Part 49

2K 278 27
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Semua itu butuh kepastian. Ntah itu untuk memulai, mempertahankan, atau mengikhlaskan.

~Into Divine Love

Karya : Syahda Khairunnisa ~







♥♥♥







Tadi malam Hanin sempat mengirimiku pesan sekadar ingin pamit. Tapi tidak mengatakan akan pergi kemana. Apa yang dikatakan Nazran waktu itu ingin ke AS hari ini? Tapi kenapa begitu mendadak? Tiga hari lagi memang perayaan natal, aku tidak bisa menjamin dia tidak kenapa-napa saja di sana nanti.

Aku juga bertanya pada Mama, kenapa akhir-akhir ini justru Nazran yang ada di mimpiku? Mama menjawab dengan lembut.

"Ujian di detik-detik pernikahan itu memang selalu ada. Kamu yakinkan hati kamu. Tipu daya setan itu luar biasa. Jangan goyah. Anak Mama pasti bisa."

Perasaan bimbang, gugup, tidak yakin itu bercampur menjadi satu. Yang membuat hatiku tidak tenang. Berulang kali aku meminta petunjuk pada-Nya, agar hatiku tetap pada yang seharusnya.

"Alda." Aku terkesiap saat tiba-tiba ada Kak Arland di depan meja kerjakuku. Aku bahkan tidak menyadari jika Kak Arland memanggilku.

"I-iya, Pak? Ada yang perlu dikerjakan? Maaf, aku kurang fokus tadi." Aku menunduk dalam.

"Meeting siang ini dipercepat satu jam. Rapatnya dihadiri pejabat pemerintah dan pimpinan redaksi dari berbagai perusahaan. Saya minta kamu siap-siap dan tolong print resume agak banyak. Khawatir kalau kekurangan. Meetingnya di Al Nafoura Lebanese Restaurant. Di meja nomor 57, nanti kamu tunjukkan saja ID perusahaan. Meja VIP. Saya duluan," katanya, aku mengangguk mengiyakan.

Aku bangkit lantas beranjak untuk mengeprint resume yang Kak Arland kirim dari email kemarin. Butuh waktu lima belas menit karena sesuai perintahnya lumayan banyak. Aku buru-buru membawa setumpuk berkas itu dan bolpoin lalu pergi ke restoran yang dikatakan Kak Arland tadi.

Restoran dengan nuansa Nusantara yang begitu kuat dengan lampu-lampu kristal di tengah, ditambah air mengalir di bawahnya membuatku tidak heran jika meeting sepenting ini diadakan di sini. Setidaknya itu yang kurasakan saat menginjakkan kaki di sini. Suasana yang asri dan teduh juga menenangkan hati dan pikiran. Aku menghirup udara dalam-dalam.

Saat menyelinap masuk ke dalam, ternyata sudah ramai. Penuh malah. Kak Arland tengah mempresentasekan proyek yang sudah dirancangnya jauh-jauh hari dengan sempurna. Aku duduk di salah satu kursi tak jauh dari tempatnya. Kak Arland memberiku instruksi untuk membagikan resume itu.

Mereka melihat resume yang kubagikan. Namun wajah mereka tampak kebingungan membolak-balikkan berkas itu.

"Resumenya kok lain? Tidak sama seperti yang dipresentasekan?" tanya salah satu di antara mereka sambil terus melihat dengan teliti antara berkas yang kuberi dengan layar persentase Kak Arland di depan.

"Iya, jadi yang benar ini yang mana?" sahut yang satunya.

Kak Arland tampak menatapku seperti meminta penjelasan. Tapi aku hanya bisa menggeleng seperti orang kebingungan. Kulihat berkas itu dan ternyata itu resume waktu rapat minggu lalu. Aku menggigit bibir kuat. Dalam hati mengutuk diri sendiri menyesal.

Into Divine Love (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang