Kacau

736 183 43
                                    

Kini Beomgyu dan Taehyun sedang duduk bersama di kursi panjang di dalam kantor polisi. Kaki Taehyun tidak bisa diam seperti biasa. Dia gelisah.

Taehyun takut. Takut Ibu marah.

Beomgyu yang menyadari Taehyun yang sedari tadi tak tenang, menggenggam tangan Taehyun yang berada di atas paha anak itu.

"Tenang, Taehyun. Nanti akan aku ceritakan pada Ibumu. Kamu tidak salah, akulah yang mengajakmu."

Taehyun tak menggubris perkataan Beomgyu. Kepalanya terlalu ribut saat ini dengan berbagai spekulasi yang akan terjadi nanti.

Taehyun dan Beomgyu menoleh ke arah pintu masuk karena timbul suara yang terdengar tergesa-gesa dari sana. Itu adalah Ibu Taehyun.

Dengan wajah lelahnya, Ibu menatap wajah Taehyun dan Beomgyu bergantian. Lalu mendatangi meja resepsionis polisi.

Setelah mendapatkan persetujuan untuk membawa Taehyun pulang, tanpa kata-kata Ibu langsung menarik tangan Taehyun keluar kantor. Beomgyu panik, dia pun mengikuti Taehyun yang diseret oleh Ibunya dari belakang.

"Apa yang kamu lakukan, Taehyun!"

Taehyun menunduk, "Maaf, Ibu."

"Jangan katakan itu. Jawab pertanyaan Ibu, bagaimana kamu bisa ditangkap polisi?! Kenapa Taehyun sekarang nakal mencoret-coret tembok?!"

Taehyun berusaha meraih lengan Ibunya namun Ibu terus saja mengelak. Ia tak tega memarahi Taehyun di luar seperti ini, tapi di sisi lain Ibu muak. Lelah.

Taehyun tak menjawab, kepalanya kacau kalau sudah dibentak begitu. Ibu tak berhenti bertanya kenapa, kenapa, kenapa, tapi Taehyun bingung harus jawab apa. Dia tidak merasa melakukan kesalahan, dia tak menyerang siapapun.

"Sudah Ibu bilang, 'kan? Kalau kamu tidak bisa membantu Ibu mencari uang, setidaknya diam dan patuh. Begitu saja kamu tidak bisa?!"

Ibu menangis sambil memukul Taehyun dengan tas yang ia bawa. Taehyun tak menghindar dia hanya bisa melindungi kepalanya dengan mata terpejam.

"Ampun, Ibu! Maaf, maafkan Taehyun!"

"Ibu kecewa padamu, Taehyun. Kamu sudah berjanji menjadi anak baik. Tapi apa yang kamu lakukan?! Kamu mempermalukan Ibu!"

Ibu memukul Taehyun dengan tasnya lagi. Satu kali, dua kali, tiga, kali, dan baru saja Ibu ingin melayangkan pukul keempat tubuhnya sudah di tahan oleh dua orang polisi.

Sedangkan Taehyun, tubuhnya langsung ditarik oleh Beomgyu. Beomgyu memeluk Taehyun yang sekujur tubuhnya sudah gemetar karena ketakutan.

"Tolong jangan buat keributan," ucap Polisi itu. Ibu meronta meminta dilepaskan.

"Beomgyu, Ibu marah, Beomgyu ..." gumam Taehyun lirih sambil menangis dalam pelukan Beomgyu. Hati Beomgyu teriris. Ini semua salahnya, Taehyun dimarahi karena dirinya.

"Tante. Saya minta maaf sebelumnya. Tapi Taehyun tidak salah. Saya lah yang mengajaknya bermain dan melukis mural disana. Saya yang membuat Taehyun tertangkap. Tolong jangan salahkan Taehyun," Beomgyu berkata setelah Ibu Taehyun tenang. Tentunya masih ada dua polisi itu disana.

Ibu berjalan dengan tenang ke arah Beomgyu. Beomgyu tak bisa membaca ekspresi di wajah Ibu Taehyun. Entahlah, mungkin marah, Beomgyu sudah siap jika harus ditonjok.

Beomgyu menyembunyikan Taehyun di belakang punggungnya. Sedangkan Taehyun hanya bisa mencengkram kemeja bagian belakang Beomgyu.

"Siapa namamu?"

"Saya Beomgyu, Tante."

Ibu mendengus, jadi ini yang namanya Beomgyu?

Ibu tentu saja pernah mendengar cerita tentang Beomgyu dari Taehyun. Putranya berulang kali bilang bahwa Beomgyu lah satu-satunya anak yang mengaku sebagai teman dan selalu baik serta menolong putranya.

TUNA ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang