23

13.1K 618 36
                                    

Hari sudah beranjak malam saat Alvin masuk ke dalam kamarnya. Lebih tepatnya kamar milik mereka. Matanya menangkap sosok Diva sedang meringkuk di bawah selimut. Perlahan, Alvin menghampiri gadis itu. Terlihat mata Diva membengkak, seperti habis menangis.

Tak ingin mengganggu tidur Diva, ia memilih untuk ke balkon. Setelah kejadian di gudang tadi, ia langsung mencari info tentang masalah yang menimpa Diva. Alvin menggeram saat mengetahui siapa otak dari masalah ini. Semua karena Mona. Ya, perempuan itu selalu saja membuat masalah.

Alvin mengambil sebatang rokok dan mulai menghisapnya. Kepulan asap mengitari tubuhnya. Pikirannya melayang entah kemana. Ingin rasanya ia menghilang sejenak dari dunia ini dan kembali entah kapan. Terlalu banyak masalah yang menyapa.

Setelah setengah jam merokok, Alvin mematikan rokoknya dan membuangnya. Setengah jam ia gunakan untuk menghabiskan setengah bungkus rokok yang ia dapatkan dari teman basketnya. Alvin sangat ingin hubungannya dengan Diva berjalan dengan baik tanpa hambatan. Mengulang semua dari awal dengan tujuan agar semua berjalan dengan baik tanpa masalah yang menimpa.

Dengan tenang, Alvin menatap Diva yang terlelap. Menatap lamat selama beberapa menit. Senyum tersungging di bibirnya. "Selamat malam, maafin gue yang gapernah ada buat lo, Div."

.

Diva mengerjapkan matanya pelan. Dilihatnya jam sudah menujukkan pukul 07.00. Diva membuka selimutnya perlahan. Matanya tak menemukan Alvin di manapun. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Bau makanan yang sedap membawanya ke dapur. Dilihatnya Sarah sedang asyik di dapur, bersama masakannya.

"Bunda masak apa?"

Sarah menoleh. Tangannya menaruh sendok yang digunakannya untuk mencicipi masakannya. "Bunda masak sop ceker, kesukaan kamu."

Dahi Diva menyernyit. "Tumben, biasanya bunda paling males kalo aku minta makan itu," Diva menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "bunda gak lagi kenapa-kenapa, kan?"

Sarah tersenyum, tangannya mengelus pelan rambut putri bungsunya itu. "Bunda lagi pingin masakin kamu itu. Memangnya ada yang salah? Bunda udah lama gak masakin makanan kesukaan kamu,"

"Oh gitu. Aku kira kenapa, hehe."

Sarah duduk di hadapan Diva. "Kamu diskors?"

Diva mengangkat bahunya. "Iya, bunda mau marahin Diva ya?"

"Nggak, bunda gak mau marahin kamu. Cuma, bunda bingung. Kok bisa anak bunda kena skors?"tanya Sarah.

Diva tersenyum kecut. "Ceritanya panjang, bunda. Aku bingung kenapa bisa serumit ini. Mungkin karena aku yang terlalu nganggep remeh masalah, jadinya makin gak jelas gini."

"Kamu bisa cerita ke bunda, kapan aja yang kamu mau. Bunda bakalan ngasih solusi terbaik buat kamu. Ah, gimana kalo kita jalan berdua? Udah lama kan kita gak jalan bareng."ucap Sarah.

Diva mengangguk. "Boleh juga, bun. Tapi aku mandi dulu ya. Belom mandi, hehe."

"Oh, jadi kamu belom mandi. Makanya daritadi bunda bingung, kok tiba-tiba ada bau gak enak, tapi dari mana. Eh ternyata kamu yang bau."

Diva mengerucutkan bibirnya. "Ih, bunda jahat!"

Tawa Sarah meledak. Sudah lama sekali ia tidak tertawa lepas karena putri bungsunya ini. Sungguh, ia merindukan masa-masa dimana waktu kebersamaan dengan putrinya masih banyak.

.

Alvin mengelap keringatnya yang bercucuran menggunakan handuk kecil yang ia bawa. Hari ini tim basket sekolahnya sedang mengadakan latihan tambahan, guna mempersiapkan kekuatan untuk melawan sekolah lain dalam ajang pertandingan antar sekolah. Latihan yang biasanya seminggu dua kali, kini bertambah menjadi setiap hari sampai dua hari sebelum pertandingan. Terlebih salah satu anggota andalan mereka harus absen karena cedera yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit.

The Most Wanted (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang