Alvin menatap kosong langit diatas. Asap rokok mengitari dirinya. Bibirnya kembali menyesap rokok. Bukan hal biasa yang dilakukan Alvin, tapi akan dilakukannya saat sedang stress.
Angin malam yang dingin tak digubris Alvin. Ia ingin menikmati malam ini dengan merokok. Tidak peduli dengan batuk atau apapun. Ia hanya ingin menghabiskan malamnya dengan cara tersendiri. Menghabiskan beberapa puntung rokok.
KRIEK
Diva membuka pintu dan melangkah menuju balkon. Asap rokok langsung masuk ke dalam indra penciumannya. Ia tahu ada yang tak beres. Dan itu berasal dari suaminya.
"Vin, berenti ngerokok,"kata Diva.
Alvin tak menggubris.
"Vin, gue mohon. Gue gak suka bau rokok,"kata Diva.
Alvin membuang rokoknya. "Tidur, jangan kesini,"
"Tapi lo harus janji, lo gak ngerokok lagi abis ini."kata Diva.
"Gue gak bisa janji,"kata Alvin.
"Gue tau gue salah-"
"Jangan dibahas,"potong Alvin.
Diva menunduk memainkan jemarinya. "Maaf."
Alvin meninggalkan balkon dan kembali ke kamar. Sekarang yang dibutuhkannya hanya istirahat. Pikirannya berkecamuk. Ia sadar, masa lalunnya kembali terulang. Semua kejadian ini persis seperti 4 tahun yang lalu. Alvin menghembuskan nafasnya pelan sebelum terbang ke dunia mimpi. Berharap ia akan terbangun dengan situasi yang berubah.
Diva terisak. Air matanya mengalir begitu saja membentuk air terjun. Tak munafik, ini semua karenanya. Andai saja ia menolak tawaran Noval, semua tak akan seperti ini. Sungguh bukan ini yang diinginkannya. Semua terasa hancur begitu saja.
Diva beranjak kembali ke kamar. Melihat Alvin yang tidur tenang membuatnya sedikit lega. Setelah merebahkan tubuhnya di kasur, Diva menatap wajah suaminya. Mengecup pelan keningnya. "sleep tight, my hubby."
.
.
.
Diva menenggelamkan wajahnya di meja. Pelajaran fisika yang baru saja selesai membuat kelas seketika ramai. Tetapi masalahnya masih terngiang-ngiang di kepalanya. Membuat otaknya tidak bisa fokus di semua pelajaran hari ini.
"kenapa lagi lo?"tanya Reffa.
"Alvin marah sama gue,"jawab Diva pelan.
"masalah apa lagi? Gak bosen berantem mulu lo? Gue aja yang dengerin cerita lo bosen,"kata Reffa.
Diva mengangkat kepalanya. "lo pikir gue mau berantem terus? Oon banget lo, Ref."
"jangan bilang ini gara-gara Noval?"tebak Reffa.
Diva hanya diam, kembali menenggelamkan wajahnya.
"gila lo Div. Alvin udah berusaha setia sama lo, tapi lo apa? Lo sama aja mainin perasaannya dia tau gak."kata Reffa kesal.
"ini bukan mau gue, Ref!"sergah Diva.
"terus mau lo apaan? Ngehancurin Alvin secara perlahan? Untung ya Alvin tahan iman gak tergoda sama Mona."kata Reffa.
"Reffa, ini bukan mau gue ya. Gue juga capek kayak gini terus,"kata Diva.
Reffa menggelengkan kepalanya. "terserah lo, yang jelas gue udah ngingetin lo. Jangan sampe lo kehilangan dia. Lo bakal nyesel."
Diva memasang headset di telinganya. Mencari playlist lagu mellow favoritnnya. Siapa tau jadi ngantuk terus tidur. Kan asik. Apalagi mendung kayak gini. Wuuh mantep.
.
.
.
Alvin kembali melemparkan bola ke dalam ring. Entah sudah keberapa kalinya. Hari ini ia memilih membolos beberapa pelajaran bersama sohib sehidup gak sematinya, Rfiky. Entah mengapa, ia sedang tak ingin mengikuti pelajaran. Apalagi pelajaran sejarah yang membuatnya mengantuk.
"ada masalah lagi, bro?"tanya Rifky.
"kalo udah bisa nebak, ngapa tanya."kata Alvin seraya men-shoot bola ke dalam ring.
"we, woles bro. Ntar ringnya rusak, susah lagi urusannya."kata Rifky.
"gue lagi gak mood dengerin lelucon lo."kata Alvin.
Rifky menggeleng pelan. "oke, gue diem. Tapi lo mending istirahat dulu deh,"
Alvin meneguk air yang ada di sampingnya sampai tinggal separuh. "macem cewek pms gue."
"ada apa lagi?"tanya Rifky.
"biasa. Kayak gatau gue sama Diva aja lo,"ucap Alvin.
"biar gue tebak. Ini semua ada hubungannya sama Noval ye?"tanya Rifky lagi.
Alvin hanya tersenyum. "semua keulang lagi. Persis."
"Diva jahat banget sama lo,"kata Rifky.
"gue terlalu baik kali ya? Haha bodo banget gue."kata Alvin.
"lo harus selesein baik-baik masalahnya. Hubungan lo sama dia udah beda. Bukan sekedar pacaran apalagi stranger yang gak saling kenal."ucap Rifky.
"gue sadar, tapi gue rasa, jarak gue sama dia jauh. Jauh banget. Susah banget buat diraihnya tu anak. Gue bisa apa? Dia selalu terbuka sama itu curut. Sama gue? Dia gak pernah cerita apa-apa. Gue invisible kali ya,"kata Alvin.
"lo Alvin? Alvin Caster Zeandra? Alvin yang gue kenal gak pesimis, bro."kata Rifky.
Alvin terdiam. Kembali meneguk airnya hingga habis. "thanks buat nasihat lo. Semoga memberikan efek samping ke gue,"
"gunanya sohib bro."kata Rifky.
"teryata ada gunanya ya sohib kayak lo."kata Alvin.
Rifky mendengus. "tai lo."
Tawa Alvin pecah. "maap maap. Yodah gue ke kantin dulu,"
.
.
.
Diva menunggu Reffa yang sedang memesan makanan di kantin. Grace yang hari ini ada kegiatan di luar kelas membuat mereka tak bisa bersama sekarang. Sahabatan sama orang sibuk mah gini.
"lo cewek yang waktu itu kan?"
Diva menoleh. Mona and the genk ada di hadapannya. "ya."
"lo kok berani deketin Alvin gue sih? Apa Noval gak cukup ya?"tanya Mona remeh.
"Alvin lo? Alvin mau sama cabe macem lo gini?"kata Diva.
Mona menatap Diva tak percaya. "lo siapa sih?! Berani banget sama gue!"
"lo gak perlu tau siapa gue."kata Diva malas.
"LO KURANG AJAR BANGET TAU GAK?!"seru Mona sambil bersiap melayangkan tangannya.
Tiba-tiba seseorang menarik Diva ke dalam sebuah pelukan.
"-lo?"
-tbc
Wehee im back!
Pakabar? Masih inget aku? Masih dong ya:3 maaf gak nongol 12 hari. Aku bener-bener buntu gaada ide akhirnya ada ide setelah dengerin lagunya afgan/? Makasih sarannya buat itaak sygku wkwk. Jadi curcol. Sebelumnya, part ini aku dedikasikan ke temen yang selalu nagih update setiap hari;') ily! Oke, sampai jumpa di next part dan semoga aku cepat nongol lagi! Bye!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Most Wanted (REVISI)
Teen FictionBerawal dari pertemuan tak sengaja yang membawa Michelle Nadiva Zeanna ke dalam sebuah masalah yang cukup rumit. Cowok yang disukainya pun memperkeruh kondisinya. Tiba-tiba seorang Alvin Caster Zeandra datang ke dalam hidupnya dan membawanya ke dal...