Ayah🍂

1.7K 210 30
                                    

Sekarang diruang kepala sekolah. Ada Reno dan Rain yang duduk berhadapan dengan kepala sekolah, sedari tadi Rain hanya menundukkan kepalanya tidak berani melihat ke arah ayahnya, sedangkan kepala sekolah melihat keduanya dengan bingung. Pasalnya Reno Alnanda adalah donatur terbesar di SMA Galaxy, seharusnya dia mengenali Rain karena nama belakang gadis itu adalah Alnanda.

"Rain menampar teman sekolahnya saat berada di kantin, Rina juga mengatakan kalau Rain yang memulai perdebatan mereka dengan menuduh Rina yang tidak tidak"jelas kepala sekolah setelah mereka bertiga terdiam lama.

"Benar begitu Rain?"tanya Reno kepada putri satu-satunya itu. Rain mendongak dan melihat ayahnya lembut.

"Rain gak pernah cari masalah sama Rina yah, disana banyak orang dan mereka tau siapa yang memulai terlebih dahulu. Rain ngaku kalau Rain kasar udah nampar dia tapi Rain gak mau minta maaf yah, dia juga bukan teman Rain"jelas Rain.

"Siapa yang memulai itu tidak penting Rain kamu tetap salah karena menampar Rina!"bantah kepala sekolah.

"Anak saya tidak bersalah"kata Reno datar.

"Pak tap-"

"Anak saya tidak bersalah dan saya harap bapak mengerti itu, dan untuk anak bernama Rina. Saya harap dia tidak membuat masalah dengan anak saya lagi"potong Reno, sudah jelas sekali dari nada bicaranya bahwa dia tidak ingin dibantah.

"Kapan jam pulang?"tanya Reno kepada Rain.

"Rain masih ada satu mata pelajaran lagi yah"jawab Rain.

"Berapa lama?"

"45 menit"

"Masuk ke kelas mu! Ayah tunggu dimobil"Rain melihat ayahnya itu berbinar.

"Ayah mau pulang bareng Rain?"tanta Rain tak percaya, karena sungguh terakhir kali ayahnya itu menjemputnya sekolah adalah saat kelas 6 SD. Selebih itu dia akan berangkat dengan Rian atau diantar supir.

"Masuk ke kelas mu!"Rain mengangguk dan berjalan keluar ruang kepala sekolah. Meski dia masih kesal dan marah tapi dia juga senang, dia merasa dekat lagi dengan ayahnya itu.

Saat sampai dikelas guru yang mengajar sedang kosong. Rain bergegas duduk di kursinya tanpa memperdulikan teman sekelasnya yang mantapnya penasaran. Mereka sama sekali tidak mengecam atau menyalahkan Rain, bagi mereka Rina seharusnya mendapat lebih dari sebuah tamparan, perilaku buruknya dan juga drama yang dia buat membuat hampir seisi sekolah jengah.

"Rain kamu denger semuanya hari itu?"tanya Ares.

"Iya, gue gak salahin lo kok, lo gak salah lo juga gak ada niat jahat sama gue"jawab Rain.

"Kok kamu yakin aku gak ada niat jahat sama kamu?"tanya Ares heran.

"Kalau lo ada niat jahat sama gue lo pasti udah ngelakuin itu waktu lo nganter gue pulang, dan banyak kesempatan juga tapi lo gak, lo baik kok Ares. Gue yakin kok lo bisa berubah"jawab Rain.

"Kalau kamu mau bantu"kata Ares.

"Aku bantu kok, kita kan teman"kata Rain dengan senyuman yang manis.
Ares juga ikut tersenyum melihatnya.

'Untuk kali ini baru teman ya Rain?'-Ares.

"Lo tuh udah jadi bagian dari kita res sejak lo masuk dikelas ini, jadi lo gak usah sungkan sama kita"sahut Dinda.

"Iya anggap aja kita semua teman"tambah Mia.

"Tuh denger kan? Yang bakal bantuin lo bukan cuman gue aja"kata Rain, anak kelas yang lain juga ikut mengangguk. Bagi mereka 3 tahun bersama sudah seperti keluarga, bahkan Ares pun yang baru bergabung dengan mereka sudah mereka anggap keluarga.

.

.

Di dalam mobil Rain hanya terdiam sambil memainkan jarinya. Dia ingin mengajak ayahnya itu berbicara tapi dia juga takut untuk memulainya.

"Ada apa?"tanya Reno, seakan mengerti bahwa putrinya ingin berbicara.

"Ayah percaya sama Rain?"tanya Rain pelan.

"Kamu gak pernah bantah omongan ayah, meskipun ayah udah menekan kamu dan keras sama kamu, tapi kamu gak pernah ngeluh ke ayah. Bagaimana bisa kamu mencari masalah dengan orang"jawab Reno.

"Rain pikir ayah gak pernah perhatiin Rain, Rain seneng ayah percaya sama Rain"kata Rain melihat ayahnya senang.

"Ayah merhatiin Rain kok, ayah tau kamu suka main piano, kamu suka warna hitam dan putih tapi kamu lebih suka warna biru, kamu gak suka timun dan suka bikin mie instan waktu tengah malam, setiap selesai sarapan dan saat kamu sudah berangkat ayah diam diam membawa masakan kamu untuk makan siang dikantor, ayah juga mamerin setiap masakan kamu ke pak Han sekertaris ayah. Ayah gak dateng ke sekolah setiap pengambilan raport semester karena ayah tau nilai kamu adalah yang terbaik dan gak ada masalah yang kamu perbuat. Setiap lomba yang kamu ikuti ayah selalu datang dan sudah pasti ayah membanggakan kamu didepan pak Han, bahkan pak Han pernah bilang kalau ingin kamu menjadi menantunya"kata Reno.

Rain diam diam sudah menetas air matanya. Dia sudah banyak sekali berburuk sangka kepada ayahnya, ayahnya menyayanginya lebih dari apa yang dia kira selama ini.

"Tapi waktu itu ayah bilang kalau putri ayah harus mendapatkan yang terbaik. Putri ayah adalah yang paling istimewa"lanjut Reno. Rain mulai terisak dia sekarang bisa melihat tatapan kasih sayang ayahnya untuknya.

"Rain maafin ayah sudah keras sama kamu. Ayah tau mungkin kamu kecewa dengan ayah, kamu mungkin juga sering kesal dengan ayah. Tapi kamu harus tau kalau ayah sayang sama kamu"

"Rain yang seharusnya minta maaf, Rain udah salah paham sama ayah. Rain juga belum bisa jadi yang terbaik buat ayah, Rain minta maaf yah"kata Rain dengan isak tangisnya dan air mata yang entah mengapa tidak mau berhenti keluar.

Reno tersenyum melihatnya, dengan sebelah tangannya dia mengelus kepala Rain dengan sayang. Dia sangat menyayangi putrinya itu.

.

.

"Kamu mau ngomong apa gan?"tanya Rina.
Mereka sekarang ada dibelakang parkiran sekolah, setelah pulang sekolah Regan langsung menghampiri kelas Rina dan membawa perempuan itu kesini.

"Aku denger semua omongan kamu sama Ares. Bisa bisanya kamu ada rencana licik kayak gitu sama Rain"kata Regan.

"Kenapa kamu jadi peduli sama dia sih? Kamu suka sama dia!"kata Rina mulai emosi.

"Kalau iya kenapa?! Dia pacar aku dan aku berhak suka sama dia!"kata Regan.

"Kamu gak bisa bohongi aku Regan, kamu cuma suka sama aku! Kamu cuma anggap dia mainan!"bentak Rina.

"Kamu ngaca! Siapa yang lebih pantes disebut mainan!"desis Regan.

"Jangan buat masalah lagi sama Rain dan jangan hubungin aku lagi, anggap aja kita gak pernah kenal"lanjut Regan lalu pergi meninggalkan Rina yang melihatnya tajam.

"Rain sialan!"

-To be continued-

Gimana gimana? Ada yang nangis nggak? Aku waktu ngetik nangis juga soalnya. Ares makin deket aja nih sama Rain, si Regan yang malah bikin masalah terus.

Kesel juga gak sih sama si Rina? Atau kalian lebih kesel sama Regan? Jangan lupa vote sama komen ya.

Oh iya jangan lupa juga share cerita ini biar makin rame juga.

𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛 𝑅𝑎𝑖𝑛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang