Aku sarankan untuk membaca part ini sambil dengerin lagu yang ada di media:) Eric Nam-I'm OK.
Alvin menggeleng lemah. Bayangan Diva yang berada dipelukan Noval berkelebat di pikirannya. Seragam yang tak terkancing menunjukkan betapa berantakannya Alvin saat ini. Rifky hanya bisa memperhatikan Alvin. Ia tahu sahabatnya sedang kacau.
"gue yakin Diva gaada maksud, Vin."kata Rifky memulai pembicaraan.
"capek gue."ucap Alvin.
"lo bisa ngomong baik-baik sama Diva, Vin,"kata Rifky.
Alvin menggeleng. "mau bilang apalagi gue? Peraturan yang bakal dia langgar? Percuma,"
"lo bakal ngelepas Diva gitu aja? Mana perjuangan lo?"tanya Rifky.
"perjuangan gue gaada harganya dimata Diva."kata Alvin.
"jiwa pemberani lo kemana? Sejak kapan lo kalah sama Noval?"kata Rifky.
Alvin mengangkat kedua tangannya keatas. "gue udah kalah."
"lo kalah sebelum berperang, Vin."kata Rifky.
"terus gue harus gimana?"tanya Alvin.
"kejar Diva."kata Rifky.
Alvin tersenyum lemah. "oke gue bakal berusaha ngejar dia."
.
.
.
Diva masih terdiam disamping Noval. Matanya menangkap raut wajah Alvin saat melihat dirinya berada di pelukan Noval. Kekecewaan. Itu yang ditangkapnya. Sungguh semua ini bukan maunya. Bukan ini keinginannya. Sudah saatnya memutuskan. Ia sadar bahwa akan ada yang terluka.
"lo kenapa?"tanya Noval.
"gue gapapa kok."kata Diva tersenyum kaku.
"jangan diinget kelakukannya Mona, dia emang gitu."kata Noval.
"gue juga gak berniat mikirin dia kok, haha."kata Diva.
"oke. Lo mau makan sesuatu? Lo belum makan apa-apa daritadi."tawar Noval.
"gue mau tanya sesuatu."kata Diva.
Raut wajah Noval berubah. "tanya apaan?"
"lo sayang sama gue? Atau gue cuma dijadiin boneka?"tanya Diva.
"lo apa-apaan sih? Gue sayang sama lo, Div."kata Noval.
"kalo misalkan gue bilang gue gak sayang sama lo gimana?"tanya Diva.
Tubuh Noval menegang. "maksud lo?"
"maaf Nov, gue rasa semua harus berhenti disini. Gue gak bisa terus-terusan kayak gini. Maaf banget."kata Diva menunduk.
"jangan bilang lo mutusin gue? Jangan bilang lo suka Alvin? Jangan bilang selama ini hubungan kita cuma lo anggap sebelah mata?"kata Noval.
"dengerin gue dulu Nov! Dari awal gue nerima lo, gue udah mulai move on. Ucapan lo waktu itu bikin gue ngubah pandangan ke lo. Maafin gue."kata Diva.
Noval menatap Diva. "kalo lo bilang gini dengan maksud mau ninggalin gue, lo salah. Gue gak bakal ngelepasin lo."
"tapi Nov-,"
Noval menyeringai. "lo salah pilih."
.
.
.
Sebelum bel pulang berdering, Diva sudah merapikan meja dan perlengkapan sekolahnya. Guru mata pelajaran di jam terakhir tiba-tiba harus menghadiri rapat di ruang kepala sekolah. Jamkos membuat kelas sedikit kacau. Sedikit.
"lo sakit?"tanya Grace.
Diva menggeleng. "gue gapapa kok."
"muka lo pucat, Div."kata Grace khawatir.
"gue gapapa Grace,"kata Diva tersenyum. Berusaha menghilangkan kekhawatiran sahabatnya ini.
"gue panggilin Alvin ya?"tanya Grace.
Diva menggeleng. "gausah, ntar ngerepotin dia. Dia ada latihan basket,"
"gimana bisa ngerepotin sih? Dia kan-,"
"sstt!"potong Diva.
"okay, sorry."kata Grace.
"pokoknya gausah, gue bisa pulang sendiri."kata Diva.
"okay, whatev."kata Grace pada akhirnya.
Setelah bel berdering, Diva segera mengambil tasnya dan melangkah keluar kelas. Tanpa disangka, Alvin sudah ada disamping pintu kelas. Tentu saja membuat heboh murid yang ada di dalam. Dengan seragam yan tidak terkancing dan juga keringat yang mengalir di dahi.
"ngapain disini?"tanya Diva bingung.
"jemput lo. Kata Grace lo pucet, yaudah gue ke sini."kata Alvin.
"gue gapapa kok."kata Diva.
"abis ini kita ke dokter."kata Alvin seraya menarik tangan Diva.
"gue gapapa Vin. Gaperlu ke dokter."kata Diva.
"gue gak menerima penolakan, Diva."kata Alvin.
Diva memilih diam dan pasrah tubuhnya ditarik menuju parkiran mobil. Belum sampai di mobil, Diva tak sadarkan diri. Alvin dengan sigap menarik Diva ke dalam pelukannya dan segera membawa ke dalam mobil.
.
.
.
"gimana bisa dia pingsan?"tanya Grace khawatir.
Alvin menggeleng pelan. "gue gatau, Grace."
"lo gimana sih, Vin? Lo suaminya tapi gatau apa-apa,"kata Grace.
"gimana gue mau tau kalo dia sama Noval terus, hah?"kata Alvin.
"what-?"ucap Grace bingung.
"lo gatau apa-apa Grace."kata Alvin.
"I'm so sorry."kata Grace.
"it's okay. Gausah dipikirin."kata Alvin.
"dia di kamar kan?"tanya Grace.
"iya. Lo masuk aja,"kata Alvin.
Grace mengangguk. "gue masuk ya."
Alvin menghela napas. Ia tak pernah mengira hidupnya akan serumit ini. Ia juga tak pernah mengira akan kembali berurusan dengan Noval. Sahabat yang dulu ia banggakan. Lebih baik tak membicarakan masa lalunya.
Hp milik Diva yang digenggamnya berdering. Rahangnya mengeras.
"ngapain lo telpon Diva, brengsek?"
-tbc
Hola!
Aku kembali dengan part 19 yang abal-abal sekali. Entah disini aku bingung. Maafkan aku karena lama ngupdatenya. Semua kendala alat dan otak yang ngestuck. Sekali lagi maafkan aku /bow/ aku butuh review-nya di part 19 ini. emang di part ini gaada feelnya sama sekali. Aku sadar itu. Sekali sekali sekali lagi maafkan aku.
Semoga kalian gak kecewa di next part dan semoga juga aku bisa secepatnya ngupdate karena bentar lagi ukk dan aku harus fokus /g. okaaay see u mwah!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted (REVISI)
Teen FictionBerawal dari pertemuan tak sengaja yang membawa Michelle Nadiva Zeanna ke dalam sebuah masalah yang cukup rumit. Cowok yang disukainya pun memperkeruh kondisinya. Tiba-tiba seorang Alvin Caster Zeandra datang ke dalam hidupnya dan membawanya ke dal...