Teman?

860 201 50
                                    

Taehyun sudah rapi dengan seragamnya. Semalam, sebelum tidur anak itu telah banyak menempelkan sticky note di tempat yang biasa ia lihat. Di lemari, meja belajar, dan tembok dekat ranjang. Catatan itu sangat berguna bagi Taehyun yang pelupa.

Dia menyemprotkam parfum ke seragamnya lalu menata rambut menggunakan gel. Di depan cermin Taehyun mengulas senyum. Kepalanya berbisik Taehyun tampan, Taehyun tampan~

"Aku memang tampan," gumamnya pelan.

Suara ketukan pintu membuat perhatiannya teralih, "Taehyun, ayo sarapan dulu."

Taehyun tersenyum, "Sebentar lagi, Bu!" Ibunya lebih hangat dibanding kemarin. Mungkin moodnya sedang bagus.

Di meja makan Ibu tak bisa melepaskan pandangannya pada Taehyun yang tampak serius sekali sarapannya. Ibu sengaja membuatkan sarapan dulu untuk Taehyun sebelum berangkat sekolah sebagai permintaan maaf atas kejadian kemarin. Biasanya beliau hanya memberikan uang saku pada Taehyun, tapi dia tidak tahu uang itu digunakan untuk apa. Biarlah, toh selama ini Taehyun tak pernah macam-macam.

"Taehyun?"

Taehyun yang sedang merius makan pun mendongak, mulutnya masih penuh dengan makanan. "Iya, Bu?"

"Taehyun akan melakukan apa saja hari ini? Jadwal pelajaran Taehyun apa?"

Taehyun melirik Ibunya sekilas lalu kembali berpikir sambil mengunyah. Taehyun tersenyum, menunjukkan gigi rapinya yang terlihat menggemaskan. Dia lupa lagi.

"Lupa, Bu, hehe. Tapi Taehyun catat, kok," Taehyun mengambil buku catatan kecil yang sengaja ia simpan di saku seragamnya.

"Hari ini Taehyun antar Ibu ke rumah Tante Elsa, lalu belajar ekonomi, matematika, bahasa indonesia, dan agama di sekolah. Habis itu pulangnya Taehyun jemput Ibu dan pulang ke rumah. Selesai."

Ibu tersenyum, "Pintar. Catatannya jangan sampai hilang, ya?"

"Iya, Ibu."

Setelah makan, sesuai rencana yang telah ia buat, Taehyun mengantar Ibunya ke rumah Tante Elsa. Tante Elsa adalah pemilik usaha rumah makan tempat Ibunya bekerja. Ibu juga biasanya akan menitipkan dagangannya berupa kue-kue ke rumah makan itu untuk uang tambahan.

"Taehyun sekolah dulu ya, Bu." Kata Taehyun sambil menyalami Ibunya.

"Eh, tunggu. Taehyun bawa ponsel, 'kan?"

Taehyun melebarkan matanya. Kepalanya yang semula tenang jadi berisik karena panik. Kata ponsel berkali-kali ia gumamkan sambil mengacak-acak isi tasnya.

Kemana ponselku? Hilang, lupa, bodoh, nanti Ibu marah lagi.

Ibu mengernyit khawatir dan terkejut sebab Taehyun memukul kepalanya yang terbungkus helm satu kali.

"Taehyun tenang, ok? Dicari pelan-pelan, ya. Pelan-pelan saja, sayang. Ibu tidak marah, Ibu tidak akan marah."

Ibu bernapas lega karena setelahnya Taehyun lebih tenang dan kembali mencari ponsel di dalam tas.

"Ada, Bu!" pekiknya senang.

"Bagus. Sekarang catat di buku kecil kalau Taehyun bawa ponsel dan disimpan di dalam tas di resleting kedua. Ayo, tulis."

Taehyun mengangguk, ia mengeluarkan pulpen dan catatan kecil dari sakunya lalu menuliskan kata-kata sepertu yang Ibu bilang.

"Sudah, Bu. Taehyun berangkat ya!"

"Hati-hati ya, sayang."

Ibu menatap Taehyun yang semakin lama semakin jauh. Disisi lain Ibu merasa kasihan pada Taehyun. Bagaimana cara Taehyun belajar di sekolah? Apa Taehyun sering panik seperti itu karena takut dimarahi guru? Apa putranya punya teman yang bisa diajak berbagi?

TUNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang