BGC > 5

1.8K 81 7
                                    

helo, happy reading!
-

Clarissa, Ezra, Jaka, dan Leonel masuk ke dalam markas dengan langkah penuh percaya diri.

Di tengah ruangan, Raven dan Vincent yang terlihat sedang membicarakan hal serius. Dan anggota lain ternyata sudah ada di sana.

Saat sadar dengan kedatangan mereka, Raven langsung menyapa. "Akhirnya kalian dateng juga."

Vincent memasukan kedua tangannya ke dalam saku celananya. "Sumpah, kalau lo semua tau fakta soal Steel Scorpions, pasti bakal ketawa."

Clarissa berdiri sambil memegang kaleng minuman soda dingin. Meski terlihat acuh, matanya memperhatikan setiap detail pembicaraan.

"Jadi, gue sama Vincent dapet info," Raven memulai, suaranya tegas. "Steel Scorpions itu geng lama yang udah mati, ngalamin mati suri gitu lah ceritanya. Tapi masalahnya, Steel Scorpions sekarang dipimpin sama Nathan."

Saat Raven menyebut nama Nathan, Clarissa mengangkat alisnya, lalu melirik ke arah Ezra, Jaka, dan Leonel yang tertawa seakan mendengar lelucon.

"Siapa Nathan? Dan kenapa kalian ketawa? Ada yang lucu?" bingung Clarissa.

"Jadi si pengkhianat itu coba lawan kita?" Leonel akhirnya bersuara, suaranya datar tapi penuh sindiran. "Nathan itu kayak anjing kecil yang nyoba ngegonggong ke serigala."

Jaka tertawa keras mendengar komentar Leonel. "Lo bener, Leon. Masalahnya, dia pikir bisa ngegigit kita. Lucu, kan?"

Clarissa memutar matanya, lalu meneguk minumannya. "Lucu? Lebih kayak menyedihkan, sih."

"Nathan itu selalu gagal paham kalau kekuatan gak cuma soal jumlah, tapi soal otak. Dan jelas dia gak punya itu." lanjut Jaka.

Ezra menyeringai, menyandarkan diri ke kursinya. "Dia gak punya otak, tapi punya ego. Itu yang bakal bikin dia hancur. Tapi gue suka cara lo, Claris. Lo selalu tau cara ngomong yang bikin mereka keliatan lebih kecil dari kenyataannya."

Clarissa menatap Ezra dengan santai. "Gue cuma bilang fakta. Kalau dia beneran niat ngajak perang, gue yakin, dia bakal kalah telak."

Jaka menepuk meja, tertawa kecil. "Gue suka gaya lo, Claris. Santai tapi mematikan."

Saat Ezra memberi perintah kepada Raven dan Vincent untuk mengibarkan bendera perang, Clarissa berdiri dari sofa dan berjalan ke arah meja mereka. Dia meletakkan kaleng minumannya dengan pelan, menatap Ezra dengan tatapan tajam.

"Sebelum perang, tolong jelasin siapa Nathan." ucap Clarissa dengan serius.

"Nathan itu, dulu anggota geng Vortex Vipers. Tapi, karena dia penghianat, kita depak dia dari geng. Dia itu tukang adu domba, playing victim, red flag banget lah!" jelas Jaka, mewakili Ezra.

Clarissa ber-oh ria.

Suasana mendadak hening saat Ezra menyuruh mereka memperhatikannya.

"Steel Scorpions?" Ezra bergumam pelan, lalu tersenyum tipis. "Mereka gak pantes disebut ancaman buat geng kita."

Ia melipat tangannya di depan dada, mengingat kekuatan timnya. Setiap anggota Vortex Vipers sudah terlatih, setia, dan tahu cara bermain di lapangan.

Sementara itu, Steel Scorpions hanyalah kumpulan orang tanpa strategi jelas.

Dengan suara pelan namun tegas, ia akhirnya berkata, "Semuanya siap-siap. Kita buktiin kalau Vortex Vipers gak pernah kalah."

"Kita adalah Vortex Vipers," lanjutnya, suaranya menggema. "Dan mereka... cuma bayangan kecil yang bakal ilang di bawah nama kita."

°°°
don't forget to vote, comment, n follow!

Badgirl Clarissa (New Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang