07

611 78 7
                                    

.
.
Jangan lupa vote dan comment!
.
.
.

"YANG BENAR SAJA ED!! BAGAIMANA BISA MEMAKAI TONGKAT SEPERTI ITU?" teriakan kemarahan Zea mengelengar dipadang rumput disore hari yang cukup teduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YANG BENAR SAJA ED!! BAGAIMANA BISA MEMAKAI TONGKAT SEPERTI ITU?" teriakan kemarahan Zea mengelengar dipadang rumput disore hari yang cukup teduh. Hari itu memang teduh, langit dihiasi warna biru terang dengan gumpalan awan putih yang menghiasi. Tapi tidak dengan gadis penyihir ini, hatinya mendung, gelap, hitam bak badai yang akan menerjang karna satu oknum, Edmund pevensie.

"Ya mana aku tahu mantra itu hanya untuk cahaya kecil bukan menghancurkan balok kayu disana! Melafalkan mantra dengan huruf-huruf tidak masuk akal itu sangat sulit asal kau tahu!" kukuh Edmund tak mau mengalah tentang adu mulut.

"Bukan mantranya yang salah, otak mu saja yang lamban!" Zea berkacak pingang.

"Lamban kau bilang?! Asal kau tahu aku anak terpintar dikelas!"

"Tidak usah menyombong! Kelas dunia mu berbeda dengan dunia ku!"

"Tentu! Karna pelajaran kami tidak sesulit ini! Lihat rambut mu sampai mengembang begitu!"

Zea sontak memegang rambutnya, pipinya mengembang besar pertanda menahan amarah yang siap meledak, "Edmund pevensie! Ini ulah mu karna melempar mantra ke arah ku bukan kebalok kayu itu." tunjuk Zea kuat kearah balok kayu yang memang sudah ia persiapkan untuk menjadi target Edmund. Tapi sayangnya pria berkulit susu itu malah melesetkan mantra sehingga membuat rambut Zea mengembang hebat.

"Mantra mu yang salah! Kau bukan guru yang hebat!!"

"Kau yang lamban!" Zea menghentak kakinya sambil berteriak kesal.

"Kau!"

"Kau!!" Zea yang sudah kepalang emosi mengajari Edmund mantra yang sama selama dua jam, maju dengan langkah lebar, tangannya direntangkan untuk menarik rambut legam Edmund membuat pria itu berteriak kesakitan.

Siapa yang mengira bahwa Edmund akan melempar tongkat sihir Zea agar kedua tangannya juga bisa menarik rambut gadis itu sama kuatnya seperti yang Zea lakukan.

"Berani-berani nya kau menarik rambut ku Edmund!" Zea semakin kesal, dia menambah gengamannya dirambut Edmund.

"AW! kau ini rakyat yang durhaka!! Bagaimana bisa kau menarik rambut raja mu sendiri!! AWW ZEA!!-" Edmund ikut menguatkan tarikan rambut Zea saat merasakan gadis itu semakin menguatkan tangannya "-KAUU!! HUKUM PANCUNG PUN TIDAK AKAN MENEBUS DOSA MU YANG INI ANAK PENYIHIR!!"

"SIALAN! AKU BAHKAN RELA MATI HANYA UNTUK MERONTOKAN RAMBUT MU!"

"TAK AKAN AKU BIARKAN!" kurang ajar sekali pikir Edmund, mana mau ia mengalah hanya untuk Zea. Hampir setengah jam dia menata rambutnya agar terlihat rapi dan Zea ingin menghancurkannya? mati saja!

Tarik menarik rambut terus berlanjut hingga mereka berguling dirumput sambil terus menjambak atau sesekali melayangkan tendangan atau ditambah tangan Zea yang memukul lengan Edmund.

𝐓𝐖𝐎 𝐖𝐎𝐑𝐋𝐃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang