Menghilang

852 174 45
                                    

⚠️ Adegan kekerasan

.
.
.

Saat ini Taehyun sedang merenung di dalam toilet sekolah. Dirinya bahkan belum makan siang. Alasan mengapa dirinya lebih memilih berdiam di toilet sebab hanya disini lah dia bisa tenang dan berpikir jernih.

Taehyun meremat ponsel yang ada di tangannya karena kesal. Kesal sebab Beomgyu tak mengangkat telfonnya. Tiga hari berlalu setelah hari dimana Beomgyu memintanya untuk keluar tengah malam dan bercerita di taman, Beomgyu menghilang.

Sudah tiga hari Taehyun tak menemukan Beomgyu di sekolah. Taehyun sudah mencari kemana-mana namun tetap sia-sia. Dia khawatir akan terjadi sesuatu pada temannya itu. Mengingat Beomgyu tak punya siapa-siapa lagi selain orangtuanya yang tak menganggapnya ada.

Beomgyu bahkan tak punya teman selain dirinya ... Tunggu. Teman?

Taehyun mengernyitkan alisnya, membiarkan kepalanya mengingat hal-hal yang pernah diceritakan Beomgyu dengan kata kunci Teman. Tiba-tiba Taehyun teringat sesuatu, Beomgyu pernah bercerita tentang seseorang, tapi sebentar, Taehyun lupa.

Taehyun kembali mengingat malam dimana dia dan Beomgyu ditangkap polisi. Malam itu Beomgyu mengajaknya berkenalan dengan satu orang, siapa namanya?

"Taehyun, perkenalkan ini Kak Sam ..."

Taehyun melebarkan matanya. Benar, Kak Sam. Mungkin orang itu bisa dimintai keterangan atas menghilangnya Beomgyu tiga hari ini. Taehyun buru-buru mengeluarkan catatan kecilnya, ia tulis nama Kak Sam disana. Pulang sekolah nanti rencananya ia akan mencari Kak Sam. Walaupun tak yakin, Taehyun berharap bisa menemukannya di tempat dimana Beomgyu melukis mural waktu itu.

Oh, iya. Semenjak hari itu, Taehyun tak diperbolehkan membawa motor lagi ke sekolah oleh Ibunya. Jadi Taehyun akan diantar jemput oleh Ibu. Namun Taehyun membaca ulang catatannya, disana tertulis Ibu tidak bisa jemput, pulang naik angkot 09. Langsung pulang ke rumah, kalau tidak nanti Ibu marah.

Kalimat ibu marah terus-menerus terulang di kepalanya. Itu membuat Taehyun ragu untuk mencari Beomgyu. Tapi... Dia tidak bisa diam seperti ini saja, sungguh. Setelah malam itu, Taehyun jadi tak bisa tidur dengan tenang sebab memikirkan Beomgyu.

Bagaimanapun seperti yang ia sering katakan, hanya Beomgyu yang ada untuknya disaat sulit, hanya Beomgyu yang tak menjauhinya saat tahu kondisinya, hanya Beomgyu yang pernah memeluknya. Hanya Beomgyu.

Taehyun keluar dari toilet, berjalan menuju kelas karena dari dalam sana ia mendengar bel istirahat telah berakhir. Taehyun sudah memutuskan. Maaf, Ibu.

.
.

Jam sudah menunjukan pukul empat sore. Taehyun sudah disana, di tempat dimana Beomgyu melukis mural. Tapi sayangnya ia tak menemukan Beomgyu. Mungkin Beomgyu akan datang nanti. Jadi sembari menunggu, Taehyun melihat-lihat lukisan di dinding. Ia hampiri lukisan Beomgyu, lukisan itu belum selesai, belum berubah sejak malam itu.

Taehyun menghela napas, sepertinya kejadian malam itu membawa banyak perubahan bagi dirinya dan Beomgyu. Seandainya saja waktu itu mereka berhasil kabur, pasti keadaan tak memburuk seperti ini.

Telinga Taehyun sayup-sayup mendengar suara anak kecil yang tengah menangis. Dia menajamkan kembali telinganya, itu membuatnya semakin yakin kalau tangisan itu berasal dari ujung jalan satunya.

Jadi kolong jembatan ini memiliki dua ujung jalan. Ujung jalan pertama adalah jalan raya sedangkan ujung jalan kedua adalah gang kecil atau jalan tikus yang biasa dipakai oleh orang-orang untuk mengambil jalan pintas. Taehyun tidak tahu jalan itu tembus kemana, yang ia tahu, ujung jalan kedua itu lebih gelap dari tempatnya berdiri.

TUNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang