05

536 96 5
                                    

.
.

Jangan lupa vote dan coment!
And
Jangan lupa kasih banyak cinta buat book ini. ♡♡♡

.
.

Besoknya setelah matahari sudah naik, Zea memutuskan untuk belajar memanah bersama Susan ditemani Kurcaci dan Lucy di pinggir Aslan's how

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Besoknya setelah matahari sudah naik, Zea memutuskan untuk belajar memanah bersama Susan ditemani Kurcaci dan Lucy di pinggir Aslan's how.

"Kau hanya harus fokus, dan percaya pada anak panah mu" ajar Susan. Zea mengangguk mengerti dan mengambil anak panahnya. Zea mencoba fokus kearah target yang merupakan balok kayu.

Ia menarik string panahnya, tapi sayangnya meleset, dan lebih parahnya anak panah itu meleset masuk kedalam hutan.

"Kau memang payah Zea" ejek si Kurcaci yang membuat Lucy dan Susan tertawa.

"Diamlah, aku baru pertama kali menggunakannya" Zea mencoba lagi, dan lagi-lagi meleset, membuatnya sedikit sial.

"Bagaimana cara menggunakan benda sial ini" kata Zea sambil memegang tinggi busur panahnya kearah langit biru, setengah menyerah.

"Begini" zea melihat kearah suara bariton yang dikenalnya, Edmund. Edmund menarik tangan Zea seperti posisi yang awal Susan ajarkan.

Edmund berjalan kebelakang zea, lalu memegang tangan gadis itu dengan posisi yang benar. Pria itu terlihat biasa saja dengan perlakuannya padahal Zea mati-matian menahan nafas karna terkejut. Ditambah wajah kedunya begitu dekat, sampai Zea bisa merasakan deru nafas Edmund yang terasa hangat menyentuh bahunya.

Ia melihat Edmund yang fokus pada target didepan. Beribu kali pun Zea lihat, Edmund sangat tampan dengan kulit putih, rahang tegas, pupil coklatnya yang begitu jernih dan hidungnya yang begitu tinggi.

"Jangan melihat ku, lihat target mu" Zea tersentak saat bisikan Edmund masuk dengan jelas kedalam telinganya. Zea lantas melihat balok kayu didepan.

"Posisi mu harus tegap" Zea membenarkan posisinya menjadi lebih tegap. "Tangan mu harus lurus dan tak boleh lemah" Zea menarik tangannya sedikit lebih tinggi.

Diam-diam Edmund tersenyum saat Zea diposisi yang salah. "Bukan begitu. begini" Edmund yang sedari tadi masih berada dibelakang zea menurunkan sedikit tangan gadis itu dengan lembut.

"Sekarang lihat target didepan, seperti kata Susan, kau harus percaya pada anak panah mu" Edmund perlahan melepaskan pegangannya dan mundur dari Zea saat gadis itu sudah lebih fokus. Zea kembali menarik string busurnya. Dan anak panahnya melesat dengan kecepatan tinggi.

Zea harap-harap cemas melihat anak panah.

Ia seketika meloncat kesenangan saat anak panahnya mengenai balok kayu itu, walau tidak tepat ditengah, tapi cukup membuat Zea kesenangan sampai meloncat-loncat kecil.

"YASH!" pekiknya penuh semangat. Ia lantas membalikan badan melihat kurcaci yang duduk diatas batu.

"Kau lihat itu? Aku mengenai baloknya" kata Zea kegirangan.

𝐓𝐖𝐎 𝐖𝐎𝐑𝐋𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang