduk bersama keluarganya.

Diva tercengang. Alvin ada disana!

"Gimana kabarnya?"tanya Ronald.

"Baik-baik. Gimana kabarmu?"jawab Axel.

"Tidak pernah sebaik malam ini."kata Ronald.

Seketika tawa pecah. Alvin dan Diva terdiam. Tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua orang tua mereka.

"Jadi gimana Div, kamu mau kan dijodohin sama Alvin?"tanya Axel.

Diva terdiam. Tidak mengerti apa maksud Ayahnya tersebut.

"Kalo kamu gimana Vin?"tanya Axel lagi.

Alvin tersenyum. "Kalo Alvin sih mau mau aja om."

Seketika dunia Diva berhenti.

××××××××××××××××××××××××

Hai! Akhirnya sampai juga diawal permasalahannya. Kira kira apa yang dilakuin Diva? Nolak? Atau setuju? See you at next part!

The Most Wanted (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang