Lupa, ya? Tenang, ada aku

756 190 37
                                    

Hari ini Taehyun sengaja menunggu Beomgyu di parkiran. Tadi pagi entah kenapa ia teringat kejadian kemarin dimana Beomgyu bicara tentang susu. Jadi setelah mengantar sang Ibu ke tempat kerja, Taehyun mampir ke minimarket untuk membeli sekotak susu untuk Beomgyu dan sekotak lagi untuk dirinya.

Taehyun tersenyum, Beomgyu pasti suka.

Senyumnya kembali melebar saat melihat Beomgyu yang jalan mendekat ke arahnya.

"Beomgyu~" sapa Taehyun secerah mungkin. Namun senyumnya harus luntur ketika Beomgyu malah melewatinya begitu saja seakan dirinya tak terlihat.

Taehyun memiringkan kepalanya. Kenapa? Beomgyu kenapa? Beomgyu marah?

Taehyun mengejar Beomgyu dan berdiri di depan Beomgyu, "Beomgyu kenapa?"

Taehyun melebarkan matanya saat melihat wajah Beomgyu yang memar di beberapa sisi. Beomgyu menatapnya tajam. Kepalanya mulai berisik menyampai spekulasi, Beomgyu marah padamu. Beomgyu tak mau lagi berteman denganmu.

Taehyun menggeleng pelan. Tidak, Beomgyu orang baik.

"Beomgyu terluka lagi? Mau diobati?"

"Minggir!" Beomgyu menatap Taehyun malas. Suasana hatinya buruk hari ini gara-gara kejadian semalam. Bahkan untuk berbicara saja dia malas. Tadinya Beomgyu ingin tak masuk sekolah tapi dia sadar, dirinya tak punya tempat pelarian selain sekolah. Jadi mau tak mau dia harus berangkat, setidaknya ia tak berdiam diri di rumah.

"Beomgyu, tunggu. Kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya Taehyun dengan raut khawatir, pasalnya wajah Beomgyu tak menampakkan kecerahan seperti biasa.

Beomgyu mendesis kesal, "Bisa diam tidak, sih?" Beomgyu niatnya hanya ingin menepis tangan Taehyun yang menyentuh lengannya, tapi hal itu malah membuat sekotak susu yang dibawa Taehyun jatuh ke aspal parkiran.

"Yah, jatuh ..." tangan Taehyun terulur untuk memungut kotak susu itu dan membuangnya ke tempat sampah. Tidak apa-apa, tidak apa-apa. Jangan panik. Taehyun terus mengatakan itu pada dirinya sendiri.

Taehyun jadi semakin bimbang karena Beomgyu malah berjalan cepat melewati kelasnya. Beomgyu mau kemana? Ikuti tidak, ya?

Akhirnya Taehyun memilih untuk menaruh tasnya dulu di kelas, lalu setelahnya mencari Beomgyu. Mumpung masih ada 30 menit sebelum bel masuk.

Taehyun itu paling tidak bisa melihat sesuatu yang kotor dan berantakan. Dia juga tak bisa melihat orang sedih dan terluka. Dia terlalu peka. Dia merasa hal itu adalah lubang, ia gatal untuk memperbaikinya. Jadi melihat kondisi Beomgyu--orang yang menganggapnya teman--terlihat sedih dan terluka, Taehyun tidak bisa diam begitu saja. Dia harus memperbaikinya.

Dengan kotak susu di tangan kanan dan secarik kertas di tangan kiri, Taehyun mencari Beomgyu yang ternyata tidak ada di kelas. Taehyun berpikir keras, dimana Beomgyu? Atap? Toilet? Ruang guru? Taehyun menggeleng pelan, ketiga tempat itu terlalu jauh. Coba pikir lagi ... Taman?

Ah iya, Taman. Taehyun pernah bertemu Beomgyu disana. Akhirnya ia pun mencari disana. Dan benar saja, Beomgyu sedang duduk di bawah pohon yang ada di pojok taman. Tempat itu cukup tersembunyi bagi siswa yang memang jarang nongkrong di sana. Tapi untungnya, Taehyun suka kesini karena ada kolam ikan.

"Beomgyu! Aku mencari mu, tahu!" Taehyun ikut duduk di bangku panjang itu bersama Beomgyu.

"Kamu kenapa, sih, Beomgyu? Sedang sedih, ya? Lalu kenapa bisa sampai terluka begini? Jari-jarimu juga luka. Kamu jatuh atau--"

"Bisa diam tidak, sih? Berisik."

Taehyun mengatupkan mulutnya agar diam. Berisik, berisik, berisik.

"Kenapa kamu kesini? Pergi sana. Aku ingin sendiri. Tak mau diganggu," ketus Beomgyu.

Taehyun berdehem. Dia meletakkan secarik kertas lalu menindihnya dengan kotak susu yang ia bawa.

Taehyun berkata dengan suara pelan agar tak berisik, "Maaf ya, kalau aku mengganggu. Sebenarnya aku ingin memberimu susu ini saja, sih."

"Oh iya, Beomgyu, kamu lupa, ya? Kemarin, kan, aku bilang kalau ada apa-apa Beomgyu boleh menghubungiku," kata Taehyun lembut. Taehyun tak sadar, perbuatannya ini membuat Beomgyu menahan tangisnya sekuat tenaga.

"Lupa, ya? Tenang, ini sudah aku catat di kertas supaya Beomgyu tidak lupa lagi. Nanti kalau Beomgyu butuh teman, hubungi saja aku."

"Ya sudah, aku ke kelas dulu, ya," Taehyun berdiri dari duduknya. Berniat meninggalkan Beomgyu yang bilang ingin sendiri.

Hancur sudah pertahanan Beomgyu, tangis yang sedari tadi ia bendung sukses bocor akibat ulah Taehyun yang menyentuh hatinya. Bahkan Taehyun yang baru saja ia kenal sepeduli itu padanya. Kenapa orang terdekatnya tidak bisa sehangat ini?

Beomgyu mencekal pergelangan tangan Taehyun, membuat Taehyun kaget.

"Eh?"

"Jangan pergi, Taehyun," gumamnya lirih. Air mata sudah membasahi pipinya. Tidak, dia tidak mau sendirian lagi. Sudah muak rasanya selalu menjalani hidup sendiri.

Taehyun kembali duduk di samping Beomgyu dan langsung memeluknya. Beomgyu sempat terkejut dengan tindakan Taehyun yang tiba-tiba, namun gerakan Taehyun yang mengusap punggungnya lembut membuatnya tenang.

"Kata Ibu, orang sedih itu wajib dipeluk. Beomgyu boleh menangis, aku tidak melarang. Tapi jangan menangis sendiri, ya."

Kalimat Taehyun sukses membuat pipi Beomgyu basah oleh air matanya sendiri. Beomgyu mengeratkan pelukannya pada Taehyun sambil terus menangis tanpa suara.

Terima kasih, Taehyun.

.
.
.

Iya aku tahu ini pendek hehe. Gapapa kita sesi uwu dulu sebelum mereka mengacaukan dunia.

TUNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang