Eight

6 0 0
                                    

Di pagi hari yang cerah ini Zeline sangat malas untuk berangkat sekolah, tidak seperti hari-hari biasanya. Ini salahsatu hal yang paling dibenci oleh Zeline, memiliki masalah dengan satu orang di sekolah itu membuat Zeline malas untuk pergi ke sekolah, sudah pasti di hari-hari berikutnya Amanda dan teman-temannya akan terus mengganggu Zeline. Zeline memang sudah sangat berpengalaman tentang ini, sejak dia SMP pasti ada seseorang yang selalu membuatnya risih.

Zeline menuruni tangga dengan wajah yang datar, Riky dan kedua orang tua Zeline yang sudah siap duduk di meja makan masih melihat Zeline dengan wajah datarnya itu yag menuruni tangga dengan sangat pelan. 

"Udah kayak siput lama banget jalannya, buruan ini udah siang Zel", Ucap Riky.

Zeline membalas dengan tatapan tajamnya lalu mempercepat langkahnya untuk sampai ke meja makan. 

"Kenapa Zel? Kamu ada masalah di sekolah? Itu bibir kamu sama pipi kamu kenapa?" Tanya Laras yang khawatir melihat bibir dan pipi Zeline.

Zeline menggelengkan kepalanya, "Engga kok mah, aku lagi males aja. Ini kemarin aku jatoh, gak sakit kok mah".

"Lain kali hati-hati dong, anak papah gak boleh luka" Ucap Reno sembari mengelus pipi Zeline.

Riky menyipitkan matanya, dia sedang berusaha melihat lebih detail luka yang ada di sudut bibir Zeline dan pipinya. "Itu bukan jatoh ya ? Bekas di pukul? Bilang sama gue Lo abis di pukul siapa ?" Ucap Riky dengan nada tinggi, Riky memang sering tidak akur dengan Zeline tapi tentu saja dia tidak akan diam jika adik perempuan satu-satunya itu ada yang mengganggu.

"Apa sih Kak Riky, Lebay. Ini jatoh bukan di pukul" Ucap Zeline, dia terpaksa berbohong karena dia tau urusannya akan panjang jika Riky tau bahwa ada kakak kelasnya yang merudung Zeline kemarin di sekolah.

"Jatoh dimana sampe kayak gitu?" Tanya Riky.

"Di sekolah, kepentok ujung meja" Jawab Zeline asal.

Riky hanya mengangguk sebagai respon dari ucapan Zeline yang memang sedikit agak tidak meyakinkan.

"Yang kemarin sore nganterin Lo pulang siapa ? Pacar?" Tanya Riky yang baru saja ingat bahwa kemarin sore dia baru memergoki adiknya diantar pulang oleh laki laki.

"Temen" Jawab Zeline.

"Boong, Lo gak usah pacaran masih kecil" Ucap Riky.

"Gak apa-apa kok kamu pacaran, asal tau batasan aja. Umur kamu juga udah cukup buat pacaran. Kamu kalo cari pacar yang ganteng ya kayak Papa kamu ini" Ucap Reno dengan bangganya.

"Eh gak bisa gitu dong Pah, Riky aja belum punya pacar masa Zeline udah punya" Ucap Riky.

"Ya kamu nyari dong, makanya jangan terlalu dingin & galak kalo sama cewek! Jadi gak ada yang berani deketin kan" Ucap Laras yang berhasil membuat Riky merasa tertampar.

Karena sudah terlalu siang Zeline memasukan beberapa potong roti kedalam kotak makannya untuk dibawa ke sekolah, dia juga tidak mood sarapan pagi ini, jadi dia memutuskan untuk membawa bekal ke sekolah.

"Loh? Gak sarapan disini?" Tanya Laras.

"Udah siang Mah, aku sarapan di sekolah aja" Jawab Zeline yang langsung memasukan kotak bekalnya kedalam tas.

"Ayo gue anter" Ucap Riky yang langsung memakai jaketnya dan mengambil kunci motor di atas meja.

"Mah, Pah, aku berangkat ya" Ucap Zeline yang diberi anggukan oleh Laras dan juga Reno.

"Hati-hati" 

Di sepanjang jalan Zeline tidak mengeluarkan sepatah kata pun dari mulutnya. Hari ini dia hanya ingin marah-marah tapi dia bingung harus marah kepada siapa. Zeline melihat jam tangan yang menunjukan masih pukul tujuh kurang 15 menit.

ZEVINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang