~ Happy reading 🖤
Kini jam pukul 19. 47 malam, tapi Kia belum pulang juga kerumahnya. Sedangkan Ivan, Santi, Rahma dan Fahmi sudah khwatir dengan ke adan, Kia. Pihak polisi pun tidak ingin menerima laporan dari Fahmi, karena belum 24 jam. Sekarang harapan mereka hanya berdoa dan minta pertolongan kepada yang maha kuasa.
Mereka sekarang duduk di ruangan keluarga, sambil menenangkan Rahma yang terus saja menangis. Ivan dan Santi, yang tak tega melihat kondisi orang tuanya, Kia. Mereka meminta kepada orang tuanya, buat mengirimkan beberapa Bodgyuard untuk mencari keberadan, Kia.
"San!" bisin Ivan. Karena memang mereka duduk bersebelahan.
"Apa?" ketus Santi.
"Leper," gumawan Ivan tapi masih ke denger oleh, Santi.
Santi pun tak segan-segan menyubit pinggang, Ivan. Ivan yang mendapat cubitan maut dari Santi, meringis ke sakitan. Sedangkan, Santi hanya geleng-geleng kepala.
"Badan aja kecil, tapi kalo makan. Buju buser, jatah semut pun dia belum kenyang. Kalo gue aja nih orang ke kondangan, beh bisa-bisa malu tujuh turuna. Ya, Allah plase jangan temuin temen lacnak kaya dia lagi ... Amin," batin Santi mengomel.
Lama Rahma mengangis, akhirnya dia pun berhenti. Fahmi, Santi dan juga Ivan, yang sudah tak mendengar tangisan Rahma dalam pelukan Fahmi merasa heran. Fahmi pun melongarkan pelukanya dan beralih melihat wajah sang istri yang begitu kelelahan menangis.
"Om, tante Rahma kenapa?" tanya Santi khwatir.
Fahmi tersenyum, dan berkata, "Kalian jangan khwatir. Tante Rahma kecapen menangis, makanya dia ke tiduran."
"Kalian tunggu di sini, Om mau bawa tante Rahma ke kamar dulu," sambung Fahmi, dan di balas anggukan oleh Ivan dan Santi.
Fahmi mengangkat tubuh Rahma ala bridal Style. Selaha Fahmi bener-bener masuk kamarnya, Santi dan Ivan bertatapan seperti orang musuhan. Ntah lah auto nyamuk di anatar mereka, wkwk.
"Apa liat-liat?" ketus Santi.
"Dih, PD bangat sih jadi orang. Lagian gue liatin Om Fahmi sama Tante Rahma, bukan sama luh Mak lampir,"
"Apa luh bilang?" Tak terima di katain Mak lampir, Santi pun menatap tajam.
"Mak lampir," balas Ivan.
"Ivan," kesel Santi sambil menyubit pinggang Ivan yang ke dua kalinya.
"Sakit, Yang." keluh Ivan.
Santi terdiam ketika Ivan mengeluarkan kata 'Yang'. "Dasar modus," sindir Santi sambil memukul lengan Ivan, setelah itu Santi membuang muka.
"Hah, madus apa'an? Luh nya aja yang terlalu PD," ujar Ivan.
"Berisik ogep!" bentak Santi.
"Eh, ternyata Om Fahmi sama Tante Rahma saswit juga, Ya. Macam anak jama now, kalo gue di posisi Om Fahmi ... Beh hati gue dag-dig-dug ser pasti," girang Ivan.
"Luh mau?" tanya Santi.
"Mau bangat lah, tapi gue bingung sama siapa. Sedangkan gue masih bingung cari cewek yang bener-bener gak matre sama harta keluarga gue," balas Ivan.
"Kia, gak matre. Kenapa luh gak jadian aja?"
"Gue mau nya luh, San." batin Ivan.
"Gue sama Kia itu cuam sahabatan," jelas Ivan.
"Terus luh mau nya sama siapa?" tanya Santi.
"Lu--"
Belum sempet Ivan berbicara, tapi suara ketukan rumah lebih cepet memotongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CEO KEJAM
Teen Fiction"seorang gadis cantik yang harus menikah muda dengan seorang CEO kejam ~Zaskia Amelia Sanjaya🦋