Part 1

7.6K 581 11
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Tidak ada hal yang paling membahagiakan di dunia ini selain masih bisa merasakan nikmat iman dan islam. Kekayaan tidak menjadi tolak ukur kebahagiaan seseorang.

~Into Divine Love

Karya : Syahda Khairunnisa ~

♥♥♥









Pernah mendengar PT. Athaya Chevron Herland Corporation? Iya, cabang perusahaan minyak terbesar di Indonesia. Perusahaan itu adalah salah satu perusahaan energi terbesar dunia asal Amerika. Berkantor pusat San Ramon, California, Amerika Serikat. Aktif di lebih dari 180 negara, termasuk Indonesia. Athaya Chevron bergerak dalam setiap aspek industri minyak dan gas termasuk eksplorasi dan produksi; pengilangan, pemasaran, dan transportasi. Produksi kimia, penjualan dan pembangkit listrik.

Athaya Chevron memiliki fasilitas di sembilan puluh negara. Atahaya Chevron Herland adalah satu dari enam perusahaan minyak dunia, pada tahun 2013 menempati posisi kesebelas dalam daftar Fortune Global lima ratus untuk perusahaan terbesar di dunia.

Pencapaian yang cukup fantastis!

Siapa sangka aku yang jurusan S1 Administrasi Perkantoran mampu bekerja di perusahaan itu? Sebagai secretary lebih tepatnya. Dulu, Mama pernah melarangku untuk mengambil jurusan Administrasi, karena sudah pasti akan bekerja di perkantoran. Di pikiran Mama mendengar kata 'kantor' sudah jelas tentang pakaian ketat, heels tinggi tiga belas cm, serta pakaian yang serba mengundang syahwat pria.

Tapi beruntungnya di tempatku bekerja, pakaian tidak menjadi syarat mutlak diterima atau tidaknya di sini. Lahir dari kehidupan yang sederhana membuatku terdidik harus mandiri dan serba bisa. Semenjak umur lima tahun, Mama mengajakku pindah ke Jakarta Selatan. Di sana, belajar banyak hal. Termasuk tetap bahagia meski hati menangis.

"Da! Mana berkas hasil rapat kemarin? Pak Bos udah marah-marah tuh!" aku terlonjak kaget karena tiba-tiba suara Yani—salah satu anggota Supervisior—ada tepat di hadapanku dengan dada membusung. Sepertinya bukan hanya pria yang harus menundukkan pandangan melihat pemandangan semacam ini, tapi aku juga. Really sad.

"Ah iya. Ini," jawabku sambil menyerahkan berkas yang dimaksud. Ia lantas pergi dengan langkah yang ... eum, seperti sengaja melenggak-lenggok. Heels tinggi sebelas senti dan rok hitam di atas lutut. Astaghfirullah! Istighfar, Alda. Tidak boleh suudzan.

Satu hal yang perlu diketahui. Aku seorang sekretaris dari Chief Executive Officer. Tapi, ruanganku dengan Pak Nazran terbilang cukup jauh. Selain karena permintaanku, dia juga tidak keberatan sama sekali. Kami juga tidak pernah sekalipun berkomunikasi selain menyangkut hal pekerjaan. Untuk berkas seperti tadi, itu memang mau Yani sendiri. Dan yang lebih membuatku sujud syukur, Pak Nazran tidak pernah keberatan setiap kali yang mengantar berkas Yani, bukan aku.

Kecuali, jika memang berkas itu bermasalah atau ada hal yang begitu penting. Baru aku turun tangan. I'm just happy working here.

BRAKK!

Aku kembali dikejutkan dengan suara hentakan yang begitu keras dari ruangan Pak Nazran. Dengan buru-buru aku berlari kesana.

Iblis!

Satu kata yang menggambarkan kondisi pria di depanku saat ini. Pak Nazran bukan manusia. Ya, aku yakin itu. Dia iblis, iblis yang meminjam raga manusia. Lihatlah yang dia lakukan saat ini. Menyuruh para bodyguard suruhannya untuk menghajar habis seorang karyawan bagian Customer Service tanpa ampun.

Bahkan pria berumur itu rela mencium kaki Pak Nazran dengan wajah memar, bahkan darah sudah bercucuran membanjiri pelipisnya. Di sini yang Tuhan itu siapa? Why is he so cruel?

Aku tidak tahu pasti permasalahannya seperti apa. Yang pasti, bukan sekali dua kali pria itu melakukan tindakan bejat. Sudah tidak terhitung jari lagi nyawa manusia di sini melayang di tangannya.

Namun sekonyong-konyong Pak Nazran menatapku! Tatapan kami bertemu beberapa detik. Matanya cokelat muda, tegas. Beringas. Sorotnya begitu tajam. Aku merasa ada perpaduan yang aneh di matanya. Ada beberapa orang di muka bumi ini yang tercipta dengan wajah yang sekali orang melihatnya langsung bisa ditebak bagaimana karakternya. Seperti pria ini contohnya.

Dingin dan menakutkan. Sangat persis seperti iblis. Do not have a heart.

Ini bukan kali pertama aku melihat mata elang itu, tapi tatapannya kali ini lebih menyeramkan dari film Danur sekalipun. Walau aku belum pernah melihat film itu.

"Buang dia ke Amazon!" katanya tegas. Aku membulatkan mata lebar-lebar. Membuang pria renta ini ke Amazon sama saja membunuhnya! Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi. Melihat kemaksiatan di depan mata dan hanya diam? Aku benci hal itu. Mungkin kemarin tidak punya nyali untuk melawan, tapi kali ini tidak bisa dibiarkan.

Aku harus bertindak!

"KAU MANUSIA ATAU IBLIS?!"











♥♥♥

Bumi Allah. Selasa, 24 Agustus 2021

Noted.

Tidak berkata banyak.

Selamat datang.

Semoga suka.

Bukan hal yang mudah bagiku mengangkat cerita tentang perusahaan minyak bumi :"

Aku udah berusaha riset, tanya sana-sini. Jadi, jika kalian menemukan ketikdacocokan, bisa hubungi aku.

Terima kasih.

See you next part

~Syah

Into Divine Love (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang